-34-

24 6 0
                                    




***

Keadaan pagi ini terasa sepi bagi Sagala, setelah dirinya bangun dan bersiap untuk turun ke bawah. Ia melihat Yuri tengah bermain bersama Kiyan di dekat pintu balkon, tidak ada sapaan dari Yuri yang biasanya Sagala terima di setiap paginya.

"Papi!" sapa Kiyan yang membuat Sagala mendekati anaknya bersama Yuri. Ada lirikan dari Sagala yang mengecek bagaimana respon dari Yuri, namun perempuan itu terlihat acuh dan enggan melirik padanya.

"Sayang lagi apa?" pancing Sagala yang masih mengajak Kiyan bermain, matanya masih aktif melirik pada sosok Yuri yang terlihat menghindar.

"Main ini Pi" Kiyan memberikan mobil-mobilannya, di celah inilah Yuri beranjak dari duduknya. "Saya permisi dulu mau ke bawah" kepergian Yuri yang terasa dingin itu membuat Sagala terdiam.

Yuri langsung berjalan cepat menuju dapur untuk mengambil minuman, biasanya setiap pagi ia rutin akan memberikan americano untuk Sagala saat akan sarapan. Tapi untuk kali ini Yuri tidak bisa menghadapi situasi ini, entah mengapa perasaannya masih terasa tidak enak apalagi jika mengingat kejadian kemarin dimana Sagala bersama perempuan lain.

Karena rasa kesal yang tidak bisa Yuri lupakan begitu saja, ia pun memiliki ide untuk tidak memberikan americano pada Sagala secara langsung. Alhasil Sagala tidak menerima americano langsung dari Yuri, ia justru menerima dari asisten rumah yang biasa mengurus menu makanan di rumah ini.

"Kamu gak sarapan?" tanya Sagala dari meja makan, saat Yuri berjalan keluar dari dapur.

Yuri menggeleng, "saya udah makan tadi" balas Yuri dengan dingin.

"Yuiii" panggil Kiyan yang membuat Yuri merubah ekspresi dinginya menjadi hangat dan ramah, perempuan itu mendekati meja makan yang Sagala pikir ia akan ikut bergabung seperti biasanya.

"Mau mam dimana Kiyan?" tawar Yuri, "Olam!" teriak Kiyan semangat.

Yuri akhirnya membawa makanan Kiyan dan mengajak Kiyan berjalan menuju kolam renang. Lagi dan lagi Sagala diam dengan perlakuan Yuri yang seperti ini. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, bahkan kini Sagala harus makan tanpa Yuri di sisinya.

***

Siang ini Yuri juga lebih menyibukkan diri di dalam ruang bermain bersama Kiyan, banyak hal yang ia lakukan mulai dari mengajak Kiyan belajar berhitung sampai bermain dinosaurus bersama Kiyan. Sedangkan tugas-tugasnya pada Sagala sengaja Yuri hindari, lagi pula sampai saat ini lelaki itu juga tidak bertanya apa pun atau membuka pembahasan pada Yuri sejak dirinya berusaha 'mencapakkan' lelaki itu.

Di sisi lain Sagala sibuk dengan membaca buku untuk referensinya membuat lagu, di saat seperti ini sebenarnya Sagala bisa saja mendekati Yuri dan bertanya tentang apa yang Yuri rasakan saat ini. Namun lagi-lagi niat itu ia urungkan, apalagi melihat masih banyak waktu untuk keduanya saling memberikan jarak. Setidaknya Sagala juga ingin tau seberapa kuat Yuri memperlakukannya seperti ini.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya jam makan siang pun tiba, Sagala masih menikmati kegiatan membaca bukunya di balkon. Ia mendengar Kiyan berlari bersama Yuri keluar dari ruang bermain, kesempatan ini Sagala gunakan untuk ikut bergabung.

"Kiyaaaaan! papi ikut ya mainnya" ucapan itu hanya mendapat lirikan dari Yuri sekilas, perempuan itu kembali asyik dengan si kecil Kiyan yang masih tertawa.

"Ayo papi main" ajakan Kiyan menjadi celah bagi Sagala untuk bisa membuat momen bersama anaknya dan juga Yuri.

"Papi jadi apa nih?" Kiyan memutarkan pandangannya untuk berpikir sejenak

"Monster aja Kiyan!" ucap Yuri bersemangat, Sagala melirik bagaimana Yuri hanya terfokus pada Kiyan tanpa memperdulikan dirinya.

Alhasil Sagala harus berlari ke sana kemari untuk mengejak Kiyan dan Yuri, saran Yuri ternyata membuat Kiyan setuju untuk menjadikan Sagala sebagai monster di sesi bermain siang ini. Canda tawa itu terdengar memenuhi area lantai dua, bagaimana Sagala terus mencoba bermain secara totalitas.

"Yuiii, lindungi aku!" Kiyan berlari ke arah belakang tubuh Yuri

"Tenang, akan kulawan monster ini" Yuri pun berlaga sebagai pahlawan yang akan melindungi Kiyan dan melawan monster di depannya.

Momen ini lah Sagala gunakan untuk memperhatikan wajah manis Yuri yang serius, kedua manik cantik Yuri seolah menyihir pikiran Sagala. Bagaimana wajah ini menjadi pemenuh dalam pikiran Sagala akhir-akhir ini, semua momen manis seolah terputar dalam lamunan Sagala.

"Aduh!" Sagala terjatuh ke lantai dengan Yuri yang berjongkok di dekatnya, perempuan itu baru saja mengeluarkan jurus andalan yang bisa menjatuhkan monster jahat. Sorakan bahagia dari Kiyan pun memenuhi titik kesadaran Sagala yang masih enggan memalingkan pandangannya pada wajah si manis yang kini tertawa karena kemenangannya.

"Kalau melamun malah bisa jadi celah buat lawan, saya menang" senyuman antagonis Yuri justru membuat Sagala menyeringai, "Kamu terlalu cantik, saya gak bisa berpaling" seketika Yuri merasakan hawa panas di kedua pipinya.

'Sial! lagi-lagi Sagala mengeluarkan modus jitunya' batin Yuri.

"Papi kalah! wooooo!" ledek Kiyan yang kini segera Sagala peluk dengan rasa sayang dan tawa.

Yuri terduduk dengan lemah, dirinya masih terhipnotis dengan ucapan manis dari Sagala. Apalagi kini pemandangan di hadapannya terlampau manis, Kiyan masih memeluk erat Sagala dengan rasa sayang yang membuat kedua lelaki itu betah dengan situasi seperti ini.

"Kiyan mau gak main bertiga gini terus?" Kiyan mengangguk memandangi wajah Sagala, "Mau! selamanya!" teriak Kiyan

"Kan Papi, Yui, Kiyan bakal gini terus" ucapan polos Kiyan membuat Yuri diam mematung, sedangkan Sagala yang awalnya tertawa kini memusatkan pandangan pada perempuan di hadapannya yang masih diam seribu bahasa.

Belum sempat Sagala mengucap sesuatu, Yuri langsung beranjak dari duduknya.

"Saya permisi mau ke toilet" Sagala masih memandangi kepergian Yuri yang seolah sedang menghindarinya.

Sedangkan Yuri dengan segala pikiran yang masih memusatkan emosi pada Sagala hanya bisa menghindar dan terdiam di hadapan cermin toilet. Dirinya masih bingung dengan segala momen yang baru terjadi, rasanya begitu singkat, sederhana namun bisa menghangatkan perasaan Yuri.

"Sial, aneh banget sih hari ini gue kenapa?!" keluhan itu terus Yuri ucapkan sambil dirinya membasuh tangan dengan air mengalir yang sebenarnya tangan itu tidak kotor sama sekali.

Setelah momen itu, Sagala justru kembali tidak bertemu dengan Yuri di meja makan. Perempuan itu beralaskan sudah makan dan izin untuk ke kamar. Tidak ada yang Sagala lakukan selain makan bersama Kiyan dan juga babysitter yang kini bergantian merawat anaknya.

Di balik pintu kamar, Yuri sendiri terus memutar otak untuk keluar dari keadaan canggung ini. Namun di sisi lain dirinya belum siap untuk menemui atau sekedar berada di ruangan yang sama dengan Sagala.

Tidak lama berselang Yuri mendengar langkah kaki yang mendekati pintu kamarnya, benar saja suara ketukan terdengar sesaat kemudian.

"Yuri, saya tau kamu gak tidur" celetukan Sagala membuat detak jantung Yuri tidak stabil.

"Saya mau ajak kamu nengok ke rumah sakit, Ibu Nugi masuk rumah sakit. Kalo kamu mau— Suara pintu terbuka pun terdengar, Yuri mengeluarkan setengah tubuhnya di balik pintu dengan wajah yang masih murung.

"Saya ikut" Sagala mengangguk

MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang