-3-

61 9 0
                                    

Mari kita lanjut gaaaaaaaais 💃🏻





***

"Yuri, Kakak beliin kamu baju buat acara Grandmanya Jivan. Nanti coba ya" Yuri melirik ke arah setumpuk tas belanjaan. Ia hanya mengangguk dan terus menikmati makan malamnya dengan lahap, membiarkan pipi menggembung gemas.

"Nanti kalo Kakak sama Kak Dhika sibuk, aku gimana?" tanya Yuri

"Kamu bisa kenalan sama temen-temen Kakak" ucap Arsa santai

"Kan ada Jivan, pasti amanlah. Kamu udah kenalan sama dia kan?" tanya Dhika yang sibuk memilih makanan di meja.

"Iya udah, dia baik ya orangnya" Dhika tertawa mendengar ucapan polos Yuri, tentu dia lebih mengenal Jivan seperti apa. Mendengar ucapan Yuri hanya membuatnya memikirkan betapa Jivan memiliki sifat yang jail berbeda seperti bayangan Yuri saat ini.

"Kok ketawa Kak? emang dia baik kan?" Yuri bingung melihat respon Dhika, apalagi Arsa yang melihat kekasihnya tertawa tidak jelas.

"Ah iya, dia baik kok. Baguslah kalo Yuri udah kenal, Jivan itu lajang lho" dengan cepat Arsa menyikut Dhika, membuat Dhika harus meringis kecil karena ulah kekasihnya itu.

"Aish! salah aku apa?" Arsa memberikan tatapan tajam pada Dhika dan sesekali memiringkan kepalanya seolah memberikan tanda bahwa Yuri ada di hadapan keduanya dengan wajah bingung.

"Ya kamu jangan bilang gitu, ngapain sih" bisik Arsa yang jelas-jelas Yuri pun masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Hm... Kalo Kak Jivan lajang, pasti beruntung banget perempuan yang bisa sama dia ya" Yuri langsung memberikan tatapan berkhayalnya. Tentu Arsa tidak ingin adiknya menyimpan perasaan tertarik pada bosnya sendiri, Jivan. Lagi pula Yuri tidaklah sebanding dengan perempuan-perempuan yang berada di sekeliling Jivan.

—Bukan maksud merendahkan Adiknya sendiri, tapi Arsa tau betul bagaimana pergaulan Jivan dan juga banyaknya perempuan hebat yang dekat dengannya walau tidak pernah memiliki kejelasan yang pasti. Lagi pula, Arsa tau betul seperti apa perempuan yang dapat menarik perhatian Jivan, Jivan senang melihat perempuan dengan penampilan feminim sedangkan Yuri berbanding terbalik dengan tipikal perempuan yang sering Jivan ajak berkencan. Selain itu Jivan juga bukan lelaki yang mau berkomitmen, sejauh ini ia mendekati banyak perempuan hanya untuk senang-senang semata.

"Udah-udah sekarang mending kamu makan terus coba pakaiannya. Kakak mau lihat" Arsa segera membuyarkan khayalan Yuri. Wajah khayalan Yuri pun seketika berubah sedangkan Dhika hanya bisa tertawa sambil menikmati makanannya. Sudah terlalu biasa melihat sifat Arsa yang tegas dengan sifat kepolosan Yuri seperti ini.

Setelah selesai makan malam, Yuri mencoba pakaian yang diberikan Arsa. Sebuah dress putih yang terlihat terlalu girly baginya. Dress itu memang cukup simple tetapi tetap memberikan kesan mewah saat digunakan. Apalagi jika tatanan rambut Yuri di biarkan tergerai, tentu akan menambah bagus saat ia gunakan.

Mata Arsa terpancar, melihat betapa adiknya sangat cocok menggunakan itu. Dhika tentu setuju dengan penilaian Arsa melihat Yuri yang sehari-hari selalu menggunakan pakaian kasual sangat terlihat pantas dan kesan 'wah' saat melihatnya seperti ini.

"Bagus banget sayang" puji Arsa dengan senyuman merekah dan berjalan mendekati sang adik.

"Serius? aduh gak banget aku pake kaya begini" ucap Yuri yang masih melirik ke tubuhnya sendiri seolah tidak percaya diri.

"Bagus lho, siapa tau kan kamu bisa kenalan sama lelaki kaya di sana Yur" ledek Dhika yang masih terduduk santai di sofa.

"Hahaha, iya juga ya. Nanti aku bisa nikah muda dan bergelimang harta deh" Yuri tertawa menanggapi Dhika, seketika suasana ruang tengah ramai dengan tawa keduanya.

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang