***
Clara mencoba melepas gandengan tangan Nugi yang masih mengganggunya, Nugi kini memasang wajah serius akan perilaku yang baru saja ia lihat.
"Bisa jangan kaya gitu?" nada marah Nugi terdengar cukup membuat Clara diam.
"Gue pikir lo bisa dewasa, bisa relain Saga dengan kehidupan barunya"
— "Lo yang buat dia hancur, sekarang balik lagi seolah semua gak terjadi? lo waras?" Clara menghela napasnya, matanya sudah menahan air mata akan ucapan Nugi.
Sejauh ini Nugi memang bukanlah lelaki yang bisa marah atau berkata kasar, tapi untuk hal seperti ini rasanya ia harus lebih tegas melindungi sahabatnya.
"Tolong jangan ganggu dia lagi ya? lo gak tau seberapa sakit bagi dia pas lo pergi gitu aja" Nugi kini menurunkan intonasinya, ia pun memandangi wajah Clara yang sedang menahan tangisnya.
"Jujur gue gak rela dia sama perempuan mana pun, dia lelaki terbaik yang hadir di hidup gue Gi!" Clara tertunduk.
Keduanya pun hening seketika.
"Gue cuman mohon pendam rasa lo, mungkin ini karma buat lo dan nikmati aja sakitnya. Suatu saat juga lo bakal nemuin orang baik yang bisa bikin lo move on" Nugi menepuk pundak Clara dan meninggalkan perempuan itu seorang diri.
Clara menjatuhkan air matanya, perasaannya sakit saat melihat momen manis yang Sagala ciptakan di tengah keramaian itu. Sagala bukan lelaki yang berani mengumbar kemesraan di muka umum, bahkan jika diingat lagi ia termasuk dalam tipikal lelaki pemalu dan memilih menghindari hal-hal seperti itu.
Namun untuk kali ini Clara menyadari perubahan besar Sagala bukan hanya tentang rasa kesalnya pada Clara, namun bagaimana cara Sagala menjalani rasa cintanya. Semua berbeda dan cukup memukul perasaan Clara.
"Gue ngerasa lo pergi jauh, bahkan gue gak kenal Sagala yang kaya gini" Clara menutup wajahnya dan larut dalam kesedihannya.
Sedangkan di sisi lain Yuri kini mendengarkan ucapan Sagala yang terus berusaha menenangkan perasaan Yuri. Sungguh kejadian ini terlihat di luar dugaan Sagala, bahkan sejak tadi pun lelaki itu terlihat khawatir akan perubahan wajah dari kekasihnya yang jadi terdiam. Yuri tidak tersenyum, ia hanya diam.
"Yuri?" kini pertanyaan Sagala seolah memanggil Yuri keluar dari lamunannya.
"Saya gak papa, pak Saga gak perlu khawatir" Bohong jika Yuri berkata seperti itu, perempuan mana yang bisa merasa tidak apa-apa setelah bertemu dengan mantan dari kekasihnya dan mendapat ucapan seperti itu?
"Saya kan memang masih muda" lanjut Yuri tertawa membuat Sagala dan Jivan saling melempar pandangan bingung.
"Kayanya kita mending langsung balik aja deh Bang, makan di luar gitu" Jivan kini mengalihkan obrolan untuk melunturkan situasi canggung ini.
Sagala mengangguk setuju "Tunggu Nugi balik dulu baru kita makan ya" ia pun melepas jasnya dan kini membantu Yuri untuk mengenakannya. "Saya gak mau kamu masuk angin" tatapan khawatir Sagala membuat Yuri mengangguk dengan sedikit senyuman.
Kini Yuri bisa merasakan aroma khas dan parfum Sagala melekat di kulit tubuhnya, jas kebesaran itu menjadi penghangat bagi dirinya untuk melewati angin malam yang semakin larut ini.
Tidak lama berselang Nugi kembali dan memberikan gestur dari tangannya yang menunjukkan jempol sebagai tanda bahwa semuanya sudah aman. Yuri sempat ingin menanyakan bagaimana akhir dari hal ini, seperti apa Clara saat mendapati Nugi yang berusaha melerainya dengan cara ini. Namun di sisi lain Jivan dan Sagala kompak untuk menutup akses Yuri, mereka tidak ingin Yuri bertanya dan membahas hal seperti ini terlalu panjang.
Bagi Sagala semua sudah cukup, ia hanya ingin malam ini ditutup dengan hal yang membahagiakan. Dengan begitu keempat orang itu pergi keluar dari area konser setelah penanggung jawab acara memberikan ucapan terima kasih untuk Sagala dan Nugi, Jivan juga sudah mengurus dua karya seni lukis yang baru ia beli untuk segera dikirimkan besok ke alamat rumah Grandma.
***
Malam ini pun mereka tutup dengan makan di restoran 24 jam dan juga menikmati wine untuk merayakan kelancaran dari acara. "Kayanya kita minum yang lain juga gak sih selain wine?" pancing Jivan dengan tawa.
"Boleh sih, kayanya udah lama gak minum-minum kaya gini" Nugi kini meneguk winenya.
Yuri tentu bersemangat mendengarnya, bagi Yuri kapan lagi ia bisa mencoba minuman-minum yang berada di sini. Apalagi Yuri selama ini hanya berani untuk meminum soju yang gampang untuk ia dapatkan.
Sagala menggeleng tidak setuju saat melihat reaksi Yuri yang terlihat senang, "No, kayanya gue skip sama Yuri. Kalian aja gak papa" Yuri memicingkan pandangannya dengan wajah kecewa.
"Pak, saya mau coba dikit aja" mohon Yuri, Sagala masih enggan untuk memberikan izin. Namun sayang Yuri tau trik apa yang bisa meluluhkan Sagala, dengan cepat Yuri memperlihatkan tatapan puppy eyes andalannya dan mengepalkan tangannya memohon. "Dikit aja" lanjut Yuri.
Sagala mengehela napasnya kasar, "Dikit aja, saya gak mau kamu mabuk ya!" ucapan tegas itu tidak Yuri dengar, ia hanya ingat bahwa Sagala sudah memberikan izin.
Jivan dan Nugi pun tertawa melihat keadaan sahabatnya yang harus menanggung jika saja nanti Yuri akan masuk ke mode tidak sadar.
"Nah gitu dong, gue panggil pelayan ya" Jivan segera menaikkan satu tangannya sebagai penanda bagi pramusaji.
"Asli ya liat kalian lucu banget, lo udah kaya pengasuhnya Yuri tau Ga" ledek Nugi yang diiyakan oleh Jivan.
Yuri tertawa dan bersemangat melihat buku menu bersama Jivan, sedangkan Sagala masih memberikan mode awas darurat dan siap tanggap pada sang kekasih.
"Gue cuma gak mau dia mabuk aja sih, nanti ketiduran terus susah dibangunin" keluh Sagala yang semakin membuat Nugi dan Jivan tertawa.
"Ya gendong aja dong bang, lo kan suka ngegym pasti kuat lah bawa ke lantai dua" celetuk Jivan yang membuat Yuri ikut mendengar pembahasan. Sagala menggeleng dengan tawanya yang membuat wajah Yuri sedikit cemberut, — "Iya-iya, saya berat kan pak? makanya gak mau gendong" ucapan itu membuat Sagala kembali fokus pada sang kekasih yang mulai merajuk.
"E-enggak gitu, saya cuman gak mau kamu tidur sembarangan. Terakhir kamu minum soju aja tidur di taksi sampe turun pun malah senderan di tiang depan rumah" Yuri menahan tawanya, ia tau memang kebiasaan tidur itu akan hadir dikala Yuri sudah mencapai titik larut akan minuman.
"Saya gak mau ya kamu tidur sembarangan, nanti badannya bisa sakit-sakit" lanjut Sagala serius.
"Aw! so sweet banget, gue iri jadinya" Jivan tertawa dengan sorakan dari Nugi yang meramaikan.
"Janji gak minum banyak kok" Yuri memberikan jari kelingkingnya sebagai tanda pinky promise yang ia berikan pada Sagala.
Minuman yang dipesan pun sampai di meja, wajah semangat dari Nugi, Jivan dan Yuri menjadi pemandangan yang Sagala waspadai. Sebenarnya Sagala adalah peminum aktif yang memiliki ketahanan tinggi untuk terbawa mabuk dengan cepat, bisa dikatakan dirinya memiliki kadar toleransi yang kuat dibanding yang lainnya.
Jika biasanya acara minum-minum ini menjadi ajang yang menyenangkan bagi Sagala, untuk pertama kalinya ia merasa was-was dan juga tidak bisa menikmati minum secara leluasa. Bahkan Sagala tidak meminum banyak minuman yang sudah terpajang di atas meja, hal ini tentu karena satu alasan yaitu menjaga kewarasan diri saat bersama Yurissa Adlina.
Acara minum-minum malam ini pun berlangsung dengan penuh tawa, beragam cerita lucu yang Jivan dan Nugi ceritakan membuat Yuri bisa terus tertawa terbawa dengan suasana. Sesekali Sagala melirik pada sang kekasih dengan senyuman. Yuri terlihat sangat cantik di malam ini, melihatnya menggunakan dress dan berdandan, menata rambutnya, seluruh penampilan anggun ini terlihat jauh dari penampilan keseharian Yuri. Sagala tidak bisa berbohong bahwa perasaannya semakin jatuh ke dalam, rasa mencintai Yuri di setiap harinya seakan meningkat dalam perasaan Sagala.
Sesekali Sagala berusaha untuk menggenggam tangan Yuri di balik meja, Yuri sendiri tersenyum setiap kali jemari tangan Sagala mengelus lembut punggung tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY YOU. [ON GOING]
FanfictionYurissa Adlina adalah seorang perempuan yang sedang mencari pekerjaan dan mengharapkan kesibukan yang sama seperti teman-temannya ini, justru dihadapkan dengan sosok atasan yang menyebalkan. Lelaki yang sempat menjadi bulan-bulanan amarah Yuri per...