Chapter 25

6.7K 702 12
                                    

5 Mei 2021


•••

"Maaf, ya, Anton atas hal tadi ... dia emang agak ... gila." Javiera berusaha mencairkan suasana mereka yang kini sangat awkward. "Dia emang begitu orangnya, maaf ya."

Anton yang tertergun selama beberapa saat akhirnya sadar, ia tersenyum kecut. "Ah, i-iya, Bu." Dan Javiera agak kecewa karena panggilan embel-embel Bu kembali.

Anton terlihat tak mempercayai ungkapannya.

"Mungkin ... Pak Rafardhannya bisa diajak aja? Si-silakan." Semua karena Rafardhan! Pria itu menyebalkan! Kenapa ia suka sekali mengacau?!

"Mm jangan begitu, Anton. Dia gak bakal ganggu kita lagi. Dia cuman ... stres aja." Javiera berusaha keras membuat suasana kembali, juga kepercayaan diri Anton. Ia lalu duduk di kursi yang tersedia.

"Ah ... ba-baik, Jeje." Syukurlah tanpa embel-embel Bu lagi, Anton menyiapkan makan malam mereka sebelum akhirnya duduk. "Semoga suka, ya, sama masakanku."

"Semuanya keliatan enak." Javiera tertawa pelan.

"Mari dinikmati."

Dan keduanya makan, Javiera pikir akan lebih hangat suasana mereka, tetapi kejadian tadi memang benar-benar tak bisa tidak diindahkan. Rafardhan benar-benar mengacaukan malam ini, apa yang harus Javiera lakukan sekarang? Ia tak tahu ....

Sementara di sisi Anton, ia berusaha mempercayai Javiera, ia harusnya begitu mengetahui Javiera sendiri yang berkata demikian. Tak mungkin wanita itu berbohong, tak mungkin anak-anak berbohong, tetapi di bayangan Anton--Javiera dan Rafardhan sangat cocok.

Javiera, wanita mandiri, cerdas, dan kaya raya.

Rafardhan, Anton tak tahu pekerjaannya, tetapi melihat pria tadi berjas, sangat cocok. Ia pasti orang penting di kantor.

Sementara Anton? Pria itu hanya guru olahraga honorer, bertampang pas-pasan, karier pas-pasan, bahkan jauh di bawah Javiera. Tak seharusnya ia berusaha pada sesuatu ... yang melebihi batas kemampuannya.

Javiera sendiri ... apa menyukainya balik?

Entahlah, Anton tak tahu, ia sadari semua ini terlalu cepat mengetahui Anton masih belum bisa mensejajarkan dirinya. Ia tak ingin membuat Javiera susah akan kehadirannya. Tidak.

"Mm ... ini enak banget, lho, Anton," puji Javiera, Anton tersenyum hangat, pujian itu benar-benar menerbangkannya.

"Makasih, Jeje."

"Enak apanya, masih enakan masakan gue, lah." Rafardhan mengintip dari semak belukar yang ada di luar jendela dapur, ia memperhatikan keduanya yang mulai berbincang entah apa.

Wajah Javiera terlihat bahagia, Anton pun juga kesenangan, Rafardhan mendengkus sebal melihat mereka berbasa-basi tak jelas.

Rasanya ingin Rafardhan lempar pakai tanah ke arah mereka, tetapi ia takut Javiera membencinya. Dan ia tak ingin mengacaukan dinner itu secara gamblang, jelas level Javiera yang baginya mulai suka pada Rafardhan berkurang. Sekarang yang bisa Rafardhan lakukan hanyalah mengintip, memperhatikan dari jauh, seraya berpikiran matang.

"Hm ... gue masukin babi hutan atau apa gitu kali ya?" tanya Rafardhan pada diri sendiri. "Hm ...." Ia terus berpikir ide apa yang bagus. "Eh, apaan tadi?" Rafardhan melihat ke arah kakinya, terasa ada yang bergerak menyentuh bagian sana.

Menatap jeli ke bagian kakinya, Rafardhan bisa melihat benda seperti kurma menempel di ujung kakinya, sebelum akhirnya benar-benar masuk melalui celana.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang