Date

213 38 14
                                    

Udara musim dingin masih sangat terasa seiring dengan deburan ombak yang tidak terlalu bersemangat menyentuh tepian pantai. Ia tersenyum, menanggapi panggilan nyaring menyerukan namanya dari sebrang sana. Perasaan ini, kian lama kian menumpuk dalam dadanya. Entah ia harus bahagia atau takut karena rasa itu tampaknya mulai mendominasi di antara rasa – rasa lain.

Ragu tampaknya mendapat sebuah celah tuk menelusup benak Ki Hyun ketika memandangi dua orang yang sudah masuk dalam list orang – orang tersayang dalam hidupnya. Mendadak kedua matanya terasa panas, akankah ia mulai menangis sekarang? Tapi, untuk apa tangisan itu Ki? Merayakan kebahagiaan? Atau symbol sebuah ketakutan menunggu waktu untuk mengecewakan orang lain?

"Kamu yakin? Ini pertanyaan terakhir sebelum kita benar – benar melakukannya"

Ki Hyun ingat sekali, saat itu ia mengangguk dengan mantap. Tak ada yang bisa merubah keputusannya saat itu. Karena ia sendiri yang akan menentukan apa yang akan terjadi padanya di masa depan nanti.

"Noona" panggil suara berat membuyarkan lamunannya.

Ia dengan cepat menghapus air bening yang menitik dari ujung mata sebelum menjejakkan kakinya pada pasir. Bahagia ini, mungkin saja tidak selamanya. Tapi, ia ingin merasakannya lebih lama dari ia rencanakan.

𖤣𖥧𖥣。𖥧 𖧧𖤣𖥧𖥣。𖥧 𖧧

Ki Hyun mengusak rambut coklat kemerahan Woo Bin, ia membersihkan mulut si kecil yang belepotan saus pizza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ki Hyun mengusak rambut coklat kemerahan Woo Bin, ia membersihkan mulut si kecil yang belepotan saus pizza.

"Are you happy?" Chang Kyun membiarkan Woo Bin duduk di pangkuannya.

"Very, very happy. Are you happy dad?" Woo Bin menyandarkan punggung pada dada sang ayah, lalu mendongak untuk melihat bagaimana ekspresi Chang Kyun.

"More than you know" Chang Kyun mengecup kening Woo Bin, menggelitiki pinggang putra semata wayangnya hingga beralih kepada Ki Hyun guna mencari perlindungan.

Chang Kyun menyadari sesuatu, kemudian jemarinya menyentuh wajah Ki Hyun pelan.

"You can tell me everything if you want to, babe" Chang Kyun membelai bibir peach Ki Hyun.

Gadis itu hanya tersenyum, mengatakan jika semuanya baik – baik saja. Jika sesuatu terjadi, Chang Kyun adalah orang pertama yang akan tahu.

𖤣𖥧𖥣。𖥧 𖧧𖤣𖥧𖥣。𖥧 𖧧

Chang Kyun sadar jika akhir – akhir ini ia jadi sering sekali tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chang Kyun sadar jika akhir – akhir ini ia jadi sering sekali tersenyum. Bahkan hanya sekedar melihat Ki Hyun diam dan tidak melakukan apa – apa saja sudah membuatnya senang. Setelah puas mengamati kekasihnya dari jauh. Ia memutuskan tuk bergabung dengan Ki Hyun masuk ke dalam camping car yang sudah diatur sedemikian rupa untuk kencan keduanya tanpa Woo Bin. Putranya sudah tidur karena kelelahan bermain di pantai seharian penuh. Ki Hyun memasang senyum paling manis saat mengetahui Chang Kyun datang.

"Cuddling time!" Chang Kyun segera mendekap Ki Hyun, keduanya merebahkan tubuh bersama.

Mereka diam, memandangi satu sama lain sebelum akhirnya mengikis jarak untuk bercumbu.

"Happy 100 days" bisik Chang Kyun kembali mengecupi bibir Ki Hyun.

Mendengar tawa kecil Ki Hyun, Chang Kyun menghentikan aktifitasnya. Lebih memilih mendengarkan suara indah yang keluar dari bibir Ki Hyun daripada membungkamnya menggunakan bibir.

"Apa sih yang lucu?" tanya Chang Kyun menopang kepala menggunakan tapak tangan. Membiarkan Ki Hyun menikmati percikan serotonin dalam tubuh mungilnya.

"Aku kirain, suatu saat nanti. Kalo aku uda siap jatuh cinta. Aku bakalan jatuh cinta sama seseorang yang lebih tua. Ternyata sebaliknya" Ki Hyun menatap Chang Kyun.

"Trus nyesel gitu?" Chang Kyun menyisipkan rambut Ki Hyun ke belakang telinga.

"Nggak sih, seru soalnya"

"Maksud kamu?"

"Aku nggak pernah akrab sama yang lebih muda. Soalnya tiap kali gabung sama mereka, aku langsung kayak punya kewajiban buat ngejagain mereka gitu.

Jadi, aku cenderung diem kan biar nggak lebih fokus. Tapi, gara – gara itu mereka malah pada takut buat ngajak ngobrol aku. Apalagi aku kan orangnya perfeksionis. Ada yang nggak beres dikit aja bawaannya gatel pengen ngeberesin. Sampe aku tuh dibilang terlalu serius, nggak bisa nyantai dikit.

Makanya aku selalu ngomong sama Tuhan, kapan dikirimin cowok yang lebih tua biar gantian aku dijagain, disayang, di manja – manja. Pengen ngerasain soalnya"

Netra Chang Kyun masih tak bisa lepas dari Ki Hyun, rasanya ia mampu ber jam – jam mendengar gadis itu berbicara seperti ini. Mendapati Ki Hyun berhenti berbicara, Chang Kyun menanyakan apa yang terjadi selanjutnya agar pembicaraan terus berlanjut.

"Aku malah ketemu cowok yang lebih muda dari aku dan dia nggak ada takut – takutnya ngajak aku pacaran. Padahal aku uda bilang kalo dia belum tentu bahagia punya pacar kayak aku"

Ki Hyun memiringkan tubuh hingga berhadapan dengan sang partner berbincang. Jemarinya menusuri kening, hidung hingga bibir Chang Kyun dalam diam.

"Hidup itu isinya nggak harus selalu bahagia. Suatu saat kita sedih, kita marah, ada kalanya kita ngerasa semuanya salah.

Pada saat itu tiba, aku harap nggak ada satupun dari kita ada yang lari. Kita hadapi dan kita cari jalan keluarnya sama – sama.

Inget, kita uda berusaha keras buat sampe sejauh ini. Jangan dibuat sia – sia.

You are not alone anymore,you have me. Okay?" Chang Kyun menggenggam tangan Ki Hyun menggunakan keduatangan. Lalu ia mendaratkan kecupan kecil pada ujung jari Kiki.

"Emang berani banget anak muda yang satu ini" Ki Hyun terkekeh, membiarkan Chang Kyun menggenggam tangannya yang terkepal.

"Kalo suka sama orang ya harus berani. Kalo nggak nanti diambil orang. Aku nggak suka menyesali hal bodoh yang harusnya bisa aku lakuin dari pertama kali punya keinginan. Kebanyakan mikir itu bikin kita nggak bahagia tau" Chang Kyun mengecupi leher Ki Hyun.

"No hickey. Besok kita mau jemput mama sama papa kamu di bandara" ujar Ki Hyun dijawab dengan anggukan kecil oleh Chang Kyun.

Melihat kegiatan kekasihnya tak berhenti begitu saja. Ki Hyun segera menjauhkan Chang Kyun darinya.

"Noona, waeeeeee?" Rengek Chang Kyun menghentak - hentakkan kaki.

"Kadang aku nggak percaya kalo kamu ini kepala bagian bedah syaraf" Ki Hyun tertawa melihat Chang Kyun yang memunggunginya sekarang.

Ki Hyun beranjak ke bagian belakang mobil, menarik pintu agar tertutup dengan sempurna. Lalu mengatur bantal sedemikian rupa agar ia bisa berbaring dengan nyaman. Kini ia menghadap bagian belakang Chang Kyun. Menyadari betapa lebarnya bahu serta punggung sang dokter.

Ki Hyun melingkarkan kedua tangan pada pinggang Chang Kyun, sekali lagi merapatkan tubuhnya agar tak kedinginan. Tanpa harus menunggu, Chang Kyun membalikkan badan. Merengkuh Ki Hyun dalam peluknya.

"Dih, tadi ngambek" ledek Ki Hyun, suaranya tenggelam karena Chang Kyun memeluknya erat sekali.

"Nggak jadi" balas Chang Kyun singkat.

Chang Kyun mengelus lembut pipi Ki Hyun. Sementara tangannya yang lain menumpu kepala Kiki agar tidak pegal menatapnya lurus lurus seperti saat ini. Melihat bibir Ki Hyun separuh terbuka. Tanpa basa basi Chang Kyun mendekatkan wajah. Membiarkan bibirnya meninggalkan jejak pada mulut Ki Hyun.

Setidaknya kedua insan itu menyadari. Walaupun selama ini mereka memutuskan untuk sendiri. Tapi, bukan berarti jika seterusnya mereka harus selalu sendirian. Mereka mungkin tak pernah mencari cinta. Namun pada akhirnya cinta yang menemukan mereka dan mencari jalan untuk bersatu.

Friends Special Edition (ChangKi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang