-28-

26 8 0
                                    

***

Yuri kini terdiam memandangi balkon, sudah sampai sore hari tetapi Sagala dan Nugi belum juga kembali. Desiran angin menyapu rambut Yuri, sesekali dirinya meneguk es americano untuk menemaninya, semenjak dirinya bekerja bersama Sagala tidak bisa dipungkuri Yuri harus sering mencoba americano. Dahulu dirinya bukanlah penikmat kopi bahkan jauh dari itu, tapi sekarang perlahan beberapa kebiasaan dan kesukaannya ikut berubah. 

Di tengah lamunan itu, Yuri mendengar langkah kaki yang mendekat. Mungkin Sagala sudah kembali pulang pikirnya. Dengan senyuman Yuri menoleh dan memandangi sosok lelaki yang semakin mendekati tempat duduknya seperti saat ini. 

"Hai" sapanya, Yuri memberikan senyuman hangatnya "Hai" 

Keduanya terduduk memandangi langit sore yang sudah menjingga. Angin semakin terasa mengisi ruang di sela-sela tubuh keduanya. 

Sagala dengan pikirannya hanya bisa melamun untuk beberapa saat, sedangkan Yuri masih tenggelam dalam banyak pertanyaan di dalam pikirannya. Senyuman dan aura yang Yuri rasakan dari Sagala hari ini berbeda dari biasanya, terlihat lelah dan terlalu banyak hening. 

"Langitnya bagus ya pak" celetuk Yuri memecah keheningan

"Iya bagus" Yuri memperhatikan manik mata Sagala yang berbeda, wajahnya serius namun Yuri tetap menanggapi itu semua dengan hangat.

"malem ini kamu bisa temenin saya?" lanjut Sagala

"Bisa pak"

Seperti permintaan Sagala, malam ini keduanya pergi untuk makan malam. Setelah melalui drama Kiyan yang ingin ikut bersama dengan keduanya akhirnya Yuri dan Sagala bisa keluar tanpa membawa Kiyan. 

Walau dalam hati Yuri terasa tidak tega, namun apa daya melihat aura Sagala yang terasa beda dan kacau membuat Yuri tidak bisa banyak melakukan apa pun selain mengikuti keingin lelaki itu. Sagala hanya ingin bersama Yuri malam ini. 

Perjalanan malam ini diliputi dengan pikiran yang tiada henti bertanya, Yuri masih enggan mengeluarkan pertanyaan yang memburu perasaannya sejak sore tadi bertemu dengan Sagala. Lelaki itu terlalu hening dari biasanya, bahkan tidak ada perlakuan manis yang Sagala berikan pada Yuri setelah keduanya sudah tidak berjumpa selama dua hari setelah hari libur Yuri dihabiskan di apartemen dan jauh dari jangkauan Sagala. 

"Kita mau kemana pak?" akhirnya Yuri mengeluarkan seluruh keberaniannya untuk bertanya hal yang dirasa aman. 

Sagala sekilas menoleh, "Kita makan dulu ya" Yuri hanya mengangguk dan membiarkan Sagala dengan segala renungannya dihabiskan di perjalanan menuju tempat makan. 

Tidak ada Yuri dan celotehannya. 

Tidak ada candaan Sagala yang menggelitik perasaan Yuri. 

Keduanya diam seolah tidak bisa saling meluapkan kata-kata yang mungkin selalu acak dalam rangkain pikiran yang kacau. 

Sampai akhirnya Sagala memilih salah satu restoran dan memarkirkan mobilnya. Keduanya pun berjalan dan mencari tempat duduk yang dianggap memiliki suasana lebih nyaman. 

Setelah memesan makanan, Sagala kini menatap Yuri dalam diam dengan waktu cukup lama. Yuri yang merasa terganggung di awal justru kini menantang balik situasi dengan menatap Sagala dan berdiam diri menunggu momen siapa yang akan memulai pembicaraan setelah semua kecanggungan ini. 

Sagala menghela napas, "Kenapa kamu natap saya balik?" tanyanya dengan nada dingin. 

Yuri menaikkan alisnya dengan tatapan yang serius, "Kenapa saya harus ngelewatin momen ini?" 

Keadaan kembali hening di antara keduanya. 

"Mata pak Saga bagus" puji Yuri 

"Ini kita mau ngobrol lewat mata aja pak?" 

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang