Chang Kyun baru saja selesai mandi saat menemukan Woo Bin menenggelamkan wajahnya pada bantal. Pria besar itu tersenyum, ia memang tidak pandai memberi kata kata penghibur bagi orang lain. Tapi, ia akan mencoba mengajak putranya yang masih tampak kecewa untuk berbicara. Ia duduk di tepian ranjang. Mengelus rambut Woo Bin yang tampak rapi karena sebelumnya ia sudah ke barber dan mewarnainya menjadi brownie.
"Katanya uda siap apapun resikonya. Kok sekarang sedih?" Chang Kyun menepuk nepuk punggung Woo Bin dengan lembut.
Putranya bangun, lalu memeluk leher Chang Kyun. Menyembunyikan wajah pada leher hangat sang ayah.
"Nggak papa kalo sedih. Nggak papa kalo kecewa. Nggak papa kalo kamu pengen nangis. Nggak papa kalo pengen teriak. Nggak papa nak" Chang Kyun membalas pelukan Woo Bin yang sekarang sudah terlalu besar dan berat untuk digendong.
Woo Bin terisak pelan, Chang Kyun mengecupi kepala putranya beberapa kali.
Setelah 15 menit berlalu, Chang Kyun melepas pelukannya agar dapat melihat wajah Woo Bin. Ia tersenyum, membelai wajah putra semata wayangnya pelan. Mengusap kedua ujung mata si kecil hingga tak lagi basah. Ia menarik tisu dari nakas, membersihkan hidung Woo Bin dari sisa sisa ingus. Saat mereka memandang satu sama lain. Keduanya tersenyum, saling menempelkan ujung hidung.
"Inget kata daddy. Sekuat apapun keinginan kita terhadap suatu hal. Jangan pernah sekali kali kita maksain kehendak kita buat ngedapetin itu. Kalo bukan punya kamu ya nggak akan jadi milik kamu. Tapi, kalo dari awal memang Tuhan uda rencanain jadi punya kamu. Percaya deh, hal itu nggak akan pernah lari dari kamu sayang.
Nggak papa kita nggak ketemu mama kamu sekarang. Itu bearti mama kamu memang bukan jodoh kita. Nggak papa. Okay?" Chang Kyun menangkup wajah bulat Woo Bin.
Anak itu mengangguk, lalu menoleh ke tempat di mana ia menaruh tote bag penuh hadiah yang sudah disiapkan saat bertemu sang mama nanti. Tampaknya, hadiah itu tak akan pernah sampai ke orang yang dimaksud. Karena wanita itu nyatanya tak datang saat jadwal bertemu sudah diatur.
"Kita kasih ke Miss Kiki aja. Gimana? Pasti dia suka" Chang Kyun menyentuh daun telinga Woo Bin yang langsung dibalas sebuah anggukan.
***
Ki Hyun terbangun karena kerongkongannya terasa sangat kering. Ia terbatuk sedikit saat membuka kedua matanya tadi. Mengingat ia segera menjalani operasi tepat setelah hasil labnya keluar. Intern itu cukup pintar menebak, ah bukan menebak. Lebih tepatnya menggabungkan semua teori untuk menemukan penyebab dari segala akibat yang muncul pada dirinya. Ki Hyun sendiri baru tau jika ada penyakit semacam itu.
Ia ingat sekali saat Kevin mengacungkan kepala tangannya di udara. Bersorak penuh kemenangan, membuat semua orang menoleh padanya.
"Cobalt Poisoning"
Cobalt Poisoning/Keracunan Kobalt adalah : Keracunan kobalt dapat terjadi jika tubuh terpapar terlalu banyak. Ada tiga cara bagaimana kobalt dapat menyebabkan keracunan. Menelan terlalu banyak, menghirup terlalu banyak ke dalam paru-paru atau membuat kontak terus-menerus dengan kulit.
Biasanya terjadi pada mereka yang pernah melakukan implan menggunakan logam kobalt atau kromium. Saat mereka bergerak, logam kobalt yang sudah dipasang sedemikian rupa akan bergesekan dan melepaskan partikel kecil (ion) dari logam tersebut kedalam darah. Terjadilah keracunan kobalt.
Ki Hyun baru sadar jika ada seseorang yang tengah tertidur menungguinya. Ia berusaha mencari tahu siapa yang tengah menempelkan wajah pada sisi tempat tidurnya. Telunjuknya mengetuk pucuk kepala pria itu beberapa kali.
"Eung"
"God, damn it!" Ki Hyun mengucek kedua matanya tak percaya.
Bukannya mencubit dirinya sendiri. Ki Hyun malah mencubit pipi pria di hadapannya hingga mengaduh cukup kencang. Gadis itu benar benar shock sekarang. Ia menutup mulut menggunakan tangan. Kedua matanya membulat lucu.
"Sakit."
"Sorry. Kok kamu bisa kesini?"
"Naik pesawatlah. Masak iya aku jalan kaki dari Korea ke sini. Jangan ngadi ngadi kamu."
Ki Hyun membuka kedua tangan, menurut lawan bicaranya baru kali ini dia melihat Ki Hyun tampak sangat imut seperti sekarang. Lantas mereka berpelukan sambil menggoyang goyangkan badan ke kanan dan ke kiri seperti teletubbies. Terdengar suara tawa kecil Kiki yang membuat orangnya makin gemas dan mengeratkan pelukan.
"Kamu sendirian? Woo Bin sama siapa?"
"Dia ada. Sama papa kamu tuh. Diajak pulang kali. Dari tadi siang ketemu disayang sayang. Dimanja manja. Akunya disuruh nungguin kamu jaga jaga kalo bangun"
Ki Hyun terkikik, ayahnya memang sangat menyukai anak kecil.
"Jangan cemburu gitu dong. Kamu mau disayang sayang juga emangnya?" Ki Hyun mengelus pipi Chang Kyun.
Chang Kyun menyilangkan kedua tangan di depan dada. Menggembungkan kedua pipi layaknya anak kecil yang tengah merajuk. Ki Hyun mecondongkan wajah, meniadakan jarak di antara keduanya. Seketika Chang Kyun menopang bagian belakang kepala Ki Hyun agar lehernya tak pegal saat sentuhan berubah menjadi lumatan. Mengingat Kiki masih belum sehat betul. Chang Kyun menarik diri lebih dulu.
"Jadi. Selain tumor kamu juga keracunan kobalt?"
Ki Hyun mengangguk, Chang Kyun terlebih dahulu meraih air mineral dari atas nakas dan membukanya untuk Kiki.
"Kamu implan panggul sama lutut di rumah sakit mana sih? Bisa jelek gitu kualitas logamnya?"
"Los Angeles. Untung bukan di Rumah Sakit Skyline. Kalo iya, uda habis kamu aku ledekkin."
Chang Kyun terkekeh, mengusak rambut kecoklatan kekasihnya dengan lembut. Lalu menggenggam kedua tangan Kiki dan mendaratkan kecupan di sana secara bergantian.
"Kamu cuti berapa hari?"
"Tiga hari doang. Kemaren aku nyampe sini. Sekarang sama kamu. Besok aku pulang."
"Yah. Aku baru bisa nyusul seminggu lagi kayaknya."
"Nggak papa. Aku nggak buru - buru kok."
"Buru - buru apa?"
"Buru-buru buat nikahin kamu lah."
"Emang aku mau? Pede banget."
"Emang nggak mau?"
"Uda tau resikonya kan?"
"Semakin gede resikonya. Semakin kenceng aku berdoa. Semakin giat aku berusaha. Kalo bisa lolos tuh rasa bahagianya nggak kebayang. Bisa-bisa hatiku meledak. Duar! Ayo dong, makanya jangan bikin perjuangan aku sia-sia noona. Kamu harus mau nikah sama aku."
"You deserve better."
"Selalu akan ada yang lebih baik dari aku dan aku. Tapi, aku nggak butuh itu. Cuma butuh kita aja. Nanti kita ciptain kebahagiaan sendiri di dunia yang complicated ini. Gimana?"
"Penawaran yang bagus. Im Chang Kyun"
Keduanya tertawa, Ki Hyun meminta waktu untuk berpikir. Saat Chang Kyun berniat pergi ke toilet. Ia mendapati sebuah cup coffee khas startruck. Lalu tertawa saat melihat tulisan yang tertera.
"Siapa Kim? Marga kamu kan Yoo?"
"Ah, itu tadi si Brian pesen kopi pake namaku."
"Brian? Young Hyun hyung maksud kamu?"
Ki Hyun kembali mengangguk, masih memandangi Chang Kyun dari tempat tidurnya.
"Kim ini nama kamu?"
"Kimberly"
Kini giliran Chang Kyun yang mengangguk.
"Kimberly Ohana"
Chang Kyun mengurungkan niatnya masuk ke dalam toilet setelah mendengar nama lengkap Ki Hyun. Berpikir jika ia sepertinya pernah dengar nama itu. Namun, pada akhirnya ia tetap harus buang air kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (ChangKi)
FanfictionChang Kyun, dokter kepala bagian bedah syaraf paling sibuk seantero rumah sakit. Maka dari itu ia sering sekali meninggalkan Woo Bin sendirian di rumah karena panggilan mendadak atau operasi yang kadang menghabiskan waktu lebih dari 23 jam tanpa Woo...