3 Mei 2021
•••
Baik Javiera, Wildan, dan Rafardhan. Ketiganya tampak bergembira di arena bermain keluarga itu, bermain bersama di berbagai permainan di sana. Mulai melempar basket ke ring, breakdance, menembak, dan masih banyak lagi. Bahkan dua kucing kesayangan Rafardhan juga bermain di arena spesial hewan. Puas bermain, mereka kini memesan cemilan yang tersedia di stand terdekat serta masing-masing memesan es krim. Sedang dua kucing itu tentu diberi cemilan kucing serta susu.
"Gimana mainnya? Seru?" tanya Rafardhan kemudian menjilati es krim cokelatnya.
"Seru, Pah! Kapan-kapan jalan lagi, ya!" pekik Wildan gembira, berdiri dari duduknya.
"Hati-hati, Wildan, entar es krim kamu jatuh." Javiera menegur anak yang bersemangat itu, Wildan hanya tertawa sembari duduk lagi.
"Kamu Javiera? Seru kan jalan-jalan bareng kami?" Rafardhan menaik turunkan alisnya yang tebal, ciri khas pria tengil itu.
Javiera menghela napas, pun tersenyum. "Seru, seru banget kalau sama Wildan." Rafardhan merengut, sama dia tidak gitu?
"Gak papa, gak papa, aku tau kamu gak mau ngakuin kenyataan." Rafardhan masih ber-positive thinking. "Kalian pengen jajan yang lain? Tenang aja, dompet Papah tebel setebal cinta Papah ke Bu Jeje!"
Wildan tertawa sedang Javiera memutar bola mata.
"Wiskes, Hitam, pengen jajan juga?" Rafardhan menatap kucingnya yang asyik makan dan minum. "Oke deh. Abisin ya abis ini kita--" Rafardhan tiba-tiba memakan semua es krimnya. Kemudian berkata tidak jelas, pria itu kelihatan panik menatap ke belakang Javiera.
"Heh, kamu kenapa?" Wanita itu bertanya heran.
Rafardhan diam, menelan es krimnya dengan sekali telan, dan karena hal itu ia diam selama beberapa saat. Kepalanya pening karena rasa dingin menjalar ke kepala tiba-tiba, brain freeze.
Kemudian, pria itu mengambil tangan Wildan.
"Eh, Papah kenapa?"
"Je, di sini aja ya, jagain Hitam sama Wiskes!"
Javiera semakin menatap heran. "Kenapa, sih?" Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Rafardhan, menoleh ke arah mata paniknya di belakang ia temukan beberapa pria berjas di sana.
Kembali menatap Rafardhan, pria itu lalu berbalik, siap pergi bersama Wildan tetapi bodohnya tak melihat papan promosi yang ada di sana.
Rafardhan menabrak, menjatuhkan papan lumayan besar itu, yang menimbulkan suara gaduh. Bahkan es krim Wildan pun jatuh ke lantai karenanya.
"Yah ... Papah!" pekik Wildan kesal.
"Nanti diganti, cepetan kita pergi!" Rafardhan tetap bersikeras.
"Hei, kamu kenapa, sih?" Javiera yang tak tahan akan tingkah itu menghampiri mereka. Rafardhan semakin panik ingin membawa Wildan pergi.
"Rafardhan!" Dan suara berat itu membuat mereka menoleh ke sumber suara, para pria berjas tadi, yang salah satunya pria tua meski gagah, menghampiri mereka. "Eh, Wildan!" Wajah yang tadi serius kini berubah bahagia.
"Kakek!" pekik Wildan, mengambur peluk ke pria tersebut.
Kakek? Ini ayah Rafardhan? Oh benar, ini mall milik keluarga Kairav, kan?
"Oh cucu Kakek, udah tinggi banget! Kalian ngapain ke sini? Jalan-jalan, ya?" tanya ayah Rafardhan, Javiera tersenyum melihat itu meski aneh menatap Rafardhan yang kelihatan panik dan ingin kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]
Romance18+ "Bu Jeje ... nikah yuk!" Rafardhan Kairav namanya, duda statusnya, punya anak satu tapi lebih cinta kucingnya. Hobi? Sepertinya mengganggu Javiera, seorang guru muda dengan gombalan receh dan ajakan menjalin relationship. Sabar, sabar. Javiera s...