Chapter 27

5.8K 649 8
                                    

7 Mei 2021

•••

Keduanya keluar dari mobil bertepatan orang rumah pun keluar dari mobil, terlihat Wildan dan seorang remaja ada di sana. Rafardhan dan Javiera menghampiri mereka, dan terlihat wajah Javiera tampak penasaran dengan pemuda itu.

Yang tak lain dan tidak bukan adalah Gaege, preman yang katanya menjaga Wildan sepulang sekolah.

"Papah sama calon Mamah pulang!" sapa Rafardhan, Javiera memutar bola mata malas. "Ge, makasih udah jagain Wildan, Hitam, sama Wiskes, ya."

"Ya, sama-sama, Om." Gaege tersenyum hangat. "Oh ya dapat pesan dari Ayah Om, katanya disuruh mampir besok." Senyum Gaege penuh arti.

"Ah ... hehe ...." Rafardhan seketika gugup. "Ya ya ya, pasti ke sana kok, santai."

"Ya udah Om aku pulang dulu, ya. Dah, Wildan, Om, Tante ...." Gaege menatap ketiganya bergantian.

"Eh, Ge, udah malem banget. Gak mau nginep aja?" Rafardhan menghentikan pemuda itu.

"Enggak, Om, makasih. Aku ada urusan mendadak." Gaege tersenyum. "Ya udah, Om, aku permisi!"

"Hati-hati, Bosku!" Rafardhan menepuk bahu Gaege yang kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka, hanya dengan berjalan kaki, Javiera memandangi punggung pemuda itu yang semakin menjauh.

"Hoaaam ...." Sampai, alihan mata Javiera tertuju ke Wildan yang menguap. "Papah, aku ngantuk ...."

"Ayo kita tidur, ya. Kamu udah bersih-bersih badan, kan?" Wildan mengangguk lesu. "Ayo kita tidur, Bu Jeje bakalan bacain dongeng dan nyanyiin lagu tidur buat kamu."

"Eh, nyanyi?" Javiera khawatir suaranya yang buruk malah membuat Wildan insomnia.

Wildan sekalipun agak terhenyak, tampak tersenyum bahagia. "Yeay!"

Rafardhan pun menggendong putra semata wayangnya itu. "Sebentar aja, ya, Je. Sampe dia tidur. Maaf ganggu kamu."

Untuk Wildan, ia tak masalah, Javiera menyunggingkan senyum hangatnya. Pun mereka masuk ke dalam, menuju kamar Wildan, Rafardhan tampak membaringkan Wildan yang sudah mengantuk ke kasur, lalu Javiera membenarkan posisi bantal juga menaikkan selimut hingga sedada sebelum akhirnya keduanya duduk di samping kasur Wildan. Mereka bak orang tua yang mengasihi anaknya.

"Aku ... mau dongen yang lucu," kata Wildan menatap Javiera.

"Dongeng yang lucu, ya?" Javiera tampak berpikir sejenak. "Ah, bener, pada zaman dahulu ...." Javiera mulai bercerita soal kancil yang cerdik berhadapan dengan musuh-musuhnya di hutan yang ingin memangsanya, sesekali Wildan tertawa meski lesu, dan dua orang tua itu juga tertawa pelan melihat betapa manisnya Wildan saat ini.

Cukup lama bercerita, hingga akhirnya kisah pun usai, Wildan terlihat mengantuk meski mempertahankan matanya agar terus terbuka.

"Jadi ... abis ini nyanyi, oke?" Rafardhan menatap Javiera yang seketika gugup, suaranya ... bisa dikatakan cempreng dan buruk. "Lagu domba, kamu tahu Je?"

"Ah ... mmm ... suaraku jelek, Raf. Mending ... ya ...."

"Gak papa, aku bakalan jadi backsound-nya, tapi kurasa suaramu gak seburuk itu. Coba kita nyanyi bareng."

"Apa ... apa gak papa? Entar Wildan pingsan?" Wildan yang mendengar itu tertawa geli.

"Enggak, ayo coba!"

Javiera ragu, tetapi menatap Wildan yang menatapnya penuh keyakinan disertai anggukan, Javiera pun memantapkan hati mengeluarkan suara. Javiera dan Rafardhan mulai bernyanyi lagu lullaby, dan siapa sangka Rafardhan memiliki suara emas yang khas.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang