Tertekan

185 35 22
                                    

Woo Bin terus mengamati Chang Kyun yang sedari tadi hanya diam, ya memang ayahnya seorang introvert dan tak banyak bicara. Tapi, kali ini jelas sekali kalau ada hal yang sangat mengganggu sang ayah hingga beliau terus mengerutkan alis, dahi juga hidung mancungnya. Bahkan beliau juga menggigiti kuku ibu jari. Kebiasaan yang hanya akan terlihat jika ayahnya sedang bingung. Contohnya saat ayahnya tidak tahu harus memasak ramyeon, spageti atau fettucini.

"Dad. Pinjem hape daddy dong"

Chang Kyun menyerahkan benda elektronik kepunyaannya pada Woo Bin. Terdengar ketukan nyaring saat si kecil mencari sebuah nama. Tanpa pikir panjang Woo Bin melakukan panggilan telphon.

"Eoh Chang Kyun – na"

"Papa Alex kok serak gitu sih. Tenggorokannya sakit? Miss Kiki bilang kalo uda kaya gitu minum air anget dikasi irisan lemon dua, tiga juga boleh sama madu pa"

Terdengar suara tawa dari sebrang sana.

"Iya, iya. Bawel. Woo Bin uda makan belom?"

"Uda pa. Tapi, Woo Bin laper lagi. Jajan tteokpokki yuk pa, apa corndog, es krim juga boleh"

"Daddy kemana emangnya?"

"Ada. Lagi nggak enak pikiran"

Kali ini suara tawa Shownu yang menggelegar.

"Woo Bin apaan sih? Sok tau kamu" Chang Kyun cemberut, lalu menggelitiki putranya hingga terguling di sofa.

"Yaudah. Bentar lagi Papa Alex sama Papa Shownu jemput ya. Pake jaket sama sepatu boot biar anget"

"Siap boss! Nih dad, Woo Bin balikkin handphonenya. Makasi" Woo Bin menyerahkan smartphone pada sang ayah yang masih belum beranjak dari perutnya.

Woo Bin memberikan sebuah puk – puk pelan pada kepala Chang Kyun. Lalu ia bangun, memberi kecupan serta belaian di wajah pria besar.

"Dad. If you're never ask. You'll never know"

Chang Kyun seketika bangun, lalu menarik Woo Bin ke pangkuannya. Kini mereka duduk berhadapan, putra kecilnya tampak terkejut dan mengedip – ngedipkan kedua mata dengan cepat.

"Kamu tuh masi sd, ngomongnya jangan kayak kakek kakek dong. Cepet banget gedenya. Uhhh" Chang Kyun mendekap badan kecil Woo Bin. Semakin lama semakin erat hingga menuai protes dari pria kecil.

Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil. Woo Bin yang sudah siap segera berlari ke pintu keluar menemui Hyung Won.

"Beneran nggak mau ikut?" tanya sepupunya sebelum masuk ke dalam sedan hitam metalik.

Chang Kyun menggeleng, memastikan jika ia akan baik – baik saja. Ia melambaikan tangan ketika mobil Hyung Won menghilang di simpang jalan.

Ia kembali merebahkan tubuh pada sofa, menatap langit – langit ruangan dalam hening. Kedua matanya terpejam, tidak tidur. Hanya tak ingin menatap sinar lampu. Tadinya, ia hanya mengucap sesuatu dalam hati. Lama – kelamaan bibirnya menggumam. Lalu volumenya makin keras. Akhirnya ia mengerang, melompat dengan cepat untuk meraih coat, kacamata serta kunci mobil.

***

Ki Hyun memegangi pergelangan tangan kanannya yang mati rasa. Akhir – akhir ini anggota tubuhnya yang ini sering sekali kesemutan dan terasa nyeri. Apa ia terlalu banyak beraktifitas menggunakan tangan ya?

"Lagi?" tanya Min Hyun menyodorkan segelas berry smoothie pada sang kakak.

Ki Hyun mengangguk, lantas Min Hyun mendorong tubuh Ki Hyun menggunakan pantat agar ia bisa turut serta duduk di bangku depan piano. Ia memijat tangan Ki Hyun dengan lembut. Walaupun tidak ada rasanya. Ki Hyun sangat menyukai perlakuan sang adik. Ia bersyukur karena Min Hyun tumbuh dengan sangat baik saat ia ada ataupun tidak ada di sisinya.

Friends Special Edition (ChangKi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang