Chapter 21

6.7K 753 19
                                    

1 Mei 2021


•••

Javiera duduk di dapur menghadap jendela, menatapi hujan di luar seraya menyesap susu cokelat hangat yang dibuatnya. Wanita itu terlihat segar, masih dibalut mantel handuk, dan ada senyum tipis terukir di bibir.

Malam Minggu ini, ia akan ke tempat Anton, untuk makan malam berdua. Rasanya tak sabar menunggu malam ini, dan ia harap ... ekspektasinya sesuai. Setidaknya 60%.

Tok! Tok! Tok!

Javiera menoleh ke sumber suara, di luar, seseorang mengetuk pintu. "Lho? Hari hujan begini siapa yang berkunjung?" tanya Javiera pada diri sendiri.

Kembali, ketukan terdengar, dan kali ini disertai suara. "Bu Jeje!"

"Lho? Wildan?"

Javiera segera menuju keluar. "Sebentar ya, Wildan!" Segera ia memakai pakaiannya sebelum akhirnya membukakan pintu.

Benar, itu Wildan yang dibalut jas hujan kemudian memakai payung.

"Lho, hujan-hujan begini kenapa kamu datengin Ibu, Wildan?" tanya Javiera terheran-heran.

Wildan menyengir lebar. "Ibu, Ibu mau ikut gak sama aku sama Papah?"

"Eh? Ikut kamu?" Wanita itu semakin bingung.

"Tenang aja, Bu. Abis ujan, kok, jalannya." Wildan tersenyum lebar. "Aku sama Papah mau ke mall, buat ke arena bermain sama jalan-jalan keluar, Ibu ikut, gak?"

"Jalan-jalan?" Javiera terlihat bimbang, selain karena malam ini ada janji, sebenarnya ia enggan pergi lagi, apalagi bersama Rafardhan, tetapi mengetahui Wildan yang memintanya ia kesulitan menolak. Tampaknya Rafardhan punya cara menyebalkan membuat Javiera tetap lengket di sekitar pria itu.

Astaga ....

"Gimana, Bu? Brrr ...." Wildan memeluk dirinya sendiri, sekalipun dilindungi payung dan jaket jas hujan tetap saja anak itu kedinginan.

"Astaga ... kamu disuruh Papah kamu ngasih tau Ibu ampe ujan-ujanan gini? Kenapa juga gak pake hubungin pake smartphone?" Javiera mendengkus pelan, menarik lembut Wildan agar masuk. "Astaga, kasian kamu basah-basahan!"

"Papah ... hacih ... gak punya nomor Ibu hacih."

Javiera lupa hal itu, tapi kenapa Rafardhan tidak minta saja nomornya pada guru lain?! Pastinya Rafardhan punya nomor ponsel guru lain. Duda satu ini pasti sengaja!

Walau sebenarnya Javiera tak suka nomornya disimpan Rafardhan, pasti pria itu akan mengiriminya hal aneh, dan melakukan hal aneh. Hih ....

"Aduh ...." Javiera meletakkan payung Wildan, melepas jaket jas hujannya, pergi sejenak untuk mengambil handuk lalu menyelimuti Wildan yang masih kedinginan. "Masuk dulu, yuk. Pulangnya abis ujan reda aja. Kamu mau susu cokelat?"

Wildan mengangguk sendu, Javiera tersenyum mengusap puncak kepalanya dan mengajaknya masuk. Kondisi Wildan mulai menghangat seraya menyesap cokelat hangatnya.

"Enak?" tanya Javiera.

Wildan mengangguk. "Enak banget! Aku suka Bu!" Anak itu menyengir lebar.

"Oh ya Wildan, kamu hafal nomor Papah kamu?" Wildan tampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Ya udah, biar Ibu hubungi Papah kamu aja, ya."

"Oke, Bu!" Wildan mengacungkan jempol. "Pasti seru jalan sama Ibu sama Papah!"

Dada Javiera rasanya teriris, semakin sulit ia menolak. Rafardhan menyebalkan!

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang