Chapter 30

6.7K 670 16
                                    

10 Mei 2021

•••

Javiera rasanya sulit menahan tawa melihat wajah Rafardhan yang kini duduk berdua di depan, bersama Anton di sampingnya. Jelas pria itu ingin modus agar Javiera yang ada di sana, tetapi siapa yang mau di samping pria itu? Yikes!

Lebih baik bersama Wildan dan dua kucing manisnya, lebih menenangkan.

Wajah Rafardhan benar-benar dongkol sepanjang perjalanan mereka menuju ke kediaman Anton. Pria itu sama sekali tak bisa berkutik apa pun, mampus. Sekarang, hanya ada diam dan keheningan, memang hal yang sangat benar membawa Anton bersama mereka.

"Ibu, liat!" Wildan menunjukkan sesuatu di ponselnya.

"Wah, gambaran siapa ini? Bagus banget." Javiera mengomentari gambar digital yang dibuat Wildan di ponsel pintar anak itu.

"Ini gambar aku, Bu. Ini Papah, ini Mamah, ini aku, ini Ibu!" Wildan terkikik geli.

"Wah bagus banget, kamu pinter gambarnya deh." Hanya sekadar percakapan basa-basi antar calon ibu dan anak itu.

Sementara di depan? Anton sangat canggung, dan Rafardhan masih dalam mode kesalnya. Rafardhan sebenarnya punya skenario kriminal di kepala, membuka pintu atau jendela dan melempar Anton keluar mobil, menekan tombol melompatkan kursi ala kartun khayalannya, atau apa pun hal yang mengusir Anton. Sayang seribu sayang semua itu hanya bisa ia khayalkan.

Yang bisa ia lakukan hanya memulangkan Anton, hanya itu.

Cih, rumahnya jauh pula.

Namun akhirnya, setelah sekian lama menahan kesabaran, mereka sampai di rumah Anton. Anton pun keluar dari mobil.

"Pak, terima ka--" Belum menyelesaikan kalimatnya, Rafardhan pun tancap gas.

"Eh, Rafardhan, kenapa kamu begitu?" tanya Javiera kesal, meski ia tahu persis alasannya.

Rafardhan tak menjawab, hanya dengkusan yang keluar. Javiera menghela napas panjang, menggeleng miris karena sifat kekanak-kanakan pria itu. Ia akan mengabari Anton nanti saat pulang.

"Bu, Bu, Bu!" Wildan berbisik, menyuruh Javiera mendekatkan telinganya, Javiera jelas menurut. "Papah cemburu Ibu sama Pak Anton."

Javiera tahu itu, tetapi berpura-pura bereaksi. "Oh, ya? Kenapa Papah kamu harus cemburu?" tanyanya, dengan suara agak dinyaringkan, sengaja agar Rafardhan mendengarnya.

"Tau, tuh, Bu. Paling Papah lagi PMS!" Keduanya tertawa dan Rafardhan mendengkus.

"Ghibah terus, gosip terus, dosa dosa!" Rafardhan berkata dengan nada tinggi, dan hanya dibalas tertawaan oleh mereka. "Haha hihi haha hihi, nyenyenye." Rafardhan mengejek mereka.

"Tuh, kan, Bu. Papah lagi PMS."

"Udah, jangan digodain Wildan, entar Papah kamu ngamuk, bisa berubah jadi gorila." Mata Rafardhan membulat sempurna, gorila katanya? Enak saja!

"Bukan gorila, Bu. Papah cocoknya jadi kingkong." Lah makin parah!

"Ngok ngok!" Rafardhan berusaha menghentikan ghibahan mereka, telinganya sangat memanas sekarang.

"Lho, kok jadi babi?" Dan lagi mereka menertawakan Rafardhan.

Sampai tiba-tiba, Rafardhan menginjak rem mendadak. Hal yang membuat keduanya tersentak meski tak terlalu keras, menghentikan tawa mereka.

"Rafardhan, hati-hati nginjek remnya, kamu mau kita celaka ya?" Javiera mendengkus.

"Tau ih Papah!" Wildan menimpali.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang