Chapter 40

7.3K 735 55
                                    

20 Mei 2021


•••

"Ibu bersikukuh gak suka karena Pak Rafardhan kebalikan dari keinginan Ibu, tapi tipe yang sesuai keinginan--sempurna--itu hampir mustahil, Bu. Kedekatan Ibu sama Pak Rafardhan, segala hal yang kalian lakukan, pasti ada bawa perasaan di sana, Ibu gak mengindahkan hal itu karena Ibu muka tembok sama fakta, dan Ibu membohongi hati kecil Ibu kalau faktanya Ibu udah jatuh hati ... Ibu jatuh cinta sama sifat khas Pak Rafardhan, kebaikan hati Pak Rafardhan, kegantengan Pak Rafardhan, dan kekerenan Pak Rafardhan dan--"

"Cukup! Iya saya paham!" Javiera menghentikan Ikha, ia benar-benar menggambarkan semua hal yang memang Javiera kagumi dari Rafardhan. "Iya, saya jatuh cinta sama dia! Tapi sekarang udah terlambat, udah telat buat saya karena saya udah nuduh dia yang enggak-enggak, dan sekarang dia udah memilih wanita lain. Kami udah cukup sampai di sini."

"Hm ... baiklah kalau begitu, Bu. Semoga Ibu menemukan yang terbaik ya." Ikha mengusap tangan Javiera yang mengangguk lemah. "Tapi saya mau pesan satu hal sama Ibu, pikirkan segala hal dengan matang terus baru putuskan. Gegara cinta keknya Ibu bukan Ibu lagi ... eh ups maaf Bu."

Ikha memukul bibirnya yang ia anggap lancang.

Namun Javiera yang lesu langsung mengangkat badannya, matanya cerah lagi seraya menatap Ikha. "Kamu bener Ikha, kamu bener. Terima kasih banyak!"

"Eh, mmm sa-sama-sama, Bu."

"Ah, saya akan memikirkan apa yang harus saya lakukan, mungkin ...."

Beralih ke Rafardhan, ia dan Helga tengah berada di sebuah rumah sederhana yang isinya sudah disulap sedemikian rupa dengan pernak-pernik berbau kucing, rumah, tempat makan, minum, dan sebagainya.

"Ini penampungan sementara mereka, Pak," kata Helga menjelaskan sambil menggendong Wiskes. "Menurut Bapak gimana?"

"Oke aja, oke. Sebentar lagi juga shelter yang dibangun sudah jadi, kan?" Helga mengangguk. "Bagus, setidaknya ini cukup nyaman dan jauh dari pemukiman. Mungkin saya akan melakukan kerjasama dengan vet secara khusus, mengurus banyak surat, dan yah ada berapa banyak pekerja yang ada?"

"Ada cukup banyak yang siap bekerja di sini, Bapak bisa lihat profilnya." Helga menyerahkan berkas kepada Rafardhan.

Rafardhan mengangguk seraya membuka lembar demi lembar yang ada. "Ada yang menawarkan diri secara sukarelawan, ya. Mungkin karena dia pencinta kucing."

"Iya, Pak." Helga mengangguk.

"Hm ... kita emang perlu banyak karyawan yang pekerja keras dan amanah, kita tes aja mereka dulu ya."

"Baik, Pak."

Saat asyik-asyik mengecek berkas, ponsel Rafardhan tiba-tiba berdering, mengeluarkan ponsel dari saku ia melihat ada nomor tak dikenal di sana. Rafardhan mengerutkan kening.

"Ada apa, Pak?" tanya Helga bingung karena wajah Rafardhan.

"Entahlah, nomor tidak dikenal." Rafardhan berdeham, segera ia menggeser ke tanda hijau, menjawab panggilan. "Halo?"

"Mmm ... permisi, Pak Rafardhan?"

Suara pria ini ... Rafardhan mengenalnya. Suara ....

"Anton?" Rafardhan menajamkan mata, ada rasa kesal di pria itu karena pesan ambigu Anton yang menghancurkan hubungan ia dan Javiera.

Rafardhan berusaha menetralkan emosi dengan mengembuskan napas, dan Helga menatap heran pria itu.

"Maaf mengganggu, Pak. Dan hubungin tiba-tiba. Saya tahu nomor Bapak dari Javiera dulu." Eh? Javiera memberikan nomor Rafardhan ke Anton? Buat apa?

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang