-43-

16 7 0
                                    

***

'Yuri, main yuuuuk!' suara Raka terdengar sangat bersemangat sedangkan Yuri memelankan volume handphonenya dan terduduk di pinggir jendela yang menghadap keluar. 

'Gue gak bisa, besok aja gimana?' tanya Yuri yang kini memainkan tirai di jendelanya. 

'Oke, besok gue jemput dimana? share apartemen lo aja ya' 

'Iya, nanti gue kirim di chat ya. Siang aja ya Rak, biar gak kemaleman baliknya' 

'Siap, oke see youuu Yuri' 

'See u Raka' panggilan pun Yuri putuskan, ia pun kini kembali melihat jam dinding dimana sudah hampir setengah jam Sagala dan Arsa masih berada di meja makan. 

Dengan kecemasan itu Yuri berusaha mencari ide agar pembahasan ini cepat berakhir, setidaknya Yuri bisa merasakan hawa suasana yang lebih rileks tidak seperti saat ini yang penuh dengan tanda tanya. 

Akhirnya Yuri membuka pintu kamarnya pelan dan berjalan jongkok untuk mengintip suasana, beruntung di dekat pintu kamar Yuri ada sebuah lemari yang bisa menutupi tubuhnya untuk melihat suasana meja makan yang lebih jelas dibandingkan saat ia duduk di sofa. 

Selain di sofa terlihat lebih terang-terangan, tubuh Dhika pun sering kali berusaha menghalangi fokus Yuri. 

"Ssst! Ssstt!" Dhika membulatkan matanya terkejut karena Yuri yang kini berjongkok di dekat sisi lemari. 

"Ngapain sih?" Yuri hanya memberikan gestur menempelkan telunjuk di bibirnya dengan wajah serius. 

Dhika menggelengkan kepalanya heran, "Aman gak?" tanya Yuri berbisik

"Masih panas" bisik Dhika. 

Di sisi lain...

"Gini ya bang Saga, gue jujur terkejut sekaligus salut sama keberanian lo buat izin sama gue tentang hubungan sama Yuri ini" Sagala mengangguk atas balasan dari Arsa. 

"Gue di sini berperan gak cuma jadi kakak Yuri, tapi jadi Ayah dan juga Ibu bagi dia. Sebenernya gue harus udah siap buat hal kaya gini, mikirin Yuri di usianya yang sekarang emang keliatannya dia udah dewasa tanpa kadang rasa khawatir gue soal ulahnya yang kekanak-kanakan bikin gue belum bisa rela lepasin dia" Arsa menghela napas dan menoleh bagaimana gerak-gerik Dhika dan Yuri yang seperti anak kecil bermain petak umpet membuatnya menggelengkan kepala. 

— "Liat ke samping, tingkah dia selalu ada aja" bisik Arsa yang membuat Sagala menoleh ke momen yang sama dan justru membuat Sagala tersenyum gemas. Yuri berjongkok dan sesekali memunjulkan jemarinya di sisi lemari.

"Dia sering kaya gitu, kalo ada hal penting tapi dia penasaran pasti bakal jongkok dan berusaha nguping pembicaraan" jelas Arsa yang kini menatap kembali Sagala di depannya. 

Arsa kini menatap Sagala seolah menunggu respon, sedangkan Sagala yang masih tersenyum kini kembali membawa aura seriusnya. 

"Gue bakal dengerin semua penjelasan dari lo Sa, selesain semua yang mau lo kasih tau ke gue" Arsa mengangguk dan kembali menekan jemarinya di meja. 

"Kadang gue gak rela kalo ngeliat waktu berjalan cepet, liat Yuri tumbuh dewasa dengan ngebawa semua kecerian dan cerita hidupnya yang kebanyak gue ketahui. Bikin gue gak mau lepasin dia ke dunia luar" 

— "Yuri itu tipikal perempuan keras kepala yang terkadang jatuh karena kepolosannya, dia kadanga terlalu polos buat nilai seseorang di luar sana. Nganggep semua orang itu baik tapi gak mikirin sisi hitamnya, makanya gue kadanga ajarin dia sedikit keras buat bikin dia punya pendirian sama orang-orang di luar sana" Sagala kembali diam, ia membayangkan bagaimana pertemuannya dengan Yuri memang tidaklah baik. Yuri bahkan terkesan galak dan mudah sekali marah tapi ternyata itu dilakukan sebagai tameng yang mungkin melekat pada diri Yuri. 

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang