-18-

24 6 0
                                    

***

Yuri terlihat sangat bersemangat dan bersenandung kecil saat langkah kakinya mendekati pintu cafe, ketika pintu terbuka terdengar lonceng selamat datang dan sapaan  ramah dari para pegawai. Alunan musik dari Niki - La La Lost You terdengar memenuhi pendengaran, aroma kopi berpadu dengan aneka pastry pun tercium sangat nikmat. 

"Ayo kita pesen sekarang" Yuri terlalu bersemangat, senyumannya sudah merekah sejak keduanya sampai di parkiran hingga saat ini. 

Deretan kue-kue dan aneka pastry cantik terjajar di dalam etalase, dengan pencahayaan yang secukupnya semua terasa sangat nikmat dan wajib untuk dicoba. Kemudian Yuri memilih salah satu pastry lucu yang menarik perhatiannya sejak awal melangkah ke arah etalase. 

"Saya mau satu, makan di sini ya" ucapnya tersenyum. 

Sagala masih memperhatikan bagaimana gerak-gerik Yuri persis seperti anak-anak yang kegirangan bertemu dengan makanan lucu. Mungkin semua perempuan benar adanya menyukai makanan lucu yang enak dipandang, Sagala tidak keberatan dengan hal itu tapi justru ia mulai menikmatinya. 

"Mau apa?" tanya Yuri membuyarkan semua lamunan Sagala, "Ini" Sagala menunjuk asal dan memalingkan pandangannya ke menu minuman. 

"Americano ice tanpa gula satu, kamu mau apa?" kini Sagala yang menawarkan minuman terlebih dahulu, "Hmmmm" Yuri mengembungkan salah satu pipinya dan memandangi deretan menu minuman di hadapannya "ice chocomint" pegawai cafe pun segera memasukkan daftar pesanan dan menyiapkan stuk pembayaran. 

Setelah semua di bayar, Sagala membiarkan Yuri untuk menikmati suasana ini dan memilih dimana tempat yang ia sukai, perempuan itu mengajak Sagala untuk duduk di sisi pojok dimana tempat duduk sofa yang santai dengan kaca besar yang memperlihatkan suasana pemandangan di luar. 

Saat keduanya duduk berhadapan, Sagala bisa menikmati pemandangan di depannya. Wajah Yuri masih terlalu bahagia, bahkan dirinya menghirup dalam-dalam aroma cafe ini dengan ceria. 

"Kaya ngasuh anak ya pak?" kekehnya yang membuat Sagala mengangguk dengan tawanya. 

"Saya suka banget sama aromanya, enak bikin nyaman" Sagala setuju dengan penilaian Yuri terhadap tempat ini, walau baru pertama kali baginya masuk ke dalam cafe seperti ini tetapi aromanya memang sangat enak dan bikin nyaman. 

Tak lama berselang pesanan keduanya datang bersama, mata Yuri terlihat sangat berbinar dan terlihat tidak sabar untuk mencobanya. Sagala sendiri sudah ancang-ancang untuk menyiapkan diri kalau saja Yuri akan meminta tolong untuk mendokumentasikan foto dirinya dengan pastry cantik ini. 

"Aaaaa enak!" kedua mata Yuri seolah tenggelam di dalam pipinya yang menaik, senyumannya terlihat sangat senang. Nyatanya dugaan Sagala salah, Yuri terlalu tidak sabar untuk menyuap pastry cantik itu. Sedangkan kamera handphone Sagala sudah ada di mode stand by. 

Cekrek!...

Kedua mata Yuri terbuka dengan kedua pipi mengembung karena menyuap pastry yang cukup besar di suapan pertamanya, Sagala tertawa melihat hasilnya. "Kok foto saya?!" protesnya 

"Saya kira kamu bakal minta tolong buat minta difotoin sama makanan ini, biasanya perempuan kan suka yang aesthetic gitu" jelas Sagala yang masih tertawa. 

"Oh iya juga, saya lupa pak abis gak sabar mau makan" Yuri pun ikut tertawa. 

"Nih fotonya, lucu kok" Sagala memberikan handphonenya dan membiarkan Yuri melihatnya "Saya polos banget kaya bocah" komentarnya, "Memang" celetuk Sagala yang kemudian menerima tatapan tajam dari Yuri. 

"Ayo sekarang gantian saya yang fotoin pak Saga" Yuri kini tertawa memandangi wajah Sagala yang kikuk dari layar handphone, "Gaya apa? saya gak bisa gaya" ucapnya bingung. 

Yuri masih terkekeh, "Apa aja, pura-pura minum kopinya matanya ke arah sini nih" Yuri mengintruksi step itu dengan pelan-pelan dan kemudian Cekrek!...

Satu foto Sagala yang sedang minum kopi pun tertangkap kamera, Yuri cukup puas dengan aslinya. "Bagus lho pak, harusnya pak Saga jadi model aja" Sagala melihat hasilnya dan mengangguk, "Nanti kalau saya jadi model terus ada banyak tawaran bakal makin sibuk" balas Sagala, Yuri mengangguk "Kan ada saya sama kak Nugi, semua pasti beres" tawanya. 

Saat keduanya menikmati makanan, di saat itu juga nuansa cafe yang awalnya sepi perlahan kedatangan pelanggan lain. Entah sudah berapa banyak pembahasan yang Sagala dan Yuri bahas di sini. 

"Kamu suka banget makanan manis ya?" tanya Sagala tiba-tiba, Yuri mengangguk "Manis dan pedas, itu enak banget!" 

"Yaudah pesen lagi sana pastrynya, ambil sepuasnya saya teraktir" tatapan Yuri tentu kembali berbinar, senyumannya kembali merekah dan kini memajukan tubuhnya ke meja "Yakin pak? saya mau banyak" Sagala mengangguk, "Ini pake cc saya" Sagala mengeluarkan kartunya dan menyimpannya di meja. 

Yuri masih memandangi tidak percaya, namun lelaki di hadapannya mengangguk mantap untuk mengizinkannya menggunakan kartu tersebut. Yuri pun beranjak "Saya pesen dulu ya pak, tunggu sini" Sagala mengangguk, memperhatikan bagaimana Yuri kembali memilih makanannya dengan penuh seksama dan serius. 

***

"Makasih banyak ya pak" Yuri menggesekkan kedua tangannya sambil memandangi aneka pastry cantik, minuman, air mineral di meja. Bahkan pesanan Yuri terlalu penuh untuk meja ini, sedangkan hanya ada mereka berdua di meja ini yang harus menghabiskan semuanya. 

"Sama-sama, di abisin ya" Yuri mengangguk, "Saya udah siapin semua ini buat makan berdua, biar pak Saga juga tau rasanya terus kita coba kasih rating ya! biar tau mana yang paling kita suka" jelas Yuri, Sagala lagi-lagi pasrah dan mengikuti cara Yuri. Tidak ada pertikaian untuk hari ini, khusus untuk membuat Yuri senang. Setidaknya itu yang Sagala pikirkan sejak pagi tadi bertemu kembali dengan perempuan ini. 

Seketika keduanya tersadar akan suara hujan di luar, keadaan pun seketika terasa hangat karena memandangi keadaan di luar yang terlihat dingin. "Gak usah buru-buru, masih ujan" celetuk Sagala, Yuri mengangguk "Iya, saya juga malah makin betah di sini" jawab Yuri. 

Tidak lama saat keduanya tengah bercanda, suara pintu cafe dan lonceng selamat datang pun kembali terdengar. Langkah dari seseorang pun terasa mendekati meja dimana Sagala dan Yuri berada. 

"Yuri?" suara seorang lelaki terdengar dari arah kanan Sagala, otomatis ia menoleh ke sumber suara itu. Yuri pun seketika memberikan perhatiannya pada sapaan lelaki itu. 

"Ah- hai Raka!" sapa Yuri dengan tawa canggung sekaligus terkejutnya, lelaki itu melemparkan lirikan ke arah Sagala dan mengangguk pelan. 

"Em.... ini... kenalin" Yuri terlihat sangat canggung beda dari biasanya. Sedangkan Sagala dan lelaki yang bernama Raka itu saling memandang dengan canggung. 

"Gue Raka, halo" lelaki dengan tato di lengannya itu tampak memberikan salamannya terlebih dahulu, Sagala otomatis mengangguk, "Halo, gue Saga" Yuri yang memandangi situasi itu hanya terkekeh canggung. 

"Lo kemana aja Yur? lama ya gak ketemu tapi masih sama aja suka main ke sini?" ucap Raka, Yuri tertawa "Yaaa lagi agak sibuk sih, iya ini juga baru ke sini lagi. Lo masih sering ke sini ya?" percakapan itu seolah memberikan sinyal bagi Sagala, bahwa di antara Yuri dan Raka terlihat memiliki sebuah masa lalu yang sama. Entah hanya sebatas teman atau yang lainnya. 

"Eh iya gue mau pesen dan duduk di sana, kalian enjoy aja ya sorry ganggu" pamit Raka dan dibalas oleh anggukan dari Yuri dan Sagala. 

Kini keadaan di antara Yuri dan Sagala terasa canggung walau tidak bisa dijelaskan secara nyata. Yuri memandangi Sagala yang tiba-tiba memainkan handphonenya, rasa hangat dan tawa yang semula mendominasi seketika tidak terlihat lagi di permukaan. 

"Itu temen lama saya, dulu suka main bareng ke sini" jelas Yuri, entah seharusnya Yuri menjelaskan hal ini atau lebih baik diam. 

"Berarti udah sering ke sini ya?" tanya Sagala kemudian, Yuri mengangguk "semua makanan dan suasananya enak, makannya saya suka" Yuri tersenyum berusaha untuk mencairkan kembali suasana. 

Sedangkan dalam pikiran Sagala, sosok lelaki yang baru saja ia kenal itu bukanlah sosok teman biasa yang bisa ia lihat dari gerak-geriknya. Di situlah tumbuh satu rasa yang lain, rasa resah yang tidak berkesudahan. 

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang