Chapter 29

5.5K 628 44
                                    

9 Mei 2021

•••

"Ah, begitu ...." Ayah Rafardhan mengangguk paham. "Jadi kamu mencintai Javiera atas dasar masa lalu kamu? Karena dia mengingatkan kamu pada Hope?"

"Kalau aku boleh jujur, ya, awalnya gitu." Rafardhan menoleh ke ayahnya. "Awalnya iseng, kayak aku sama Hope, dan lama-kelamaan rasanya tumbuh beneran. Semakin dalam, semakin ... argh susah dideskripsikan. Rasanya aku mau teriak aku cinta banget sama dia." Ia mendongak seraya memegang dada, mengulas senyum pula di sana.

"Ouh, kalau begitu, semangat, Anak Tua!" Sang ayah menepuk bahu Rafardhan yang asyik membayangkan kebahagiaannya di masa depan. "Kalau ada perlu bantuan--"

"Papah gak usah khawatir, aku bisa sendiri. Aku harus mandiri ngegaet hati kekasih tercintaku ...." Rafardhan membanggakan diri.

"Yang bilang mau nawarin bantuan siapa? Papah mau bilang, kalau ada perlu bantuan, jangan telepon kami." Anjay, keluarga macam apa! Rafardhan ber-poker face lagi. "Ya udah, itu aja yang mau Papah bilang."

Mata Rafardhan berbinar, apa tak ada hukuman?! Yeay!

"Lain kali, kalau peristiwa sama keulang, gak akan ada keringanan buat kamu."

Rafardhan memberikan hormat. "Siap, Komandan Papah."

"Papah pulang dulu." Rafardhan tersenyum lebar ke arah ayahnya yang beranjak pergi, dan tepat keluar ruangan ia menghela napas lega seakan sedari tadi ia menahan udara di paru-parunya.

Pria itu mengusap dada. "Huh ... selamat ...." Kemudian, senyum Rafardhan merekah. "Keknya gue harus jemput Wildan sepulang ini, sekalian sama calon ibunya."

Terkikik geli akan ide di kepalanya itu, Rafardhan pun mulai berjalan lagi, karyawan dan karyawati yang menyapa dibalasnya dengan ceria hingga akhirnya ia sampai di ruang kerjanya. Memikirkan banyak skenario indah yang akan ia temukan ... saat di sekolah anaknya nanti.

Dan tepat saat sore, sepulangnya Wildan dari sekolah.

"Lho, Papah ngapain ke sini?" tanya Wildan yang seakan menunggu seseorang bersama beberapa teman di depan pagar kala melihat ayahnya keluar dari mobil.

"Jemput kamu, lah." Rafardhan mencubit pipi Wildan gemas.

"Jemput aku?" Wildan menatap teman-temannya. "Ah gak mau ah, ngapain juga? Aku pulang sama Bang Gaege sama yang lain aja."

"Masa gitu?" Rafardhan cemberut. "Papah bela-belain ninggalin kerjaan Papah ke sini buat jemput kamu, lho."

"Bo'ong ah!" Wildan mendengkus. "Palingan Papah pengen jemput Bu Jeje, Bu Jeje kan gak pake mobil hari ini. Ngaku!"

Tampaknya tak bisa ditutupi, Rafardhan hanya cengengesan disembur anaknya.

"Bu Jeje udah pulang duluan," kata Wildan, dan seketika Rafardhan kaget.

"Pulang? Sendirian?"

"Sama Pak Anton tadi."

Ada sesuatu yang retak di balik dada Rafardhan mendengarnya, kenapa? Kenapa dengan pria itu lagi? Hati Rafardhan bersedih mendengarnya, ia telat, parah memang.

"Kamu seriusan?"

Wildan mengangguk, semakin sendu wajah Rafardhan dibuatnya.

"Eh, Om Rafardhan!" sapa sebuah suara, semua yang ada di sana menoleh, menemukan Gaege menghampiri mereka. "Om Rafardhan ke sini ... ngapain? Mau jemput Wildan?"

Rafardhan mengangguk lesu. "Tapi keknya dia gak mau ikut, deh. Suka banget dia jalan sama kamu sama temen-temennya ya." Ia tersenyum menyembunyikan wajah sedihnya.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang