-2-

62 12 1
                                    

Selamat membaca semuanya :3 










***

Mereka berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari area kantor. Jivan terduduk berhadapan dengan Yuri dan Arsa saat ini. Rasa canggung diantara kedua kakak-beradik ini bisa terasa saat berada di meja makan yang sama dengan Jivan, namun tidak bagi Jivan yang justru terlihat santai.

Walau Arsa sudah sering makan bersama Jivan, tetap saja rasanya canggung jika sang adik  ikut berada di sampingnya seperti sekarang. Arsa sesekali melirik Yuri yang terlihat sangat kikuk dalam menghadapi situasi seperti ini. Ia bahkan tidak pernah membayangkan kejadian ini sebelumnya.

Arsa memang akrab dengan Jivan bahkan di luar dari jam kerja pun mereka berdua berteman. Karena Dhika  tentunya yang memperkenalkan Arsa pada Jivan, membuat Jivan pun tidak memilih perempuan lain untuk menjadi sekretaris pribadinya. Ia tau sejauh apa skill yang Arsa miliki.

Sedangkan Yuri, Jivan sendiri sudah tau banyak mengenai sosok perempuan itu namun belum pernah sekalipun dirinya bertemu secara langsung. Arsa atau Dhika yang sering kali membahas tentang Yuri, sedangkan Jivan akan menjadi pendengar. Jadilah makan siang ini menjadi pertemuan pertama Jivan dengan Yuri.

Satu sisi Yuri terlihat kaku dalam menjalani situasi seperti sekarang, jika mengetahui kenyataan Kakaknya tetap memanggil sebutan 'Pak' pada Jivan yang sebenarnya umur mereka hanya berbeda satu tahun. Mungkin ini adalah tata cara dalam hubungan antar status pekerja, yang jelas Yuri baru sedekat ini melihat sosok Jivan secara langsung. Sangat menawan dan tampan dengan pembawaan yang tenang. Sebelumnya ia hanya tau bagaimana sosok seorang Jivan dari gambaran Arsa dan Dhika yang sesekali menceritakan tentang Jivan Arkana.

Yuri hanya bisa melirik Kakaknya Arsa saat Jivan juga mempersilahkan mereka berdua memesan makan siang. Yuri bisa menilai seberapa hebat Kakaknya dalam menjalani kerjaan seperti ini, sangat terlihat profesional. Mungkin jika Yuri yang berada di posisi ini ia akan memanggil nama Jivan seenaknya dan tidak memakai sebutan 'Pak' jika memang tidak ada pegawai lain. Toh mereka berdua akrab di luar pekerjaan juga bukan?

Sedangkan Arsa, ia masih khawatir dan takut atas perilaku apa yang akan Yuri tunjukkan di hadapan atasannya. Arsa memang belum pernah memperkenalkan Yuri secara langsung pada Jivan Karena Jimin, Arsa dan Dhika tidak pernah melibatkan Yuri dalam acara yang mereka rencanakan di akhir pekan jika berada di waktu santai dan tidak dalam jam formal Arsa menyebut Jivan'Pak'.

"Maaf Pak, saya permisi ingin ke toilet" ucap Arsa dan Jivan mempersilahkan. Yuri menoleh bingung seolah dirinya tidak ingin ditinggal. Tapi dirinya pun terlalu takut untuk memohon pada sang kakak yang sudah berjalan menjauh. Yuri bahkan tidak sempat memberikan aba-aba pada sang kakak jika dirinya tidak ingin ditinggal hanya berdua dengan Jivan. Pasti canggung.

Tentu dirinya takut, melihat Jivan yang masih sesekali mengamati layar handphonenya terduduk di hadapannya. Sangat membuat dirinya tegang. Mungkin ini gambaran situasi yang akan Yuri rasakan jika dirinya pun sudah menjadi seorang pekerja dan diharuskan makan bersama dengan atasan, Yuri tentunya menahan kecanggungan ini dalam diam.

Yuri meneguk air mineral yang disediakan, ia tidak tau harus memulai pembicaraan seperti apa. Ada perdebatan dalam dirinya, perlukah membuka pembicaraan atau tidak sama sekali.

Sesekali dirinya menatap ke jendela luar, melihat orang yang berjalan lalu-lalang. Tanpa sadar Yuri pun berucap, "Wah cerah banget ya hari ini" ucapan itu pun memancing Jivan menoleh ke arah Yuri yang sedang melihat ke luar jendela. Ia pun mendengar sambaran petir dari luar bersamaan setelah kalimat Yuri selesai. Jangan salahkan Yuri, momennya saja yang salah.

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang