Chapter 37

5.6K 676 46
                                    

17 Mei 2021


•••

Ini sudah malam, dan masih tak ada tanda-tanda balasan dari Anton soal pertanyaan Javiera. Pikiran Javiera jadi semakin kalut karena takut hal ini akan terus berlarut dan menjadi benar-benar di luar keinginannya.

Ia hanya perlu jawaban.

Sebuah jawaban.

Hal ini membuat wanita itu sama sekali tak bisa tidur sekalipun sudah jam malamnya tidur seperti biasa, hanya bisa berbaring di kasur dan sesekali mengecek gawai, berharap ada notifikasi apa pun soal Anton.

Javiera menghela napas panjang, lelah.

Bangkit dari rebahannya, wanita itu menuju dapur, membuat cokelat hangat yang ia harap mengurangi stresnya seperti biasa, ketika ia dengan suara gitar di belakang rumah. Seseorang tengah memainkan gitar di sana, kemudian disertai nyanyian merdu.

Javiera yang penasaran membuka pintu dapurnya, terlihat halaman belakang wanita itu yang sepi, dan di sampingnya ada halaman lain yang tak terlalu jauh, suara itu dari sana. Dari belakang rumah Rafardhan yang ia lihat pintu dapurnya juga terbuka karena ada cahaya lampu di sana. Terlihat di salah satu bangku, seseorang memunggungi Javiera, tengah bergitar dan bernyanyi.

Apa itu Rafardhan? Gesturnya memang mirip.

Suara yang indah, dan Javiera tak tahu Rafardhan bisa bernyanyi serta memainkan gitar. Javiera memperhatikan punggung pria itu, menikmati alunan musik yang dibawakannya, sampai kenyataan menampar wanita tersebut.

Segera, Javiera masuk rumah, menutup pintu dapurnya. "Je, ngapain, ih!" Ia merutuki diri sendiri.

Kembali ke aktivitasnya membuat cokelat hangat, dan duduk di kursi seraya menikmati minuman itu. Juga menikmati suara Rafardhan yang agak teredam karena jarak antar mereka.

Suara yang manis, ditambah cokelat hangat, dan rasa kantuk yang menyerang. Javiera yang sebenarnya yakin akan sulit tidur, malah tepar begitu saja setelah beberapa saat berusaha bertahan.

Dan pagi harinya, Javiera terbangun secara tiba-tiba, hal yang membuat wanita itu merasakan pening di kepala.

"Aduh ...." Javiera merengek, memegang kepalanya. "Sssttt ...."

Menenangkan diri selama beberapa saat, Javiera menatap sekitaran. Ia masih di dapur, tidur dalam posisi duduk, karena suara Rafardhan yang bak lullaby.

Ya Tuhan ....

Javiera pun mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang berhamburan, sebelum akhirnya berdiri menuju kamar. Hal pertama yang ia lakukan adalah duduk di tepi kasur, membuka ponselnya berharap ada notifikasi apa pun tentang Anton di sana.

Nihil.

Javiera mendesah gusar, ini menyebalkan.

Apa sanggup ia menjalani hari-hari biasa dengan pikiran penuh begini? Semoga saja bisa. Wanita itu memulai aktivitas paginya seperti biasa, keluar dari rumah siap berangkat ke sekolah, dan hal itu bertepatan juga Rafardhan dan Wildan yang keluar.

Masih tak ada sapaan atau hal pagi hari yang sering Rafardhan lakukan, tetapi Javiera tak terlalu mengharapkan hal tersebut. Keduanya kini bersamaan menuju ke sekolah.

Namun, Rafardhan yang awalnya ada di depan Javiera melambatkan mobilnya, membuat Javiera mendahuluinya seraya menatap bingung di balik kaca spion. Mobil pria itu berhenti, si pria keluar bersama kandang di sana, mendekati seekor kucing dan entah apa yang dilakukan Rafardhan setelah itu.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang