Chapter 2

22.5K 1.8K 89
                                    

22 Februari 2021


•••

Wildan tengah bermain dengan si Hitam, kucing kesayangan sang ayah, ia menyelimuti kucing berwarna sesuai namanya itu, yang tengah tertidur pulas dengan kain. Membentuknya layaknya ekor putri duyung.

Terciptalah ....

"Kucing Duyung!" pekik Wildan, memotret kucing itu dengan ponsel, sebelum akhirnya mengirim pesan WhatsApp ke sang ayah yang kontaknya dinamai, "Bapak Siapa Ini? Bapakku, Lah!" dengan tulisan, "Kalau Papah gak nepatin janji, ikan ini bakalan aku goreng!" Dengan nada ancaman di sana.

"Kucing Duyung!" pekik Wildan, memotret kucing itu dengan ponsel, sebelum akhirnya mengirim pesan WhatsApp ke sang ayah yang kontaknya dinamai, "Bapak Siapa Ini? Bapakku, Lah!" dengan tulisan, "Kalau Papah gak nepatin janji, ikan ini bakalan aku g...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini gambar almarhum kucing author 😁 author membuat cerita ini sebagai bentuk penghormatan dan rasa sayang author pada Hitam.

Di sisi lain, nyatanya pria itu tengah asyik berputar di atas kursi kebesarannya, pria yang kini memakai jas itu terlihat kelelahan hingga bersantai-santai di sana. Ia baru sampai setengah putaran ketika ponselnya berdering, segera Rafardhan membuka pesan.

Dari putranya, sosok yang diberi nama kontak, "Anak Dari Manusia Tertampan Di Dunia."

Membuka isi pesan dari pop up itu, mata Rafardhan membulat, kaget bukan main akan ancaman yang sebenarnya main-main tersebut. Terlebih, kini Wildan menimpali.

"Jangan sampai lupa, ya, Papah :)" Dan emotikon tersenyum itu terngiang-ngiang di kepala Rafardhan.

"Waduh ...." Rafardhan terlihat sangat ketakutan. "Wildan tadi pesen mainan apa, ya? Hampir aku lupa! Duhileh!" Ia menepuk jidat.

Segera, ia membalas pesan putranya. "Eh jangan, dong, Sayang. Papah inget, kok, janji Papah! Serius!"

Dan Wildan hanya membalas dengan emotikon oke di sana, Rafardhan semakin panik. Ia mengetuk-ngetuk kepalanya yang terasa kosong, entah mengapa ingatannya tentang janji sang anak kini ia lupakan.

"Haduh ...."

"Pak Kairav." Seorang wanita bersama berkas di tangan masuk ke ruangan, Rafardhan yang asyik berpikir tak menoleh ke arahnya yang mulai masuk dan menghampiri pria itu. "Ada beberapa berkas yang perlu Bapak lihat dan tandatangani." Ia menghadap pria yang masih saja menggali isi otaknya sendiri itu.

Mengabaikannya.

"Pak?"

Rafardhan mengangkat kedua tangan pasrah, sudah tidak ingat apa-apa, dan kini kesibukannya membuat pria itu benar-benar frustrasi. Ia mengambil berkas itu dari tangan sang sekretaris sebelum akhirnya menelitinya. Terlihat di wajah Rafardhan penuh kebimbangan di sana.

"Pak, ada yang bisa saya bantu?" Rafardhan menghentikan tangannya yang membolak-balik kertas itu. "Bapak kelihatan banyak pikiran."

"Ah, hm ...." Rafardhan menatap sekretaris wanita itu, wajah frustrasi kentara.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang