Chapter 5

14.5K 1.1K 4
                                    

15 April 2021

•••

Sesuai janji, sekalipun belum puas karena ingin memilih kostum lebih banyak untuk Hitam, Rafardhan pun menuju kasir guna menghitung belanjaan mereka. Ia sambil menggendong Hitam yang berpakaian Iron Man kini berdiri di depan kasir, menunggu semua belanjaannya dihitung.

Sementara Javiera menatap kiri kanan, mencari keberadaan Xeno yang tampaknya sudah pergi, ia menghela napas sedih meski agak bahagia, berpikir mungkin Xeno akan mengiriminya pesan nantinya.

Lalu matanya menatap Wildan, bocah SD itu kelihatan mengantuk. "Wildan, kamu ngantuk, Sayang?" tanyanya, Rafardhan ikut melihat keadaan putranya. Wildan tentu mengangguk lesu.

Rafardhan menghela napas panjang, menoel bahu Javiera. "Kamu bantu bawa ke mobil, ya. Saya mau urus ini dulu."

Meski malas, Javiera mau tak mau menuruti, dan siapa sangka setelahnya Rafardhan menggendong Wildan. Syukurlah Rafardhan tak seburuk itu ....

Javiera menuju ke mobil, memasukkan Hitam ke dalam mobil, Hitam sama seperti tadi, malas-malasan di kursi seraya menjilati badan, tak peduli apa pun, sebelum akhirnya Javiera masuk toko lagi. Terlihat Wildan tidur di pelukan Rafardhan.

Enak juga pemandangan begini.

Semua belanjaan dibawakan para pegawai keluar, Rafardhan ternyata cukup kuat menggendong Wildan seraya membukakan bagasi mobil guna para pegawai memasukkan belanjaan mereka.

Mata Javiera menangkap sesuatu yang sedari awal ada di bagasi yang terbuka. Apa itu? Jas? Koper kerja? Apa itu milik Rafardhan?

Tunggu, apa pentingnya Javiera tahu pekerjaan Rafardhan, Javiera memilih mengabaikan hal itu terlebih barang itu kini tertutupi belanjaan.

"Eh, kamu enggak beli apa pun? Padahal gak masalah kalau kamu mau sesuatu," kata Rafardhan tiba-tiba, menatap Javiera.

Bertemu Xeno lebih dari cukup. "Gak, gak usah kan kubilang."

"Ya udah, kamu yang rugi." Rafardhan dengan Wildan di pelukan pun, usai semua barang tertata dan menutup bagasi, menuju masuk ke mobil juga Javiera yang kali ini duduk di belakang sendirian.

Hawa-hawa keayahan benar-benar terpancar kala Rafardhan menyetir seraya menggendong Wildan. Andai begini terus rasanya lebih baik. Hal yang membuat Javiera tersenyum hangat.

Namun senyumnya memudar kala Rafardhan menyadari ekspresi Javiera saat ini. "Saya ayah yang baik, kan?" Pria itu cengengesan.

"Iyain aja biar seneng." Javiera memutar bola mata sementara pria itu tertawa pelan, ia harus fokus berkendara seraya memegangi putra semata wayangnya.

Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di perumahan mereka. "Nah, sudah sampai." Rafardhan terdengar menghela napas lega.

"Kamu mau aku bantuin?" Sebenarnya Javiera sendiri mengantuk dan malas, tetapi melihat keadaan Rafardhan dan Wildan ia jadi tak tega.

"Gak usah, gak papa, aku tau kamu capek." Rafardhan tersenyum hangat. "Makasih udah nemenin, ya. Sering-sering begini, lho."

Javiera mendengkus, keluar dari mobil.

"Eh, ya udah aku bikin nangis Wildan terus biar kamu ikut, ya?"

"Hei, jangan gitu!" Javiera menjawab kesal. "Bapak macam apa kamu ini." Rafardhan terkekeh.

"Bercanda, Jeje. Selamat malam, ya."

"Hm ... malam ...." Javiera pun melangkah ke rumahnya, masuk ke sana, tetapi ada perasaan yang membuatnya mengintip dari sibakan tirai jendela keadaan pria dewasa tersebut.

DUDAKU SAYANG, DUDAKU SIALAN! [B.U. Series - R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang