-21-

22 6 0
                                    

***

Sore ini Sagala, Yuri, dan Kiyan sudah berada di supermarket tempat dimana kemarin Sagala dan Yuri mengunjunginya. Dengan semangat Kiyan berlari mencari cemilan kesukaannya, Yuri ikut mengejarnya untuk menjaga agar tidak ada hal-hal yang Kiyan lakukan di luar itu. Sedangkan Sagala sibuk melihat aneka daging dan memandangi daging mana yang perlu ia beli. 

Kali ini Sagala cukup banyak mengambil bahan makanan, begitu juga Kiyan yang semangat sekali mencari cemilan. "Kamu ambil aja yang kamu mau ya" Yuri yang mendapat penawaran itu pun ikut semangat berburu makanan dan minuman kesukaannya. 

"Nanti kalo udah selesai kabarin saya ya, mau pesen burger kaya kemarin lagi" Yuri kembali mengangguk dengan senyuman, "Makasih lho pak, banyak banget pengeluaran pak Saga hari ini" 

"Gak masalah, saya seneng kok" Yuri kembali fokus dengan Kiyan yang mengajaknya ke sana kemari. Sampai tiga troli pun terisi penuh, ketiganya memasuki antrian kasir. 

Dengan belanjaan yang cukup banyak itu, pramuniaga yang bekerja pun membantu membawakan semua belanjaan ke parkiran mobil. Yuri dan Sagala ikut membantu untuk menata belanjaan, selesai dengan itu ketiga kembali masuk ke dalam supermarket. 

Sagala yang memesan makanan, Yuri dan Kiyan dibiarkan bermain di salah satu tempat permainan anak. "Halo Kiyan" sapa seorang perempuan yang bertugas di sana, Yuri memandangi tag nama yang berada di dada kanannya bertuliskan nama Jihan. 

"Halooo kak Jihan" sapa Kiyan semangat, "Sama siapa Kiyan hari ini?" Kiyan memeluk kaki Yuri dengan malu-malu "Papa mami" Yuri yang tadinya tersenyum tiba-tiba saja menoleh ke bawah dan memasang wajah terkejut. Ada tawa dari Jihan yang kini mendekati Kiyan "Hebat, main sama mami ya hari ini" Yuri tertawa canggung, sedangkan Kiyan mengangguk dengan semangat. 

Sepanjang Kiyan bermain Yuri hanya memperhatikan, karena ada beberapa anak lain yang datang membuat fokus Kiyan bermain dengan teman sebayanya lebih besar dibanding mengingat ada Yuri di sini. 

"Senang sekali lho saya, bisa ketemu sama maminya Kiyan" celetuk perempuan bernama Jihan, "A-ah makasih kak Jihan?" perempuan itu mengangguk, "Iya, panggil saja Jihan kayanya umur kita gak beda jauh mami Kiyan?" Yuri tertawa "Panggil Yuri aja Jihan" koreksinya. 

Seketika Jihan dan Yuri saling berkenalan, keduanya masih memperhatikan bagaimana gerak Kiyan yang lincah dan riang. "Kiyan itu anaknya aktif, dia suka berteman tapi gak gampang deket sama orang baru apalagi kalau orang dewasa" jelas Jihan, "Selama ini pak Sagala terus yang nemenin, gak jarang banyak ibu-ibu yang suka curi pandang ke dia lho Yur" Yuri mendengar sesekali memperhatikan Sagala yang sedang menunggu burgernya. 

"Sering-sering ke sini aja ya, biar Kiyan juga makin seneng" lanjut Jihan, Yuri mengangguk "Makasih ya Jihan, saya usahain buat sering ke sini nemenin Kiyan" 

Beberapa saat kemudian Yuri melihat Sagala yang mendekatinya dan duduk di salah satu meja bundar dengan tiga bangku, tempat makan yang biasanya dijadikan tempat menunggu para orang tua di kala anaknya sedang bermain. 

Yuri tersenyum melihat makanan di atas meja, ada double cheese burger dua, kentang large, mini burger package untuk Kiyan termasuk minuman, satu americano dan satu air mineral. 

"Saya panggil Kiyan ya pak" 

Sagala menggeleng, "Nanti aja, biasanya dia mau makan burgernya di mobil" 

"Kita makan duluan aja" Yuri mengangguk patuh, keduanya membuka bungkusan burger itu. 

"Ada yang lagi kamu pikirin Yuri?" lamunan Yuri seketika buyar, "Enggak sih pak, cuman tadi ada yang aneh aja" Sagala mendekatkan dirinya seolah siap mendengarkan Yuri bercerita. 

"Pak Saga sering ke sini berduaan aja sama Kiyan ya?" Sagala mengangguk. 

"Maaf nih pak, gak pernah ajak maminya Kiyan? em.. istri pak Saga?" seketika Sagala yang sedang makan pun tersedak membuat Yuri dengan sigap memberikan air mineralnya untuk Saga minum. 

"Maaf ya pak, saya lancang nanya gini" Sagala menggeleng seolah menenangkan Yuri bahwa pertanyaannya tidak salah. 

Ketika Sagala kembali stabil, dirinya menarik napas sebelum membahas hal serius ini. Hal yang tidak pernah Yuri tanyakan dan ketahui, bahkan Sagala juga tidak pernah menjelaskan hal itu sejak keduanya bertemu dalam pekerjaan ini. 

"Saya selalu berdua ke sini, karena mami Kiyan itu gak pernah ada" penjelasan Sagala membuat Yuri menatap diam seolah ucapan ini di luar pikirannya. 

"Saya belum pernah menikah Yuri, gak pernah ada mami Kiyan selama saya tinggal berdua" lanjut Sagala, Yuri menghela napasnya dan kini membuang pandangannya pada Kiyan di kejauhan yang tengah tertawa dengan beberapa anak lainnya. 

"Tadi Kiyan bilang saya maminya, Jihan yang jadi petugas di sana sampai percaya kalau saya maminya Kiyan" keadaan seketika hening, Sagala memandangi Yuri. 

"Perasaan kamu gimana pas denger itu?" Yuri menoleh kembali ke Sagala, keduanya seolah bertukar pandang cukup lama "Seneng tapi kaget" Yuri tertawa, Sagala sendiri tersenyum memandangi respon Yuri. 

"Mungkin iya Kiyan nganggep kamu segitunya, sebelumnya dia deket sama gurunya atau babysitter tapi gak pernah sampai tahap ini" 

"Tapi kamu nyaman di situasi kaya gini?" Yuri mengangguk pelan

 "Kasih tau saya apa pun yang terjadi ya, saya bersyukur kamu nyaman" 

Keduanya kembali di pembahasan yang cukup serius dan membawa perasaan, tapi tidak ada penolakan dari Yuri. Hal gila yang bisa ia sadari adalah, ia senang dengan panggilan itu. Walau masih banyak pertanyaan yang berada di pikirannya tentang Sagala, keluarganya dan masa lalunya termasuk Kiyan, setidaknya jawaban tentang tidak adanya sentuhan ornamen perempuan di rumah, foto perempuan atau pernikahan Sagala sudah menjadi jawaban bagi Yuri. Aroma dan unsur maskulin di rumahnya terlalu kuat, kini perlahan memberikan petunjuk bagi Yuri yang semakin jauh memasuki situasi yang rumit untuk dijelaskan. 

Setidaknya Yuri bisa menanyakan hal ini nanti-nanti saat Nugi sudah kembali bekerja, Yuri cukup yakin bahwa Nugi mengetahui semuanya karena kedekatannya sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Nugi sudah lama saling kenal dengan Sagala, sangat tidak mungkin jika ia tidak tau asal Kiyan seperti apa. Hanya saja yang Yuri belum yakin, apakah Nugi akan bercerita padanya tentang hal personal ini. 

Setelah sejam bermain, Kiyan puas dengan segala permainan itu dan cukup merasa lelah. Yuri pun menyambut anak itu dengan pelukan. 

"Sering-sering ke sini bareng Yuri ya Pak, Kiyan banyak cerita dan keliatan seneng banget" ucap Jihan, dengan reflek Sagala merangkul Yuri yang tengah menggendong Kiyan. "Iya, saya dan maminya Kiyan pasti sering ke sini kok" celetuk Sagala membuat kedua mata Yuri membulat. 

"Mamiiii hoaaam..." Kiyan menyandarkan kepalanya di pundak Yuri dengan lemas, "Ngantuk ya sayang, kita pulang yuk" Sagala dan Yuri pun pamit. 

Sepanjang perjalanan keduanya masih diam dengan pikiran dan perasaan yang kacau, "Mami Kiyan katanya" celetuk Yuri 

"Emangnya gak mau? Kiyan sama saya sih mau" goda Sagala dengan cepat Yuri memberikan wajah protesnya "Muka kamu udah merah, berarti setuju" ledek Sagala 

"Diam ya pak! muka saya gatel" 

"Gak papa muka kamu gatel, yang penting kamu maminya Kiyan" Yuri tertawa walau sedang di mode menahan malu sekaligus salah tingkah, sedangkan Sagala dengan refleknya mengusak puncak kepala Yuri.

 "Jangan marah-marah ya maminya Kiyan, nanti anaknya bangun" Yuri kembali mengelus punggung Kiyan. 

Perjalanan menuju parkiran supermarket menjadi sangat berarti, rasa hangat dan ketidakjelasan ini menjadi bumbu yang memberikan warna bagi Yuri, Sagala mau pun si kecil Kiyan yang terlelap karena kelelahan. 


MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang