Chapter 1

54.6K 2.8K 110
                                    

25 Januari 2021


•••

Wanita berbaju dinas itu baru keluar dari rumah dan turun melalui tangga ketika langkahnya terhenti karena seorang pria tengah mencari-cari sesuatu di halaman. Kerutan di kening seketika muncul, pun ia berdeham.

"Kamu sedang nyari apa di sana?" tanyanya, melipat tangan di depan dada.

Tanpa menoleh, terus asyik mencari dengan wajah serius pria tersebut menjawab, "Lagi nyari jodoh."

Wajah si wanita seketika merisi, jijik, bertepatan itu sang pria menatap ke arahnya. Sunggingan senyum merekah.

"Eh, nih dia jodoh saya." Wanita tersebut hanya memutar bola mata. "Badan kamu ucing, sih, jadi saya gak liat. Hihi."

"Ck, apaan sih!" Wanita itu membalas dongkol.

"Bercanda, Jeje. Saya lagi nyari kucing saya." Pria itu tertawa pelan. "Kamu ada liat Hitam, gak?"

"Kamu kan liat saya baru keluar rumah, mana mungkin saya liat. Minggir deh!" Yang dipanggilnya Jeje menggerakan tangan terusir.

"Yee ... galak banget." Pria itu mendengkus, menyingkirkan badannya dari depan tangga. Wanita tersebut tak terlalu peduli dan melengos menuju ke salah satu mobil yang terparkir di seberang jalan.

Kembali, si pria mencari-cari kucingnya, Hitam, dengan nama serta suara khas memanggil mereka. "Pus, ckckckck, Hitam ...."

"Papah!" teriak seorang anak berseragam putih merah khas SD, pria tersebut menoleh ke belakang tepat satu rumah di samping rumah Jeje. "Papah, sarapannya mana?! Cepetan entar aku telat!"

"Eh, astaga lupa! Kamu bisa masak sendiri, kan? Papah lagi nyari si Hitam, bentaran!" teriak si pria balik. Sang anak mendengkus sebal

Jeje yang masih ada di sana geleng-geleng kepala. "Kucing didahuluin, anak dianaktirikan." Ia menggeleng pelan, masuk ke mobilnya, dan seketika ngeongan terdengar tepat di samping.

Jeje berteriak seraya kucing Hitam tersebut melompat di atas badannya keluar jendela.

"Apa-apaan?!" teriak Jeje kesal.

"Eh, di situ ternyata kamu Hitam!" Si pria yang mencari kucingnya berlari menghampiri kucing hitam berkalung tersebut, langsung menggendongnya. "Duh ... kamu main ke mana aja, huh?"

"Kalau punya peliharaan dikandangin biar gak masuk properti orang! Hampir saya jantungan karena dia!" tegur Jeje dengan kesal, si pria menatapnya dengan tatapan polos tanpa rasa bersalah. "Tuh anak yang harusnya duluan kamu urus, tuh!"

"Mau urus anak sama-sama, gak?" Pria itu malah berkata lain, menaikturunkan alisnya dan di mata Jeje itu seperti orang idiot. "Jadilah ibu dari anak-anakku ...."

"Dih!" Jeje mendengkus, menjalankan mobilnya kemudian. "Dasar duda stres!" Ia melihat ke arah spion mobil, masih ada pria itu berdiri seraya melambaikan tangan meski pantulannya semakin kecil.

"Dadah Javiera!" Ia bahkan membuat kucing di gendongannya agar melambai ke arah Jeje, alias Javiera. "Eh iya sarapan Wildan!" Buru-buru ia berlari masuk ke rumahnya.

Terlihat, Wildan, putranya yang masih kecil menyiapkan sarapan berupa telor ceplok yang ia letakan di atas nasi, sebelum akhirnya menambahkan kecap di atasnya.

"Nah, pinter anak Papah!" Wildan merengut, menatap dongkol ayahnya. "Punya Papah mana, nih?"

"Masak sendiri!" Wildan menjawab kesal seraya menuju meja makan, duduk dan mulai menyantap makanannya.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang