Chapter 42

7K 753 71
                                    

2 Mei 2021


•••

"Nggh ...." Rafardhan terbangun dari tidurnya, dan nyatanya ia tertidur di kamar Wildan, bersama Wildan yang masih terlelap di sampingnya. Pria itu memijat kening, entah kenapa kepalanya pusing padahal ia tak bangun dengan tiba-tiba, hanya saja Rafardhan akui sedari malam tadi ia meriang.

Sepertinya rindu akan kasih sayang.

Pria itu perlu tenaga lebih mengangkat badannya, ia yakin badannya sekarang bersuhu panas, hingga akhirnya mendesah lega karena sudah berhasil duduk. Mungkin ia akan izin hari ini, terlalu lelah dengan semua yang terjadi kemarin, entah terlalu keras bekerja dan hal lainnya ....

Wajahnya memang pucat dan berkeringat dingin.

Menatap Wildan, anak itu masih terlelap, anak itu terlihat pucat dan berkeringat dingin juga, dan siapa sangka Wildan menggigil. Pria itu langsung mengecek keningnya, dan memang suhu badan Wildan panas.

"Wildan?" Rafardhan mengecek pipi gempal putra semata wayangnya itu. "Kamu demam. Astaga."

Buru-buru, Rafardhan menggendong putranya dengan gaya bridal, Wildan terlihat lemah dan lesu hingga semakin menakutinya. Menepis segala rasa pening yang juga ia derita, pria itu langsung bergegas sekuat tenaga menuju ke luar, yaitu mobilnya. Saat sampai di samping mobil, Rafardhan merogoh saku mobil.

Kuncinya tak ada.

Rafardhan lalu menilik ke dalam, kuncinya ada di dalam mobil, ia siap membuka tetapi anehnya tak bisa. Rafardhan panik, dan tak lama Hitam melompat dari mobil seakan meminta pertolongan di dalam.

"Ya Tuhan!" Rafardhan menggendong putranya dengan pelukan bak bayi, mengelilingi mobilnya berusaha membukakan pintu. Dua anaknya terjebak dalam situasi buruk. Rafardhan lupa melepaskan kuncinya dari mobil, dan Hitam pasti tak sengaja mengunci dari dalam, kemudian Wildan ... demamnya sangat tinggi.

Tak lama, Javiera yang terlihat lesu keluar dari rumah, ia tengah menatap ke arah ponsel baru yang ia beli kemarin ketika suara kaki Rafardhan yang mengelilingi mobil mengalih ambil perhatiannya. Javiera menatap khawatir.

"Ya Tuhan, kalian kenapa?" tanya Javiera, menghampiri mereka. "Wildan? Hitam?" Javiera menatap Wildan yang pucat pasi di gendongan Rafardhan yang juga sama pucatnya, dan seekor kucing yang terjebak di dalam mobil.

Dan tanpa disangka ....

Prang!

Javiera menutup mulutnya tak percaya, melihat Rafardhan tanpa pikir panjang meninju kaca mobilnya hingga pecah. Adrenalin mengerikan yang membuat Javiera syok, tangan Rafardhan terlihat terluka tetapi pria itu tampak tak mempedulikannya.

"Ra-Rafardhan ...."

Rafardhan mengabaikan Javiera, ia mengambil membuka pintu di antara pecahan kaca yang bisa saja menggores tangan, dan Hitam si kucing buru-buru keluar untuk masuk rumah, lalu dirinya masuk mobil, siap menjalankan mobil tetapi pandangannya mulai buram.

"Shit!" Rafardhan menggeleng, berharap rasa pusing serta pandangannya jernih lagi, tetapi yang ada malah semakin buruk. Ia menekan klakson frustrasi. "Aaaarghhhh!"

Javiera masih syok melihatnya, Rafardhan seperti pria yang di bawah pengaruh obat-obatan, di wajahnya kentara kesedihan dan putus asa mengetahui keadaan Wildan dan dirinya yang tak bisa menyelamatkan putranya. Wanita itu lalu menampar diri sendiri, dan tahu ia harus melakukan sesuatu bukannya menatap.

"Rafardhan, biar aku yang nyetir!"

Rafardhan menatap Javiera, membuat Javiera sedih melihatnya yang setia memeluk Wildan, Rafardhan memang benar ayah yang baik dan rela melakukan apa saja ... demi orang lain.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang