Lucky - Unlucky

160 29 11
                                    

Yun Ho masih merasa takjub sekaligus bingung sehabis memastikan jika Ki Hyun memang saat ini sangat baik – baik saja.

***

Flashback

Dini hari tadi Kiki terbangun, perutnya keroncongan karena melewatkan makan siang serta makan malam. Untung hari ini Pim tidak datang. Kalo iya, jangan harap Ki Hyun bisa menenggelamkan diri dalam selimut tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Gadis itu merasaa ada yang aneh. Apa ia sedang bermimpi?

"Eomma"

"Kyeo Ul?"

Ki Hyun menghela nafas, ia mengerjapkan kedua mata beberapa kali sebelum meyakinkan diri sendiri.

"Kyeo Ul, Bukannya eomma nggak sayang sama kamu. Tapi, nggak seharusnya eomma liat kamu secara terus menerus kayak gini" Ki Hyun mengusap wajahnya kasar.

Sosok kecil itu mendekat padanya, menarik kedua tangan Ki Hyun dan tersenyum.

"That's why I am here mom. You are not okay, you're in a big trouble"

Ki Hyun mengerutkan dahi, ia mengelus pipi Kyeo Ul dengan lembut. Tampaknya level halusinasi Kiki kian meningkat seiring rasa depresinya yang makin parah.

Tiba – tiba saja pintu terbuka, Pim datang dengan penampilan yang acak – acakan.

"Abisa bantuin pasien lahiran lo?" Ki Hyun menyadari jika Kyeo Ul sudah tidak ada di hadapannya.

Pim mengendus baju yang ia pakai, bagaimana Ki Hyun tahu kalau ia yang datang dari balik pintu? Apa bau rumah sakit begitu keras hingga masih menempel pada tubuhnya? Pim seketika mengangkat wajah mendapati sahabatnya disebrang sana tertawa. Seakan tahu jika sedang ditatap oleh Pim. Ia segera diam dan Pim semakin tidak percaya akan apa yang ia pikirkan sekarang.

"Kok lo bisa liat gue?"

"Kok gue bisa liat lo?"

Ucap mereka bersamaan. Ki Hyun baru sadar jika sedari tadi ia memang tak hanya melihat Kyeo Ul. Tapi, juga mampu melihat sekeliling. Bukan, lebih tepatnya lagi. Kini ia bisa melihat semuanya seperti sedia kala. Mereka saling memanggil satu sama lain. Saking bahagianya Ki Hyun sampai menabrak Pim cukup keras.

"Makasi Tuhan, makasi" ucap Pim mengusap pelupuk matanya yang basah. Ia malah mengeratkan pelukannya pada Ki Hyun.

***

Setelah dinyatakan baik – baik saja oleh Dokter Jung. Ki Hyun berniat untuk pergi ke suatu tempat. Ia mengeluarkan tongkat lipat indah dari saku coat. Sebuah senyuman muncul begitu melihat hadiah yang Pim berikan padanya beberapa waktu lalu saat Ki Hyun begitu murung dan mengira jika ia benar – benar buta. Yah, walaupun benda itu sekarang tidak terpakai. Ia akan menyimpannya dengan baik.

Ki Hyun menilik jam di tangan kirinya, masih ada waktu sekitar satu jam lagi. Rasanya seperti mendapat sebuah keajaiban saat ia dapat kembali menikmati berbagai macam warna di hadapannya. Ia sudah meminta Dokter Jung untuk merahasiakan keadaannya dari Chang Kyun. Berniat memberi kekasihnya sebuah kejutan saat kembali ke Korea nanti. Mungkin malam ini ia akan menghubungi pria itu. Rasanya rindu sudah berebut ingin diluapkan dari dalam hatinya.

Karena ia masih punya waktu, Ki Hyun berniat untuk shopping. Memberi berbagai macam oleh – oleh untuk para krucils dan yang lain. Jangan lupakan Min Hyun yang sampai sekarang belum sempat menjenguknya ke Singapore.

Ki Hyun dapat merasakan nyeri pada tangan kanannya. Padahal belanjaan yang ia bawa tidak banyak. Begitu ringan malah. Tapi, kenapa lengannya mendadak ngilu? Ayolah Ki Hyun, jangan manja. Ia segera membuang botol air mineral kosong dan menuju sebuah tea house yang ada di lantai tiga pusat perbelanjaan.

Friends Special Edition (ChangKi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang