Chapter 45

8K 758 49
                                    

25 Mei 2021


•••

"Lah? Penghulunya mana, Pah? KUA-nya mana? Sanksinya gak dibawa? Kok buah doang?" tanya Rafardhan kala orang tua serta kakaknya datang menjenguk hanya membawa parsel berisi buah.

Ayahnya langsung menyentil jidat pria itu. "Aduh!"

"Bukannya salam, makasih udah dateng, ini nanyain oleh-oleh." Ayahnya mendengkus kesal.

"Ya mau gimana lagi, Pah." Rafardhan merengut. "Tadi nawarin, tapi PHP."

"Gak paham kentut semut kamu!" Lagi, ayahnya menyentil jidat Rafardhan.

"Pah, sakit!" kesal Rafardhan, ayahnya hanya tertawa.

"Jeje, makasih udah jagain mereka berdua, ya." Ibu Rafardhan tampak berbincang dengan Javiera.

"Iya, Mah." Keduanya tampak gembira.

"Ah, cucu kakek nenek udah sehat!" Dan kini orang tua Rafardhan beralih ke Wildan yang gembira akan kedatangan mereka.

"Yeay, ponakan uncle sehat!" Kakak Rafardhan serta istri dan anak-anaknya pun menghampiri Wildan.

Rafardhan diabaikan, pria itu mendengkus, tetapi syukurlah Javiera masih di sini jadi rasa irinya berkurang.

"Mereka sayang banget sama kalian, ya," komentar Javiera, siap menghampiri ke sana juga tetapi Rafardhan menahan.

"Sini aja, dong, temenin aku. Wildan udah banyak orang di sana, gak baik buat orang sakit," dalih Rafardhan tak ingin ditinggalkan. "Je, aku mau buah."

"Hm ... iya iya." Javiera menurut saja, ia mendekati parsel yang ada di meja. "Mau buah apa, Rafardhan?" Ia mengambil pisau.

"Buah hati kita, Je." Rafardhan cengengsan, tetapi cengengesannya hilang melihat Javiera yang memegang pisau seraya terdiam mematung. "A-anu ya ... apel aja ada?" Rafardhan meneguk saliva. Javiera diam-diam tertawa geli akan reaksi itu.

"Apel, ya." Javiera tersenyum hangat, ia mengambil banyak buah dari parsel ke sebuah wadah dan menuju wastafel untuk membersihkan apel itu. "Kulitnya mau dikupas?"

"Enggak usah. Entar vitaminnya berkurang." Rafardhan tertawa.

Javiera pun mulai memotong-motong apel itu, meletakkannya ke piring kecil, kemudian menghampiri Rafardhan.

Rafardhan membuka mulutnya lebar-lebar dan Javiera menyuapi pria itu. Rafardhan bertepuk tangan seraya terkikik.

"Kamu kayak anak kecil." Ia menoel pipi Rafardhan.

"Kamu kan suka anak kecil." Javiera hanya mengerutkan kening dengan wajah aneh, pun menggeleng-geleng miris. "Selain anak kecil, kamu suka apa?"

"Suka apa, ya?" Javiera tampak berpikir. "Banyak, kucing, anjing, kelinci, banyak."

"Suka aku?" Rafardhan dengan pede menaikturunkan alisnya. "Suka dong, kan? Masa enggak."

Javiera memutar bola mata tak menjawab, ia menyuapi Rafardhan apel lebih banyak agar pria itu diam.

Meski mulut penuh, ia tetap mengejek seraya tertawa. "Cie ghak njawab, bewartwi bhener, kwan?" Ya, meski tak jelas Javiera bisa mengetahui apa yang Rafardhan katakan. Javiera akui itu, jelas Rafardhan tahu pastinya, tetapi Javiera malas membuat kepala pria itu besar.

Ia kembali menyuapi Rafardhan yang belum sepenuhnya mencerna apelnya.

"Jwe, pwenhuh mhulutku!" Rafardhan berusaha mengunyah.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang