Chapter 15

8.3K 847 18
                                    

25 April 2021

•••

"Jadi ini kitty-nya dinamain apa, Pah?" tanya Wildan yang asyik memberikan susu pada kucing kecil itu.

"Ah iya ... Papah belum nemu nama yang bagus." Rafardhan tampak berpikir-pikir.

"Aku yang namain, ya?" Wildan menawarkan diri. "Aku mau namain dia ... Wh*skas! Dia mirip kayak foto di iklan makanannya, Pah!" Wildan terkikik geli.

"Eh, kalau diliat-liat emang mirip, sih." Rafardhan tertawa pelan. "Cuman Papah takut kena copyright." Wildan mengerutkan kening. "Jadi kita plesetin aja jadi Wiskes."

"Lho, emang apa bedanya?"

"Bedanya? W I S K E S, Wiskes." Rafardhan mengeja tiap huruf untuk putranya, dan Wildan manggut-manggut sambil ber-oh-ria. "Bagus, kan?"

"Iya, bagus! Hihi ...." Wildan mengusap badan kucing itu. "Kecil banget dia, ya, Pah. Kayak Hitam dulu."

"Hm iya." Rafardhan mengakui. "Oh, iya, Hitam ke mana, ya? Kamu ada liat dia di luar?"

Wildan menggeleng. "Tumben Papah lupa sama Hitam, keknya dia di luar--eh tuh dia."

"Buset!" pekik Rafardhan kaget karena entah datang dari mana kucing Hitam itu kini sudah duduk di sampingnya, duduk begitu santai dengan tatapan mata jingga yang mengarah ke Wildan. Atau tepatnya makhluk mungil di pelukan Wildan. "Hitam, ke mana aja kamu? Kok baru pulang?"

Hitam seperti biasa, cuek, tetapi matanya fokus ke Wiskes.

"Hitam, kenalin, dia adik baru kamu, namanya--woi ke mana kamu? Papah belum selesai ngomong!" Hitam malah melengos sebelum Rafardhan menyelesaikan kalimatnya, kucing serba Hitam itu kini berjalan ke arah lemari berisi makanan kucing.

Jelas maunya pasti makan.

Rafardhan berdiri, menghampiri Hitam, dan memberikan apa yang kucing tersebut mau. Tidak lupa memberikannya minum agar tak keselek, tetapi anehnya Hitam menolak.

Hitam malah menghampiri Wildan, dan berusaha merebut botol dot khusus kucing itu dari tangan si anak. "Heh, ini buat baby kucing, kamu udah tua Hitam!"

Hitam mengeong, kemudian mendusel-dusel, mengusapkan puncak kepalanya ke kaki Wildan, dan bahkan memberikan jilatan pada Wiskes, membangunkan kucing itu hingga sejenak kaget. Ayah dan anak itu memperhatikan Hitam yang bak ayah Wiskes, memandikannya saat ini.

Semua menatap haru.

Namun tanpa disangka, kala Wildan lengah, Hitam langsung menggigit botol susu itu.

"Hitam!" pekik Wildan.

"Hm, ada maunya." Rafardhan mendengkus, menggendong Hitam ke ke pelukannya, dan Hitam meronta ingin susu itu. "Iya Papah buatin susu, jangan ganggu adik kamu deh!"

Hitam perlu diapresiasi karena tidak mendesis atau marah akan kedatangan Wiskes si penghuni baru. Hitam memang sangat humble pada semua kucing hingga suka hang out dan nongkrong entah ke mana bersama para kucing lain. Se-bowl susu pun disiapkan dan Rafardhan tersenyum puas karena Hitam minum dengan lahap.

Mata Rafardhan menatap sekitaran, putranya dan dua peliharaannya, pemandangan yang indah.

Asyik menikmati pemandangan yang membuat hati hangat itu, bunyi ketukan di pintu terdengar.

"Siapa tuh?" tanya Wildan bingung.

Rafardhan dengan agak kesusahan berjalan ke arah pintu, kakinya sudah tak sesakit itu jadi bisa berjalan jauh lebih cepat sekarang. Membuka pintu, ia temukan sang tetangga, Javiera ada di sana.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang