Nggak Jadi Ilang

185 34 2
                                    

Chang Kyun tersenyum, membalas anggukan beberapa dokter residen dan intern yang menemaninya melakukan operasi tadi. Ia berniat untuk pergi ke kafe yang berada di sudut rumah sakit tuk membeli minuman dingin. Tentu saja dengan sedikit asupan kafein. Chang Kyun menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Melakukan pemijatan singkat pada bagian leher belakang. Matanya terasa sedikit perih, mau tak mau ia harus memakai kacamatanya sekarang.

Lelaki itu berterima kasih pada karyawan yang mengantarkan iced café latte pesanannya. Menyadari jika terlalu hening, Chang Kyun mengambil smartphone dari saku celana dan segera mengaktifkan mode suara. Pupil matanya membulat, puluhan missed call dari Hyung Won dan beberapa kali dari Shownu. Ah, ada dari Ki Hyun juga. Sebelum melakukan panggilan, akan lebih baik jika ia mengecek pesan masuk terlebih dahulu.

Baru sempat membaca pesan dari Ki Hyun, nama Hyung Won muncul di layar smartphone Chang Kyun.

Tiba – tiba saja Hyung Won mengatakan sesuatu secara panjang lebar, mengucapkan maaf berkali kali dan menjelaskan situasi layaknya seorang rapper. Untung pendengaran Chang Kyun cukup bagus dan ia mengerti sepenuhnya ucapan Hyung Won yang mulai kehabisan nafas.

"Bro, calm down. Keponakan lo nggak ilang kok, lagi bobo siang dia"

"Di mana?! Tadi, gue ke rumah lo nggak ada!"

"Di rumah Ki Hyun. Tadi, dia nebeng temen sekelasnya pulang. Ternyata rumah temennya itu nggak jauh dari rumahnya si Kiki. Jadi sampe sana dia minta Ki Hyun ngabarin gue. Nih, gue bentar lagi mau jemput dia. Uda nggak papa. Tenang, bukan salah lo. Bukan salah Shownu juga telat jemput. Uda ya? Lo boleh kalo nanti mau marahin Woo Bin karena uda bikin lo panik. Nanti gue omongin juga ke dia"

"Nggaklah, di sini kan gue juga yang salah. Telat banget jemputnya, telat juga ngasi tahu Shownu. Dia pasti uda keburu bete, panas lagi kan. Syukur deh kalo dia nggak kenapa – napa. Duh, sorry banget ya Kkung"

Chang Kyun terkekeh, melontarkan sebuah candaan agar kakak sepupunya menjadi lebih tenang.

***

Rumah Ki Hyun

Young Hyun masih menepuk nepuk pantat Woo Bin yang terlelap di dadanya. Ki Hyun tersenyum, mengamati keduanya dari sofa lain.

"Kenapa kamu senyam senyum kayak gitu?" tanya Young Hyun dengan suara sepelan mungkin.

"Berat nggak? Kalo berat, bawa ke kamar aku aja kak" balas Ki Hyun menopang pipi menggunakan tapak tangan.

"Kamu lupa dulu kakak juga yang meluk kamu sama Min Hyun sampe ketiduran kayak gini kalo abis di marahin mama sama papa" Lanjut Young Hyun mengusap rambut coklat Woo Bin yang masih bernafas secara teratur.

Ki Hyun tersenyum, Young Hyun lebih tua lima tahun di bandingkan dirinya dan terpaut tujuh tahun dengan Min Hyun. Selisih usia yang cukup jauh, membuat Young Hyun jauh dari kata kekanak – kanakkan. Tiap kali kedua adiknya mendapat hukuman sebagai hasil akhir sebuah tindakan nakal. Mereka akan lari ke Young Hyun, mendapatkan nasihat tanpa merasa diadili darinya dan dihadiahi pelukan juga senandung merdu hingga mereka tertidur. Tak jarang Young Hyun merasa lengannya pegal atau tidak bisa bergerak selama beberapa saat karena mereka tertidur dalam dekapannya. Pulas sekali, seperti anak kucing.

Ah iya, jadi begini...

Min Hyun mendengar bunyi bel dan mendapati bocah berseragam sd menenteng lunch bag bermotif pohon cemara berada dibalik pintu.

"Annyeong haseyo" sapa si bocah terlebih dahulu, merasa kikuk karena Min Hyun tak kunjung menyapa.

"Oh Annyeong haseyo" balas Min Hyun singkat, ia sendiri takt ahu harus berkata apa.

"Min Hyun, siapa?" tanya suara dari dalam rumah.

"Noona" panggil Min Hyun membawa Ki Hyun menghampirinya di depan pintu.

"Woo Bin?" seru Ki Hyun membuat Woo Bin tersenyum lebar dan berlari melewati Min Hyun tuk memeluk sang Au Pair.

"Kakak kenal?" tanya Min Hyun.

"Ini Woo Bin, anak yang kakak asuh. Woo Bin, kenalin. Ini adeknya Miss Kiki, namanya Min Hyun" Ki Hyun mengenalkan sang adik pada Woo Bin.

Min Hyun tersenyum, mengusak puncak kepala Woo Bin yang tengah membungkuk sopan kepadanya.

"Kok bisa sampe sini?" Ki Hyun mengusap dahi Woo Bin yang berkeringat, memintanya tuk duduk di salah satu sofa ruang tamu dan melepaskan backpacknya.

Woo Bin menyerahkan tas lunch box, menunjukkan bagian yang dilapisi plastik. Ada sebuah label dengan nama dan alamat Ki Hyun. Wah, Ki Hyun saja hampir tidak ingat kalau melabeli tas wadah bekal yang baru saja ditunjukkan Woo Bin.

"Siapa yang nganterin? Daddy? Kok nggak ikut masuk?" Ki Hyun membantu Woo Bin melepas dasi.

"Miss Kiki tau nggak tadi aku dianter siapa?" Woo Bin menatap Ki Hyun serius.

Ki Hyun menggeleng, memasang ekspresi penasaran layaknya dalam diskusi politik.

"Serim" ujar Woo Bin membuat Ki Hyun menutup mulutnya yang membentuk huruf O.

"Jjinja? Ottokhae?" lanjut Ki Hyun tak percaya.

"Mollayo" Woo Bin menjawab sembari mengambil botol minum dari tas, lalu mengguncang guncangkan isinya.

Ki Hyun meminta Woo Bin tuk menunggu, karena ia akan mengambilkan air minum dan menyiapkan makan siang untuk Woo Bin.

***

Young Hyun baru saja kembali dari tempat kerja dan mendapati Ki Hyun tengah menemani anak kecil dengan beberapa buku di atas meja. Sejak kapan Ki Hyun jadi guru private?

Setelah perkenalan singkat, Young Hyun merebahkan tubuh di sofa ruang tengah. Menghela nafas sekuat tenaga dan melakukan peregangan. Setelah memejamkan matanya selama sepuluh menit, Young Hyun tidak menemukan tanda tanda mengantuk. Jadi, ia memutuskan tuk membuka aplikasi game pada smartphonenya.

Beberapa saat kemudian Young Hyun merasa ada yang aneh, ada deru nafas lain di dekatnya. Saat mendongak, ia mendapati wajah chubby Woo Bin berada di bantalan sofa tepat di atas kepalanya.

"You scared me" complain Young Hyun.

"Hehe, sorry. Uncle lagi main apa?" tanya Woo Bin kini melipat kedua tangan pada lengan sofa tuk menopang dagu.

"Dancing fingers namanya, mau liat?" balas Young Hyun yang dibalas anggukan dari Woo Bin.

Woo Bin ber whoah dan memberikan tepuk tangan tiap kali Young Hyun berhasil meraih score tinggi. Itu membuat kakak Ki Hyun ikut tertawa.

"Nggak pegel kamu jongkok gitu? Sini, baring sebelah uncle" Young Hyun menyudutkan diri ke sudut sofa, menyisakan ruang untuk Woo Bin.

Lama kelamaan Young Hyun memberikan lengannya untuk bantalan kepala Woo Bin. Lalu, Woo Bin memeluk badan Young Hyun seperti bantal guling.

"Lah, pantesan nggak ada suaranya. Tidur ternyata, duh, duh, duh. Capek ya nak?" Young Hyun melemparkan smartphonenya ke sembarang tempat. Lebih memilih menepuk nepuk badan kecil Woo Bin agar tidurnya nyenyak.

***

Happy Birthday Sayangkooh

Siap - siap, Joo Heon mau tampil di chapter sleanjutnya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siap - siap, Joo Heon mau tampil di chapter sleanjutnya~

Friends Special Edition (ChangKi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang