Chapter 12

8.2K 835 14
                                    

22 April 2021

•••

"Maaf, Pak, Bu, saya enggak sengaja! Maaf! Saya akan ganti! Maaf maaf maaf!" Sang guru muda memohon maaf pada dua insan itu. "Maaf!" Javiera tak tahu harus bereaksi apa, ia menatap temannya dan Rafardhan yang terdiam bersama wajah miris bergantian.

Apa yang harus ia lakukan? Action figur ini mahal, satu ini satu juta lebih seingatnya. Uang sebanyak itu akan susah didapatkan jika masih banyak keperluan lain wanita di hadapannya ini, terlebih ia satu-satunya tulang punggung keluarga. Apa Javiera memberikannya uang saja? Atau membuat Rafardhan tutup mulut dan merelakan?

"Ah, iya!" Namun tiba-tiba, wajah Rafardhan ceria lagi. "Ada garansinya, sih. Lagian rusaknya gak parah, kan? Bisa aja ke toko, terus minta ganti, nah iya iya iya." Rafardhan manggut-manggut dan Javiera menghela napas lega.

"Udah, gak papa, gak papa." Javiera menenangkan wanita di hadapannya.

"Je, bantu anter aku ke sana, dong," pinta Rafardhan.

Javiera menatap tak percaya pria itu, tetapi ia kemudian menghela napas pasrah akan keadaan. "Kamu tolong jagain anak-anak, ya. Keknya saya izin sebentar dulu hari ini. Tapi belum jam saya juga, sih."

"Baik, Bu. Baik. Terima kasih banyak ya, Pak, Bu." Ia membungkuk hormat, Javiera dan dia membereskan mainan Wildan, sebelum akhirnya Javiera bersama bingkisan itu menghampiri Rafardhan.

Javiera menyerahkannya ke sang ayah pemilik.

Namun Rafardhan tak menyambut, pria itu menyengir lebar. "Bantu bawain, dong. Aku susah nih."

"Kaki kamu kan yang sakit, bukan tangan?" Javiera mengangkat sebelah alis. "Bawa sendiri!" Dikaitkannya bingkisan ke tangan Rafardhan, dan tiba-tiba pria itu oleng.

"E e e eeee ...." Hingga akhirnya Rafardhan dengan akting lebai jatuh ke pelukan Javiera. Bertepatan sebuah lagu ala FTV cinta-cintaan klise muncul. Selama beberapa saat mereka terdiam, saling menatap, begitupun teman guru Javiera yang syok melihat adegan mesra meski berposisi terbalik tersebut.

Sampai, Javiera menampar wanita di dalam dirinya dirinya sendiri karena sempat terpesona wajah Rafardhan yang rupawan. Disingkirkannya Rafardhan dari pelukan, kemudian memegang bingkisan itu kembali ke tangannya. "Lembek banget!"

"Sakit ...." Rafardhan merengutkan bibir. Javiera mendengkus akan tingkah kekanak-kanakannya.

Dan kemudian si wanita mengembuskan napas, asal suara itu jelas bukan backsound yang disengaja. "Astaga, anak-anak kok nyalain lagu di jam mapel?" Ia menatap temannya. "Tolong kamu urus anak-anak, ya."

Barulah temannya tersadar dari lamunan ke-uwu-an mereka. "Ah, i-iya, Bu. Baik." Ia pun beranjak meninggalkan keduanya.

Javiera menatap malas Rafardhan. "Can you not?"

Rafardhan terkekeh. "Maaf maaf."

Keduanya pun berjalan dengan saling membahu menuju mobil lagi, seperti tadi Javiera yang menyetir.

"Surat-suratnya ada di rumah?"

"Enggak, ada samaku, kok." Rafardhan menunjuk belakang mobil.

"Lho, ini kan mobilku."

"Oh astaga lupa!" Rafardhan menepuk kening, dan Javiera memutar bola mata. "Bolak balik keknya ya. Nanti kubayarin uang bahan bakarnya, deh."

"Terserah kamu."

Pertama, mereka menuju ke rumah Rafardhan untuk mengambil kunci mobil guna membuka garasi mobil mengambil apa yang diperlukan, surat garansi. Barulah setelah itu menuju toko tempat ....

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang