Chapter 26

6K 673 25
                                    

6 Mei 2021


•••

"Ya udah ... aku ... aku pulang, ya, Anton." Javiera berkata, tersenyum hampa, dan Rafardhan diam-diam tersenyum puas akan kerja kerasnya yang berhasil membawa pulang calon istrinya itu. "Makasih buat makan malamnya, aku bahagia banget."

"Sama-sama, Javiera." Anton tersenyum kecut.

"Kapan-kapan ... kita dinner lagi, yuk?" ajak Javiera, Anton menatap wanita itu tak percaya, wajah Javiera terlihat antusias.

Dan Rafardhan, tentu cemburu karenanya.

"Aku suka banget sama pria yang sefrekuensi samaku, lho. Kamu orangnya asyik!"

Anton tersipu akan pujian itu, apa ia punya harapan? Masih ada keraguan karena ada Rafardhan di antara mereka tapi ... mungkin usaha tak akan mengkhianati hasilnya. Selain berusaha meninggikan harga diri, juga mengejar Javiera, tak boleh pesimis, harus optimis.

"Iya, Je. Kalau ada waktu luang."

Keduanya saling tersenyum, membuat wajah Rafardhan dongkol seraya memungut jasnya, sebelum akhirnya berbalik, beranjak pergi meninggalkan Anton yang tampak bahagia karena melihat lampu hijau di depan matanya. Keduanya masuk ke mobil masing-masing, dan menjalankannya dengan kecepatan sedang di mana Javiera ada di depan, dengan Rafardhan mengekori.

Javiera melirik ke kaca spion, jelas Rafardhan ada di belakangnya. Keduanya tak tahu apa yang dipikirkan satu sama lain, meski demikian ada satu hal yang pasti. Keduanya sama-sama kesal karena alasan tersendiri. Rasanya Javiera ingin tancap gas menjauhi Rafardhan, tetapi mobilnya baru keluar bengkel, ia tak ingin risiko mobilnya masuk lagi ke sana.

Namun, mungkin sedikit tancap gas tak akan masalah?

Javiera menaikkan kecepatan, membuat Rafardhan kaget karena Javiera mulai menjauh dari mobilnya, sempat Javiera tersenyum lebar melihat mobil itu menjauh sampai tanpa disangka mobilnya mulai mengalami kendala. Dan Rafardhan, merasa aneh dengan mobil Javiera, seketika berhenti.

Dan benar, beberapa saat setelah itu, Javiera juga berhenti, syukurlah jarak mereka agak jauh hingga tak terjadi tabrakan.

Buru-buru, Rafardhan keluar, menghampiri Javiera yang menghempas tangannya ke setir sebelum akhirnya juga keluar. Rafardhan tersenyum geli karena jelas mobil wanita itu mengalami mogok.

"Nah nah nah." Rafardhan menepuk tangan sekali. "Bayangin kalau aku gak ikutan sama kamu."

Dengan kesal, Javiera menatap Rafardhan. "Kalau aja kamu enggak ikut, semuanya enggak bakal kacau, dan bisa dipastikan mobilku enggak bakal mogok karena ngebut!" Javiera mendengkus.

"Ya ... udah takdirnya begitu?" Rafardhan yang menggedikan bahu membuat Javiera semakin panas. "Ya udah, ayo ke mobilku, kita pulang bareng."

"Gak, duluan aja sana!" Javiera menjawab ketus. "Aku mesan taksi aja."

"Jangan pulang sendirian pas malem begini, Je. Kalau ada yang lebih aman, dan tentunya gak bikin keluar duit, kenapa enggak kan?"

"Kamu yang bikin aku keluar duit!" Javiera menampar mobilnya yang mogok. "Benar-benar menyebalkan!"

"Maaf, deh maaf ... oke, aku aja yang bawa mobilmu ke bengkel, oke?" Rafardhan mengangkat kedua tangannya. "Wildan udah nungguin kita pulang, kita harus pulang."

Mendengar nama Wildan, emosi Javiera mulai menurun, wanita itu menghela napas pasrah.

"Terserahlah."

Rafardhan tersenyum. "Gitu, dong. Biar kupanggil pihak bengkel ya." Javiera mengambil barang-barangnya di mobil sementara Rafardhan mulai menghubungi pihak bengkel, Javiera pun masuk ke mobil Rafardhan.

Saat itulah, mata Javiera menangkap sebuah kertas yang muncul di laci dashboard. Javiera menatap Rafardhan yang sibuk menelepon kemudian membuka bagian sana. Nyatanya, isinya adalah foto-foto, memungut beberapa Javiera menemukan Rafardhan muda berseragam kafetaria bersama orang-orang lain yang juga berseragam sepertinya. Membalik kertasnya, tertulis "Me and my big family"

Foto kedua, ada Rafardhan dan seorang preman ... keduanya tampak tersenyum ke arah kamera sambil preman itu menggendong kucing hitam di tangannya. Saat dibalik, tulisannya, "Me, Alm. Bang Vic, dan buyut Hitam."

Itukah Victor yang dimaksud Rafardhan?

Foto lain ada Rafardhan muda dengan tujuh orang lain, mereka berpasang-pasangan laki-laki perempuan termasuk Rafardhan, berenam, dengan satu orang anak di sana. Di balik, tulisannya adalah "Me, My love, Geraldi, Prilly, Brendon, Manorama, Gaege."

"My love? Ini mendiang istri Rafardhan?" tanya Javiera pada diri sendiri.

"Iya, itu mendiang istriku." Javiera terperanjat, menoleh ke arah Rafardhan yang ternyata entah sudah kapan ada di sampingnya, Javiera buru-buru meletakkan foto-foto itu ke tempatnya sementara Rafardhan duduk di bangku kemudi, pria itu menghela napas panjang. "Kalau kepo liatin aja, gak papa."

Javiera menggeleng. "Enggak, maaf ...."

"Buat apa minta maaf? Gak papa kok." Rafardhan tersenyum kecil. "Mereka bentar lagi dateng, pulang dulu atau nungguin aja?"

"Wildan nungguin kita, kan?" Javiera masih malu.

Rafardhan tersenyum. "Oke, deh." Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Omong-omong, namanya Hope, artinya harapan."

"Ah ...." Javiera tahu, itu nama mendiang istri Rafardhan.

"Kamu tahu, nama Wildan ada campuran nama dia."

Javiera menatap bingung, sungguh?

"Hope, sesuai artinya kan harapan. Wildan, itu diambil dari kata Will, artinya harapan dia yang akan terwujud ... Dan ya jelas dari namaku, Rafardhan. Paham, gak?"

"Mm ah begitu." Javiera mengangguk paham. "Dia keliatan seperti ... wanita kuat dan mandiri."

"Banget." Rafardhan tertawa pelan mengakui. "Dia rada galak dan judes, sebelas dua belas kamu keknya, awal-awal dia gak suka aku."

Apa ini alasan Rafardhan mengejar Javiera? Karena Javiera dan mendiang istri Rafardhan  ... punya kesamaan? Galak? Judes? Javiera tak merasa demikian. Apa sifat itu keluar karena sifat tengil Rafardhan? Ia rasa begitu ... tampaknya Javiera harus berhati-hati, bisa saja Rafardhan mengeluarkan jurus maut agar ia jatuh cinta.

Entahlah ... ogah atau terima? Javiera tak sebenci itu pada Rafardhan, sih ....

Wanita itu tak ingin berkomentar apa pun di mode sedih begini, tak pantas menurutnya sekalipun ada yang mengganjal di dada.

"Aku cuman punya beberapa foto dia, dia bahkan gak suka difoto, itu aja aku maksa sambil nangis lho." Rafardhan tertawa pelan begitupun Javiera. "Cuman baik aku sama Wildan, kami punya kenangan masing-masing tentang Hope, kamu tahu. Diabadikan ataupun enggak jadi ini, dalam hati kami dia pasti akan terus ada."

Javiera mengangguk mengerti, pasti sulit ditinggalkan mereka yang dicintai. Javiera masih tak berkomentar, tak tahu harus berkata apa sekarang.

"Kayak gak bisa move on, ya?" Rafardhan tertawa pelan. "Tapi enggak, Je, kamu tahu ... move on bukan istilah tepat buat kupake, tapi terus menatap ke depan, gak seharusnya masa lalu mempengaruhi masa depan, dan yang sekarang terjadi adalah kemauanku dan memang rasa yang tulus di dadaku."

Tampaknya Rafardhan berusaha meluruskan agar Javiera tak salah sangka, tetapi apa peduli Javiera? Javiera malas menanggapi sekarang.

"Diam mulu, Je? Ngantuk, ya?"

Javiera menghela napas panjang. "Aku gak tahu mau nanggepin apa, tapi aku dengar semua cerita kamu, kok." Javiera mengangguk paham. "Aku harap ... kamu dan Wildan ... semua hal yang terbaik untuk kalian."

"Aamiin, makasih doanya, Yang Terbaik."

"Eh?" Javiera bingung akan ungkapan Rafardhan. "Apa maksudnya?"

"Gak papa, kok." Rafardhan masih tertawa pelan. "Kita udah sampai."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang