Chang Kyun mengetuk ngetuk meja kerjanya menggunakan bolpen tanpa henti. Kata – kata Ki Hyun tadi saat mengangkat telphonnya masih membuat hatinya tak tenang. Ada sesuatu yang terjadi? Kenapa suaranya seperti habis menangis?
"Bresekkkkkk. Anjir, gue patahin juga itu bolpen lama – lama" Min Gyu separuh berteriak, menutupi kepala menggunakan bantalan sofa.
"Siapa suruh lo tidur di sini" balas Chang Kyun berdehem, berusaha membersihkan tenggorokan.
"Lagian kenapa sih? Lo berantem sama Ki Hyun Noona?" tanya Min Gyu membalikkan tubuh, menghadap persis ke hadapan Chang Kyun.
"Idih, kepo" Chang Kyun menyandarkan punggung pada kursi kerjanya.
"Beda kalo orang pacaran mah. Apa – apa dibawa overthinking, padahal bisa aja masalahnya Cuma sepele" gerutu Min Gyu berniat meneruskan tidur siangnya.
"Emang kalo nikah nggak gitu?" lanjut Chang Kyun.
"Kepo ya?" Min Gyu meniru perkataan Chang Kyun tadi.
"Brengsek!" Chang Kyun melemparkan slippernya kesal.
Terdengar tawa Min Gyu memenuhi ruangan.
"Im. Kalo uda nikah mah, nggak bisa melihara sifat kanak – kanak lagi. Apapun harus diomongin berdua, suka nggak suka. Trus nggak ada acaranya mentingin ego masing – masing. Karena di dalam keluarga nggak ada yang namanya kamu lebih atau kurang penting daripada aku. Jadi, semuanya kita bahas dan cari jalan keluarnya.
Jaman pacaran mana ada begitu. Caper – caperan sampe eneg"
Candaan Min Gyu membuat Chang Kyun ikut tertawa. Ia dulu juga pernah seperti itu kalau di ingat – ingat. Sekarang malah geli sendiri rasanya tiap kali melintasi waktu untuk melihat masa lalu. Kembali menjalin hubungan dengan seseorang setelah sekian lama justru membuatnya mudah panik. Mungkin ia belum sepenuhnya terbiasa, merasakan kembali semua warna ketika tak lagi sendiri. Dulu kan hanya ada Woo Bin yang menyingkirkan warna hitam, putih dan abu – abu dalam hidupnya. Menitikkan berbagai macam kombinasi warna serta rasa dalam lembaran baru dengan status yang baru pula.
Chang Kyun akhirnya menghela nafas dalam – dalam. Seulas senyum muncul mengakhiri pemikiran semrawutnya tadi. Yah, mungkin masih ada sekelumit khawatir. Tapi, sekarang setidaknya ia lebih tenang begitu mendengarkan kata – kata Min Gyu. Baru mau mentraktir sohibnya coffee break, Kiming sudah lebih dulu mendengkur. Setelah mengkonfirmasi jadwal dengan asisten perawatnya. Ia segera melangkahkan kaki keluar ruangan. Sudah lama ia tidak makan banana split. Tapi, ia juga masih ingin meneguk kopi dingin. Nanti saja kalau sudah sampai tempat tujuan. Baru ia pikirkan menu terbaik.
***
Chang Kyun berniat untuk membayar minumannya. Tapi, tangan orang lain lebih cepat menyerahkan black card pada kasir.
"Young Hyun Hyung?"
Pria itu tertawa, berterima kasih pada kasir dan segera mencari tempat duduk. Sudut resto menjadi spot pilihan Young Hyun. Sedangkan Chang Kyun mengekorinya seperti anak anjing. Tampak lucu dan menggemaskan. Bagi Young Hyun sekalipun.
"Hyung kok bisa ada di sini?" Chang Kyun memulai percakapan.
"Loh, emang nggak boleh?" balas Young Hyun melepas coat coklatnya.
"Ya kan gue cuma nanya hyung. Aturan tuh gue yang bayarin, kenapa malah jadi hyung" komplain Chang Kyun.
"Gaji CEO agensi lebih gede daripada dokter bedah syaraf"
Keduanya tertawa setelah mendengar pernyataan Kang Young Hyun.
"Gue ada jadwal meeting sama orang. Tapi, kepending. Gara – gara pesawat dia ada delay. Eh, malah liat lo ngeluyur kemari. Bukannya kerja" ujar Young Hyun.
"Mumpung gabut. Hehehe. Oh iya hyung, Ki Hyun lagi ada masalah apa gimana sih?" Chang Kyun berterima kasih pada waiter yang telah mengantarkan pesanannya.
Young Hyun menautkan kedua alis, tak ada yang aneh dengan Ki Hyun hari ini ataupun kemarin – kemarin.
"Anni. Wae?" Young Hyun mulai menyuapkan kentang goreng pada Chang Kyun sebelum memotong steak yang ia pesan.
"Jadi gini, tadi tuh dia sempet miscall gitu. Belom sempet keangkat. Tapi, uda dimatiin. Pas gue telphon balik dia jawabnya kayak orang abis nyedot ingus gitu. Dia bilang gini..."
Young Hyun mendengarkan Chang Kyun dengan seksama. Ia juga berangkat tak lama setelah Ki Hyun pergi. Jadi, ia tidak tahu apakah setelah mengantar Woo Bin ke sekolah adiknya itu kembali ke rumah atau tidak. Mungkin ia akan menanyakannya pada Min Hyun. Ia tak memberi banyak komentar, meminta Chang Kyun untuk menikmati pesanannya terlebih dahulu.
"Hyung. Gue mau ngajak Ki Hyun married boleh nggak?" tanya Chang Kyun membuat Young Hyun tertegun, kemudian kakak laki – laki Ki Hyun tersenyum.
"Lo ngajak Ki Hyun nikah gitu motifnya apa?" Young Hyun menyudahi acara makannya.
"Kriminal kali pake motif. Dia... Uda nyeritain semuanya ke gue. Tapi, kayaknya dia masih berat kalo kita ngomongin anak. Seolah dia nggak bakalan bisa ngelengkapin kebahagiaan kita berdua kelak tanpa baby" Chang Kyun meneguk Affogato.
Young Hyun menyeka bibirnya menggunakan tisu, jika Ki Hyun berani menceritakan masa lalunya pada Chang Kyun. Bukankah itu artinya sang adik sudah mempercayakan sesuatu padanya? Atau ini merupakan sebuah cara untuk memukul mundur pria ini agar sadar jika tidak ada masa depan cerah jika terus bersama adiknya? Sekarang ia jadi benar – benar dilemma. Blueberry kecilnya itu terkadang penuh dengan misteri.
"Tujuan married tuh apa sih menurut lo Chang Kyun?" Young Hyun menyilangan kaki.
"Spend the rest of my life with someone who I loved the most" jawab Chang Kyun singkat.
"Anak kan masuk dalam list someone who you loved the most setelah istri"
"Kalo nggak punya ya nggak papa kan? Masih banyak cara buat dapetin anak. Surrogate, adopsi. Kenapa harus khawatir?"
"Cewek itu belum sempurna jadi cewek kalo belum mengandung sama melahirkan buah hatinya sendiri"
"Kok hyung jadi kayak emak emak julid yang Sukanya ngurusin hidup orang sih?"
"Heh! Dengerin dulu!"
Chang Kyun mencebikkan bibirnya, nyalinya menjadi ciut di hadapan calon kakak ipar.
"Lo pernah nggak dalam posisi. Lo pengen banget nih akan sesuatu. Tapi, nggak terwujud. Gimana rasanya?"
"Mmm. Regret, disappoint, denial"
"Intinya sulit banget kan? Mungkin itu yang Ki Hyun pikirin. Dia ngasi tau apa yang terjadi sama dia biar lo bisa pikir baik – baik. Karena kalo lo nikah sama dia. Lo bakalan berada di posisi itu sekali lagi.
Kalo nggak, coba deh lo tanya sama dia apa yang dia pengenin. Apa sih yang jadi mimpi dia kalo kelak lo berdua sampe kesana. Soalnya mengetahui impian seseorang, bakalan ngebantu lo memahami jati diri orang tersebut.
Gue nggak bisa ngomong banyak, yang ngerasain kan dia bro. Kalo gue yang ngomong ntar malah lo mikir macem – macem" Young Hyun mengambil air mineral botol dan menuangnya pada gelas.
Mengingat waktunya telah habis, Chang Kyun segera bergegas kembali ke rumah sakit. Ia berjanji akan mentraktir Young Hyun di lain waktu jika bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (ChangKi)
FanfictionChang Kyun, dokter kepala bagian bedah syaraf paling sibuk seantero rumah sakit. Maka dari itu ia sering sekali meninggalkan Woo Bin sendirian di rumah karena panggilan mendadak atau operasi yang kadang menghabiskan waktu lebih dari 23 jam tanpa Woo...