Chapter 24

6.1K 702 25
                                    

4 Mei 2021


•••

Javiera bersyukur perjalanannya bersama Wildan, ayah Rafardhan, dan dua peliharaan Rafardhan berjalan mulus. Tidak seperti Rafardhan yang perangainya entah menurun dari siapa, kakek Wildan itu punya nilai plus. Pria itu dewasa dan berwibawa, sangat hangat meski masih ada hawa-hawa menakutkannya, Javiera tak terlalu mempedulikan kegalakan itu karena ia tahu itu hanya untuk Rafardhan.

Sekarang, setelah sekian lama jalan-jalan ke sana kemari, tepat sebelum pukul 4 Javiera pun pulang, agak tidak tega meninggalkan Wildan tetapi melihat anak itu bahagia saja dengan sepupu-sepupunya, dan peliharaan Rafardhan pun baik-baik saja, Javiera yang tahu dirinya ada urusan penting memantapkan hati akan pilihan itu.

Rafardhan tampaknya masih bekerja, tetapi siapa yang peduli dengan pria itu.

Javiera diantar sopir dari ayah Rafardhan, cukup cepat dirinya sampai di depan rumahnya, dan baru keluar serta melangkah beberapa kali ke depan ponsel wanita itu berdering. Javiera berhenti, mengeluarkan ponsel, sebelum akhirnya melihat apa yang ada di sana.

Pesan dari Rafardhan.

"Je, kamu udah pulang?" Ia pasti tahu Javiera tak akan menetap hingga pukul 4. "Wildan, Hitam, sama Wiskes bareng kamu, kan?"

Dengan agak malas, Javiera membalas. "Iya, aku udah pulang. Dan enggak, anak-anak kamu sama kakeknya."

Dengan senyum keji, Javiera menimpali.

"Semangat kerjanya, ya, Rafardhan."

Itu ejekan bagi Javiera, tetapi jawaban Rafardhan agaknya membuatnya kesal.

"Makasih semangatnya, aku jadi semangat lagi, hehe." Ia bisa membayangkan wajah idiot pria itu. "Kapan-kapan jalan lagi, yuk."

"Ogah!" Javiera memekik, tak membalas pesan Rafardhan, ia masuk ke rumahnya dan tentu saja membersihkan diri agar rasa lelah setelah bermain bersama mereka hilang.

Walau sejujurnya, Javiera tak merasakan kelelahan ... sedikit, hanya saja lebih banyak rasa bahagia di sana. Tentu karena bersama Wildan, bukan Rafardhan, duda satu itu benar-benar kampret. Rutinitas berjalan santai hingga akhirnya malam, tepat pukul 7.

Javiera siap pergi ke rumah Anton, bersama pakaian elegan serba hitam, tetapi amat santai karena tahu ia akan di rumah, sebelum akhirnya bersama mobil yang siang tadi sudah diantarkan pihak bengkel kembali ke rumah pria itu. Anton sudah menghubunginya soal alamatnya, dan satu yang Javiera tahu Anton tak banyak bicara.

Atau mungkin pria itu terlalu gugup berbicara apa pun, ia bahkan typo beberapa kali dan meminta maaf terlalu banyak, bagi Javiera sikap itu lumayan manis untuk seorang guru olahraga berpenampilan lugu.

Sampai akhirnya, Javiera tiba di rumah Anton, rumahnya tak terlalu mewah, tidak pula sederhana, sangat sedang dan serupa rumah lawas yang sangat dijaga apik. Arsitektur modern bercampur klasik khas yang Javiera suka, wanita itu keluar mobilnya.

Anton keluar dari rumah, tampak buru-buru ingin menghampiri Javiera, bahkan celemek sempat tak ia lepaskan dari badan, tubuhnya terbalut jas khas yang tak mengubah perangai aslinya. Anton menghampiri Javiera, mempersilakannya berjalan layaknya putri kerajaan.

"Santai aja, Pak Anton." Javiera tersenyum geli, membuat Anton malu-malu kucing, kemudian menatap rumah pria itu. "Wah ... ini rumah Bapak? Kesannya unik, ya."

"Ini rumah peninggalan Kakek saya, Bu." Anton menjawab komentar Javiera.

"Uh waw ... keliatan tua, dan kamu jaga ini dengan baik."

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang