Chapter 14

7.3K 841 32
                                    

24 April 2021


•••

"Wildan!" Wildan yang baru mengemas tasnya karena sudah pulang sekolah menoleh ke sumber suara, seorang anak laki-laki seumurannya memanggilnya dari ambang pintu. "Sini!"

"Apa?" tanya Wildan balik, menghampiri anak seumurannya itu.

"Kamu dipanggil Bu Jeje ke kantor, tuh." Wildan mengerutkan kening.

"Dipanggil ke kantor? Kenapa?"

Anak itu menggedikan bahu, meski kemudian matanya memicing memperhatikan Wildan.

"Kenapa?" Wildan terlihat bingung.

"Keknya dipanggil Bu Jeje ... hm ada bau-bau, bau-bau ...." Ia menggantung kalimatnya.

"Bau kentut? Kenapa sih kamu?" Wildan terlihat heran.

"Jadi bener ya kalau Bu Jeje jadi Ibu kamu?!" pekiknya, membuat pasang mata menoleh ke arah mereka.

"Ish, enggaklah, Papah cuman bercanda waktu itu." Wildan merengut. "Palingan cuman soal mainan aku yang disita, bwe!" Ia menjulurkan lidahnya. "Udah ah jangan kepo kalian, masih kecil kok sok-sokan kepoin masalah orang tua."

Wildan mengabaikan mereka, masuk ke kelas lagi guna merapikan barang-barangnya.

Seorang teman lain menghampiri anak laki-laki itu. "Hubungan Bu Jeje keknya lebih sama Papahnya Rafardhan, aku curiga!"

"Sama! Pasti ada sesuatu!" Ia menepukkan kepalan tangan di telapak tangan lain kayaknya palu. "Gak boleh dibiarin, pasangan Bu Jeje kan harus Pak--"

"Ghibah terus, gosip terus, dosa!" teriak Wildan yang tak mereka sadari sudah keluar dari kelas bersama tas di punggung. "Udahlah kalian masih kecil, gak usah mikirin orang dewasa, ulangan banyak remedial tuh, pikirin itu!"

Mereka tertohok karena ucapan Wildan, yang kemudian beranjak pergi sesuai perintah, menuju kantor Javiera. Namun ternyata Javiera sudah ada di luar, mengunci pintunya.

"Ibu!" panggil Wildan, menyalimi wanita itu dengan sopan. "Katanya Ibu manggil aku, ya?"

Javiera tersenyum hangat, mengusap puncak kepala Wildan. "Iya, Wildan. Omong-omong, kamu pulang sendiri, ya?"

Wildan mengangguk. "Iya, Bu. Emang kenapa?"

"Kenapa kamu gak dianterin ayah kamu kayak biasa pergi sekolah?" Javiera malah bertanya balik.

"Mm karena kalau pagi, gak naik mobil, entar bisa telat, Bu. Lagian Papah gak bisa jemput kalau pulang karena kerja, dan aku lebih suka jalan sama temen-temen biar bisa jajan." Wildan menyengir lebar, meski kemudian mengheran. "Ada apa, Bu?"

"Lho, apa enggak bahaya buat anak-anak seperti kamu?" Jujur, Javiera sangat khawatir sekarang, Rafardhan kenapa tidak menjaga Wildan ataupun setidaknya menyewa antar jemput?!

"Gak papa, Bu. Di antara temen aku, ada Abang Preman temen Papah yang ditunjuk buat jagain aku sama temen-temen. Jadi enggak bakal takut." Mata Javiera membulat sempurna. "Lagian aku juga yang minta ke Papah buat jalan sendiri pulang, kan jarak sekolah sama rumahku gak terlalu jauh."

Preman?! Tunggu tadi apa? Teman Rafardhan katanya?!

Rafardhan ternyata bukan pria simpel biasa, pria itu punya banyak simpanan. Ah, bukan, tapi beragam rahasia yang belum terungkap.

"Ah begitu ...." Wanita itu manggut-manggut. "Mm Wildan, kamu mau Ibu antar pulang? Kan rumah kita sama arahnya."

Wildan menggeleng. "Enggak usah, Bu, terima kasih."

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang