Chapter 8

9.4K 935 22
                                    

18 April 2021

•••

Sampai di rumah Rafardhan, terlihat pria itu susah payah turun dari mobilnya, dan Javiera seadanya saja menolong karena takut jatuh lagi. Pria itu kini sudah bisa berjalan meski harus mengangkat satu kaki dan terpincang-pincang.

"Kamu ... bisa jalan sendiri, kan?"

Rafardhan menatap sedih Javiera. "Entahlah, masih sakit banget gitu ...." Wajah Rafardhan menyendu.

Javiera menghela napas.

"Tolongin saya kek, sampe Wildan pulang, kalau gini siapa yang jagain saya?"

Javiera berpikir, malam ini ia harus bersiap-siap, tetapi sekarang ia bertanggung jawab atas keadaan Rafardhan saat ini. Sampai Wildan pulang tampaknya tak masalah.

"Iya, iya, Pak Rafardhan."

"Panggil Rafardhan aja coba, aku panggil kamu Jeje, lebih enak."

"Kamu kan lebih tua dari saya." Javiera menghela napas panjang, kini keduanya berjalan bergandengan menuju rumah.

"Tapi kan muka kita kayak seumuran, jadi gak papa, kan?"

Mata Javiera berputar malas. "Oke, tapi ada waktu-waktu tertentu."

Rafardhan tersenyum. "Iya paham kok paham." Kini mereka pun masuk ke rumah, keduanya perlu susah payah untuk akhirnya sampai di sofa, mendudukkan Rafardhan di sana.

"Kamu bisa ambilin pakaian aku di kamar? Aku mau ganti baju."

"Hm ... kamar kamu yang ...."

"Di sana." Rafardhan menunjuk salah satu pintu, Javiera pun menuju sana.

Rafardhan tersenyum lebar, melepaskan semua pakaiannya menyisakan kolor saja, dan tak lama Javiera datang.

Javiera memekik karena keadaan Rafardhan. "Heh! Kamu harusnya buka baju nanti aja sampe aku menjauh!" Ia melempar pakaian ke arah Rafardhan.

"Eh, maaf maaf." Meski nadanya menyesal, Rafardhan tersenyum melihat wajah yang ditutupi matanya itu, memerah. "Aku kepanasan soalnya!"

"Ck, terserah! Aku pergi dulu!" Javiera keluar rumah, membelakangi Rafardhan yang mulai memakai pakaiannya.

Javiera masih begitu memerah, tak disangka di balik hoodie oversize milik Rafardhan terdapat tubuh atletis yang menggoda. Beda jauh dari kepalanya yang kekanak-kanakan. Fakta mengerikan ada dua, dia bos, dia juga pria yang ... sangat ....

Javiera menggeleng keras. "Cih, dia tetep pria nyebelin!"

"Javiera!" panggil Rafardhan tiba-tiba.

"Kamu udah pakaiannya?" tanya Javiera, tak mau menoleh ke belakang.

"Bantuin aku make celana dong, susah makenya padahal pas lepas gak terlalu sakit."

Mata Javiera membulat sempurna, gila saja pria ini menyusuhnya memasangkan celana. Kedua pipinya memerah lagi. "Lho, gak bisa make sendiri apa?"

"Enggak bisa ...." Rafardhan merengek.

Javiera terpaksa, dan tampaknya akan aman karena Rafardhan sudah berpakaian dan hanya celana pendek. Tidak terlalu memalukan. Javiera pun mulai memakaikan celana ke Rafardhan, dengan hati-hati kala memasukkan bagian kakinya yang diperban.

"Ah ... sssttt ...." Rafardhan berdesis, atau lebih tepatnya mendesah sakit, yang membuat Javiera stres sendiri karena suaranya yang melenceng ke lain.

Rafardhan diam-diam tersenyum.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang