***
"Lo abis dari mana sih Yur? gue kira lo pingsan ya di toilet. Tadi gue sampe minta cek ke pelayannya" segala keluhan yang Raka tahan sejak tadi akhirnya bisa bisa tersampaikan, begitu Yuri sampai kembali ke dalam toko meninggalkannya tanpa kabar.
Yuri dengan napas terengah-engahnya masih mendengar bagaimana Raka terlihat khawatir, "Minum dulu" Raka kini berucap dengan nada yang lebih tenang dan memilih diam sampai perempuan di hadapannya dapat menjawab semua pertanyaannya.
"Gue tadi keluar, ada urusan tapi sekarang udah kelar"
— "Maaf ya udah buat lo khawatir, asli gue tadi keinget sesuatu makanya harus banget dikelarin"
Raka memandangi dengan wajah tidak percaya, "Yakin? lo butuh apa bisa gue bantu Yuri. Jangan begini, gue kepikiran"
Yuri terkekeh canggung, "Iya, maaf ya Rak. Gue makasih banget lo udah mau nungguin"
Keduanya pun melanjutkan menikmati tiramisu dan croissant yang sempat tertunda itu. Sepanjang obrolan Yuri baru mengetahui bahwa studio musik tempat dimana Raka bekerja ternyata berada di dekat sini, jadi sangat wajar jika ada kemungkinan keduanya bertemu seperti saat ini.
Setelah asyik membahas banyak hal hingga sore hari pun datang menghampiri, Yuri merasa bisa melupakan segala pikirannya sejenak. Melihat kehadiran Raka di hadapannya seperti saat ini cukup bisa menenangkan keadaan Yuri, jika saja dirinya sedang seorang diri mungkin keadaannya akan sangat berbeda.
"Thanks ya Rak, nanti kita harus ketemu-ketemu lagi" ucap Yuri yang sudah berada di luar toko.
Raka mengangguk dan memberikan senyumannya, — "Pastinya kita bakal ketemu lagi, Gue anterin pulang ya?" tawarnya.
Yuri menggeleng, "Gausah, lo lanjut lagi aja kerjanya"
"Semangat ya buat lagunya!" Yuri melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan di hari ini.
"Kabarin gue kalo udah sampe rumah, hati-hati ya" Raka pun melambaikan tangannya dan terdiam untuk memastikan Yuri berjalan sampai halte bus dengan selamat.
Raka memasukkan kedua tangan ke dalam kantong jaketnya, ada desiran angin yang menyapu wajahnya. Langit sore ini sungguh terlihat cantik, apalagi jika mengingat bagaimana wajah Yuri yang terpapar cahaya matahari sore seperti tadi. Rasanya sangat indah.
***
Yuri kini termenung di dalam bus sembari menatap jalanan yang sudah terlihat ramai. Keadaan menjelang malam ternyata terasa lebih ramai, banyak orang silih berganti mengambil tempat duduk di sampingnya.
Dalam lamunannya, Yuri masih terbayang bagaimana momen Sagala yang berhadapan dengan perempuan itu. Aneh rasanya jika Yuri pikir dengan otaknya sendiri. Apakah dirinya sudah benar-benar merasakan jatuh hati pada seorang Sagala?
Setelah kejadian itu, perasaan Yuri memang terasa terguncang. Pikirannya melayang entah kemana namun ia tau tujuan dari kekacauan ini selalu memunculkan satu nama. Sagala Kaivan. Lelaki yang sudah berhasil membuat hari-harinya berubah.
Yuri mengeluarkan handphonenya dan melihat notifikasi dari lelaki yang sudah mengacaukan pikiran dan perasaannya hari ini, Sagala mengirimi pesan dan mengatakan bahwa dirinya akan pulang setelah makan malam. Dengan membaca pesan itu, Yuri hanya memandangi tas belanja yang berada di pangkuannya, apalagi ia juga sudah membeli tiramisu dan croissant yang masuk ke dalam menu makan malam di rumah. Keadaan perasaan Yuri pun tidak membaik, ia justru berpikir bahwa apa yang ia lakukan hari ini hanyalah kegiatan yang sia-sia dan membuang waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY YOU. [ON GOING]
Fiksi PenggemarYurissa Adlina adalah seorang perempuan yang sedang mencari pekerjaan dan mengharapkan kesibukan yang sama seperti teman-temannya ini, justru dihadapkan dengan sosok atasan yang menyebalkan. Lelaki yang sempat menjadi bulan-bulanan amarah Yuri per...