Chapter 44

7.3K 815 59
                                    

24 Mei 2021


•••

Selama beberapa saat, posisi mereka terus begitu, keduanya sangat menikmati momen demikian di mana keterbukaan antar keduanya akhirnya terjalin. Rasanya seperti mimpi ... berbagi kehangatan dengan pelukan.

Sampai tiba-tiba ....

"Je, aku mau pipis."

Javiera segera melepaskan pelukannya, menyeka air matanya kemudian. "Ya udah, aku bantu kamu ke toilet."

"Sekalian bantu aku pegangin sama siram anuku, ya." Javiera mengerutkan kening. "Tanganku susah lakuinnya sendiri, Je." Rafardhan menyengir lebar.

Javiera langsung memukul bahunya, Rafardhan mengaduh.

"Mesum!"

"Lah? Kok mesum? Kan aku cuman minta kamu megangin tiang infusku, terus tekan siram klosetnya pas aku udah," kata Rafardhan, Javiera menatap dengan picingan mata, jelas sekali Rafardhan hanya berdalih ke arah lain. "Mikirnya ke lain, ya? Ya kan? Siapa yang mesum nih? Mesum teriak mesum!" ejek Rafardhan.

Lagi, Javiera mendengkus seraya memukul pria itu di paha.

"Hadeh, Je! Ringan tangan banget, sakit tau!"

"Bodo! Cepetan deh!"

"Sabar, sabar." Rafardhan dengan dibantu Javiera mulai turun dari ranjang, wanita itu berusaha agar infus Rafardhan stabil karena bisa saja darah naik ke selangnya dari sana, sebelum akhirnya masuk ke toilet yang tersedia.

Wildan membuka matanya melihat dua orang dewasa itu masuk ke toilet, pun terkikik diam-diam. Akhirnya kisah cinta ribet dua manusia itu bisa diluruskan lagi, dan ia tersenyum hangat mengingat hari-harinya di rumah sakit bersama Javiera yang menjaganya dan juga ayahnya.

Di dalam toilet, kini Rafardhan masuk sendirian sementara Javiera berada di luar.

"Je," kata Rafardhan dari dalam.

"Hm?" tanya Javiera balik.

"Hitam sama Wiskes gimana keadaannya ya?" tanya Rafardhan. "Mereka baik-baik aja, kan?"

"Dititip katanya di shelter kamu, sama Helga di sana."

Rafardhan menghela napas lega. "Syukurlah. BTW, keluargaku gak ada yang jenguk apa?"

Javiera terdiam, benar keluarga Rafardhan tak ada yang datang, hanya ada dirinya. "Enggak ada, sih. Keknya karena gak ada yang ngabarin mereka?"

"Mustahil, Je. Pasti ada." Kemudian, Rafardhan berpikir, ia teringat ungkapan ayahnya soal tak akan membantunya menghadapi cintanya. Hal itu membuat si pria mendengkus. "Sengaja pasti mereka."

"Eh? Sengaja?" Javiera bingung.

"Kamu yakin gitu gak ada keluargaku yang datang?"

Javiera terdiam dan mengingat-ingat, dia ada sih melihat mobil yang mirip mobil ayah Rafardhan. "Ada sih mobil mirip punya ayah kamu, cuman stop sebentar abis itu udah pergi."

"Nahkan!" Rafardhan membuat Javiera semakin bingung. "Sengaja mereka!"

"Udah deh ngomongnya, kamu udah selesai pipisnya?" tanya Javiera mendengkus.

"Dikit lagi, Je. Keknya aku kangen pipis lewat sini, Je." Javiera memutar bola mata. "Udah!"

"Ya udah, bersihin tarik celana, entar aku masuk!" Sesuai ungkapan, Rafardhan pun memakai celananya lagi dan setelah itu Javiera masuk dengan mata memejam, menekan tombolnya agar tersiram, sebelum akhirnya keluar lagi.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang