Siap-siap sama long story di part ini yaaaaw hehe... enjoy 🫶🏻
***
Yuri datang seperti hari pertamanya, dengan matahari yang belum muncul dan kini dirinya kembali dengan rutinitasnya. Yuri enggan mengangkat Kiyan dari kasur Sagala, ia lebih memilih diam di ruang bermain Kiyan dan membiarkan Kiyan bersama babysitternya.
Semua kegiatan dilakukan seperti kemarin, kembali mengajak Kiyan bermain di siang hari sebelum dirinya tidur siang dan juga menjadi asisten Sagala ketika Kiyan tidur siang. Yuri disibukkan dengan usaha belajar membuat kopi, dirinya hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa dan tak seharusnya Sagala berperilaku seperti kemarin kepadanya.
Segala usaha Yuri memang belum sempurna, tetapi cukup untuk memberikan progress jika dibandingkan hari kemarin, bersihkeras mencoba banyak kopi untuk menemukan rasa yang pas bukanlah hal yang mudah. Lalu inilah saatnya Sagala menilai gelas terakhir yang Yuri buat di siang ini, disajikan di taman belakang ketika Sagala sibuk menulis beberapa pekerjaannya.
Sagala meraih gelas yang Yuri bawakan dan melihat bagaimana Yuri seolah menunggu penilaiannya.
"Kenapa?" tanya Sagala, Yuri menggeleng cepat.
Sagala meneguk perlahan, lalu terdengar decapan dari bibir atas dan bawahnya. "Gak seburuk yang kemarin" celetuk Sagala.
Yuri hanya bisa menahan dirinya untuk tidak marah, rasanya dia hampir mual sudah mempelajari kopi siang ini. Bahkan siang ini pun kepalanya sudah cukup pusing, tetapi usahanya belum juga memuaskan Sagala. Tetapi tidak ada protes lain dari Sagala saat menikmati kopi buatan Yuri siang ini. Setidaknya Yuri tidak berdebat dan bisa menahan dirinya.
"Baik kalau begitu, ada yang perlu saya lakukan lagi?" tawar Yuri
"Bantu saya, ambil buku di perpustakaan ya. Ambil sesuai list yang sudah saya tulis" Sagala memberikan secarik kertas dari tumpukan buka di meja.
Yuri pun menerima secarik kertas dengan tulisan yang Sagala buat, ada lima list buku yang perlu Yuri ambil.
"Saya tunggu lima belas menit dari sekarang" ucap Sagala, Yuri terdiam masih mencerna judul buku yang tertulis.
"Tunggu apa kamu? waktu udah berjalan" ketus Sagala, Yuri segera berlari seolah dirinya talent dari acara uang kaget.
Menuju lantai dua, dimana banyak ruang besar yang bahkan belum ia jamah sama sekali. Beberapa kali ia salah masuk sampai akhirnya menemukan perpustakaan. Betapa terkejutnya Yuri melihat deretan lemari buku yang tinggi menjulang.
"Gila, Gue harus mulai dari mana? Ini ruangan pribadi apa toko buku sih? " ucapnya yang berjalan perlahan menelusuri lorong. Ruangan ini cukup besar bahkan ada meja kerja pula yang dapat ia lihat hampir serupa dengan meja kerja Sagala di ruang musik bedanya meja ini lebih elegan dan juga tertata rapih buku di atasnya.
Yuri tidak yakin apakah semua buku ini pernah Sagala baca? melihatnya saja Yuri rasanya semakin pusing dan mual. Buku dengan lembar halaman yang semuanya rata-rata tebal ini membuat Yuri ingin segera keluar. Dirinya memang bukan tipikal orang yang senang membaca, lebih senang melihat atau mendengar. Yuri pun berusaha mencari judul buku di tulisan pertama, meneliti dan berusaha untuk fokus.
"Sebanyak ini gimana nyarinya coba?" keluhnya, yang terduduk di kursi kerja Sagala. Yuri memandangi setiap detail meja ini, elegan dan mewah sudah pasti dan hal yang ia lihat saat ini adanya bingkai yang memajang gambar pemandangan New York, Ia memang tau bahwa lelaki yang menjadi atasannya ini baru saja pulang dari sana.
Yuri tertawa tanpa alasan, ia akhirnya kembali fokus pada deretan list judul di genggamannya. Setelah berusaha mencari ia mendapat tiga buku yang dimaksud, tersisa dua buku yang bisa ia cari di sisa waktu yang entah sudah melewati batasnya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY YOU. [ON GOING]
FanficYurissa Adlina adalah seorang perempuan yang sedang mencari pekerjaan dan mengharapkan kesibukan yang sama seperti teman-temannya ini, justru dihadapkan dengan sosok atasan yang menyebalkan. Lelaki yang sempat menjadi bulan-bulanan amarah Yuri per...