Gimana sejauh ini menurut kalian?
Jangan lupa tinggalin jejak di komen ya guys hihi, enjoy
***
Yuri memandangi depan kediaman Sagala, setelah dirinya libur beberapa hari untuk merawat Arsa. Kini Yuri bisa kembali menginjakkan kakinya di sini dan menemui Kiyan yang sudah sangat ia rindukan.
Pintu pun terbuka dengan sambutan asisten rumah Sagala yang memberikan senyuman dan ucapan selamat datang. Yuri berjalan menuju tangga lantai dua dan melihat ada babysitter di depan pintu kamar Sagala, "Kak, pas banget udah sampai. Saya minta tolong untuk pindahin Kiyan dari kamar pak Saga ya" Yuri mengangguk, "Terima kasih kak"
— "Iya" Yuri pun mengetuk pelan pintu kamar Sagala namun tidak ada jawaban dan pintunya pun tidak terkunci.
Dengan gerakan pelan, Yuri membuka pintu kamar Sagala pelan "Permisi pak, saya mau pindahin Kiyan" ucap Yuri melangkah ke arah kasur besar Sagala.
Di kasur itu ada Sagala yang sedang tidur terlentang dengan Kiyan yang tidur di atas dada Sagala dan memeluknya erat. Yuri tersenyum melihat betapa kompaknya kedua orang di kasur ini, tidur pun sama-sama terlihat lucu.
Yuri pun sempat ragu untuk memindahkan Kiyan, apalagi melihat wajah Sagala dan Kiyan yang sama-sama damai dalam tidur lelapnya. Yuri memilih diam untuk beberapa saat sebelum terduduk di sisi kasur yang kosong, "Kiyan sayang" Yuri mengelus kepala belakang Kiyan, ada gerakan pelan dari Kiyan yang merespon.
Di saat itu juga Sagala menyipitkan kedua matanya, menyadari suara lembut Yuri terdengar jelas di pendengarannya. Ada erangan pelan khas bangun tidur dari Sagala, membuat mata Yuri kini terfokus pada empunya suara. Keduanya pun saling pandang untuk beberapa saat, "Pagi Yuri" sapa Saga dengan suara paraunya.
Yuri tersenyum, "Pagi pak, saya izin pindahin Kiyan ya" Sagala terduduk pelan dan kedua tangannya berhati-hati menahan tubuh Kiyan dalam pelukannya.
"Saya aja yang pindahin, hari ini kita ada kesibukan di luar gak ada kelas buat Kiyan ya" titah Sagala yang beranjak dari kasur dan membuka connecting door menuju kamar Kiyan.
Yuri mengikuti langkah Sagala yang masih berjalan pelan melewati perbatasan pintu, "Jadi saya siapin kopi buat pak Saga dulu ya" Sagala mengangguk dan membiarkan Yuri berlalu.
Setelah kembali turun dan menyiapkan americano untuk Sagala, Yuri pun melangkahkan kakinya menuju kamar Kiyan namun tidak ada Sagala di sana. Hanya ada Kiyan yang belum bangun dan babysitter yang sedang menyiapkan pakaian untuk Kiyan gunakan pagi ini.
Langkah Yuri terhenti di ruang musik yang terbuka, ada Sagala yang sedang duduk di depan pianonya. "Orang suka musik emang beda ya, dikit-dikit main musik" celetuk Yuri pelan sebelum memasuki ruangan itu.
Menyadari ada kehadiran Yuri, seketika jemari Sagala memberhentikan kegiatannya. Ia justru beranjak menuju sofa besar di sisi ruangan. Yuri pun segera menyimpan americano itu di meja dekat Sagala berada.
"Duduk di sini" Sagala segera meraih gelas itu dan menyesapnya pelan, ada senyuman yang bisa Yuri lihat saat lelaki itu meneguk beberapa kali.
Yuri pun mengambil duduk di seberang Sagala, masih kikuk dengan situasi ini. "Gimana Arsa? udah membaik ?" tanya Sagala yang kini memfokuskan kedua matanya pada perempuan di hadapannya.
Yuri mengangguk, "Udah baik kok pak, makasih ya udah kasih saya cuti. pasti pak Saga kangen kan sama saya?" tawa Yuri justru membuat Sagala menahan senyumannya, "Iya saya kangen" balasan itu justru membuat kedua pipi Yuri memerah, di saat bersamaan Sagala juga bisa melihat bagaimana perempuan di hadapanya bisa dengan mudah terlihat salah tingkah.
"Kok diem? salting ya?" ledek Sagala
Yuri menggeleng cepat, "Mana ada pak! jangan ge'er ah, saya cuman kepanasan aja" Yuri segera menoleh ke arah lain yang justru semakin terlihat salah tingkah.
Sagala hanya tertawa dan ia mendorong buku di sisi meja, membuat Yuri kembali memandangi arah depan. "Bacain saya halaman seratus tiga puluh" Yuri segera meraih buku itu dan membukanya, pandangannya masih menatap penuh pada Sagala "Bacain, saya kangen denger suara kamu" Yuri membuka halaman yang Sagala maksud dan mulai membaca.
Sepanjang Yuri membaca, Sagala sesekali meneguk americanonya tanpa melepaskan pandangannya dari sosok perempuan di hadapannya yang masih serius membaca. Mungkin aneh rasanya, Sagala senang mendengar bagaimana Yuri membacakan buku padanya seperti membaca sebuah dongeng. Walau tidak seekspresif yang Yuri lakukan pada Kiyan, namun celetukan Yuri yang sesekali muncul untuk berkomentar akan beberapa bagian menjadi hal yang candu bagi Sagala.
"Tangan itu kini terasa begitu kaku, luka yang ada di tubuhnya pun terlihat cukup banyak" ucap Yuri memandangi Sagala yang masih serius menatap Yuri.
— "Jangan ngeliatin saya terus, saya tau saya cantik" celetuk Yuri, Sagala kini tertawa "Emangnya kamu keberatan kalau saya liatin terus?" Yuri menutup buku di pangkuannya, "Keberatan" ucapnya dengan menaikkan satu alis kanannya.
"Saya izin dulu deh, saya mau liat kamu lama-lama dan dengerin kamu. Boleh?" Sagala memajukan duduknya dan kembali memberikan mimik wajah serius dan aura dominannya seketika memenuhi ruang diantara keduanya.
Yuri mengigit kedua pipi bagian dalamnya, menahan diri untuk tidak tersenyum.
"Boleh, tapi temenin saya makan di cafe ya" Sagala mengangguk, "Iya, saya temenin" keduanya pun melewati pagi ini dengan tiga lembar cerita yang sudah Yuri bacakan.
***
Tidak ada Nugi hari ini, setelah Yuri mengambil cuti cukup panjang. Semua pekerjaan sudah Nugi selesaikan hingga dirinya kini bisa menikmati masa cuti yang diberikan oleh Sagala. Seperti yang sudah Sagala bilang sejak pagi tadi, bahwa kerjaan mereka akan dilakukan di luar.
Kini Yuri dan Sagala sudah sampai di salah satu restoran untuk makan siang sekaligus membahas projek baru. Yuri juga baru mengetahui fakta terkini bahwa Sagala adalah seorang CEO dari salah satu label musik terkenal.
Setelah makan siang, Sagala sibuk dengan meeting online dan juga membahas aneka projek kerjaan yang sedang dilakukan di label musik saat ini. Sedangkan Yuri sibuk dengan mencatat beberapa jadwal Sagala di IPadnya.
Yuri memandangi sosok lelaki yang ini menutup layar laptopnya dan menyandarkan diri di sofa, "Udah selesai ya pak?" Yuri melepas satu earphonenya, ada anggukan dari Sagala yang sedang memenjamkan matanya.
"Biar semangat lagi kita makan yang manis-manis yuk" Yuri menopang wajahnya dengan satu tangan dan memberikan senyuman, Sagala menoleh dan menganguk, dirinya segera memasukkan laptop ke tasnya dan bersiap.
Sepanjang jalan Yuri memberikan arahan maps untuk Sagala, "Saya bisa Yuri, emangnya kamu bisa baca maps?" Yuri tertawa, "Saya gak baca maps, saya apal arah ke sana" Sagala tertawa dan tidak protes akan ucapan Yuri yang memberikan intruksi arah.
"Pak Saga harus sering-sering nongkrong ke tempat kaya gini nih" ucap Yuri masih memperhatikan jalan, "Saya gak setua itu Yuri, kita cuman beda enam tahun" Yuri memutarkan pandangannya seolah berpikir "Bapak umur enam tahun saya baru lahir ke dunia pak, itu terlalu jauh" ucapnya polos dan tertawa, Sagala menggeleng tidak percaya akan pernyataan perempuan di sampingnya "Iya, tapi kalo dibanding sama situasi sekarang saya juga masih suka bergaul kok. Bukan cuman kamu Yurissa Adlina" Yuri mengangguk "Okee... kita coba nongkrong di sini dulu ya, buktiin kalo pak Saga gak setua itu" ancamnya dengan mode bercanda.
"Siapa takut" Sagala pun memasukkan mobil ini ke area parkir cafe yang Yuri maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY YOU. [ON GOING]
FanfictionYurissa Adlina adalah seorang perempuan yang sedang mencari pekerjaan dan mengharapkan kesibukan yang sama seperti teman-temannya ini, justru dihadapkan dengan sosok atasan yang menyebalkan. Lelaki yang sempat menjadi bulan-bulanan amarah Yuri per...