-30-

22 6 0
                                    

***

"Tadi pas pagi dia gimana? beneran tidur di ruang musik tanpa selimut?" Yuri mengangguk dengan lamunannya yang kini memandangi kolam renang. 

"Terus dia gimana Yuri?" pertanyaan itu membuat Yuri menoleh, sosok Nugi yang memasang wajah serius membuat dirinya merasa tidak enak. 

Nugi sendiri melihat bagaimana pandangan kikuk Yuri membuat pertanyaan semakin banyak mengumpul di dalam otak. "Jelasin sama gue, awalnya dia gimana? yang jelas" nada serius Nugi membuat Yuri menelan ludahnya dan menghela napas. 

"Tadi pagi kaya biasanya gue pasti pindahin Kiyan dari kamar pak Saga, tapi dia gak ada di kamar dan pas di telpon juga handphonenya ada di kasur" Nugi masih memandangi Yuri dengan seksama. 

"Terus gue cari sana-sini dan terakhir ke ruang musik, dia tidur meringkuk di sofa kayanya kedinginan. Wajahnya pucet dan mengigau" 

"Ngigau? bilang apa dia?" 

Yuri diam seketika, "Bilang apa?" 

"Dia manggil nama Yuri" seketika Nugi mengangguk pelan. 

"Terus... dia.." mata Yuri membulat dan gestur ragu itu membuat Nugi rasanya mati penasaran akan lanjutan ceritanya. 

"Apaaaa? please gue mau ini cerita rinci Yuri. Gue panik pas tau lo telpon dan bilang Saga meriang" wajah cemas Nugi membuat Yuri menunduk. 

"Dia meluk Yuri" ucapan pelan itu membuat pandangan Nugi membulat sedikit terkejut namun ia berusaha untuk menahan ekspresinya. 

Keduanya pun hening cukup lama setelah ucapan itu. 

Yuri merasa tidak enak harus menceritakan ini, seolah dirinya tengah mengakui dosa karena menerima perlakuan itu dengan cuma-cuma dari atasannya sendiri. Sedangkan Nugi berpikir bahwa keadaan Sagala benar-benar di kondisi yang tidak baik-baik saja. 

"Kak please jangan pecat gue, gue gak ngapa-ngapain lagi kok beneran" Yuri memberikan pandangan sedihnya yang membuat Nugi tidak enak. 

"E-enggak Yuri, bentar gue cerna dulu" Nugi sekilas memenjamkan matanya dan menghela napas untuk membuat keadaan pikirannya lebih jernih. 

"Gini Yuri, gue gak akan pecat lo dan itu bukan kuasa gue. Itu kuasa Saga" 

— "Gue cuman speechless aja sebenernya, selama ini Saga gak pernah selemah ini. Bahkan di saat sakit banget dia masih bisa ketawa apalagi bahas kerjaan. Gue cuman bingung sama keadaan dia sekarang" seketika wajah cemas Nugi nampak jelas, dirinya terlihat resah. 

"Kak, tolong jelasin sama gue apa yang sebenernya terjadi sama pak Saga? sejak kemarin dia pulang dari meeting keadaannya berubah dan jadi murung. Gue bisa rasain aura yang beda dari dia" Nugi terdiam memandang bagaimana rasa penasaran Yuri kini muncul terlalu cepat dari dugaannya. 

Nugi masih diam. 

"Kak, apa ini ada kaitannya sama masa lalu dia?" seketika raut mata Nugi berubah seolah dirinya tidak menyangka dengan tebakan Yuri saat ini. 

— "Semalem dia sempet cerita tentang masa lalunya, gue gak tau jelasnya gimana tapi ini pasti tentang dia sama seseorang kan? ceritain gue boleh gak ka?" 

Nugi mengusak rambutnya frustasi, jika sudah berada di posisi ini ia benar-benar harus menceritakan semuanya. Apalagi mengingat Yuri pun menjadi bagian baru bagi hidup Sagala, sahabatnya. Hal seperti ini harus diberitahukan bagaimana pun respon yang akan Yuri berikan nantinya. 

"Kemarin mantan Saga muncul, dia perempuan yang buat Saga jatuh hati paling dalem dan jatuh hancur paling menyedihkan" 

— "Mereka pacaran pas awal masuk kuliah dan bertahan sampai di tahun ketiga, perempuannya pergi tiba-tiba setelah dia aktif ikut kegiatan di luar kelas. Mantannya itu pinter sama kaya Saga, tapi dia lebih milih buat cari magang-magang dan hal-hal yang bersifat akademik atau kepanitian gitu deh" Yuri memperhatikan wajah Nugi yang terus bercerita. 

"Sampai suatu ketika, mantannya ini gak balik-balik dan beneran skip kelas. Dia gak bisa dihubungin dan Saga cari kemana pun gak ada yang tau keberadaannya. Dia hilang dan kabar dari mantannya kedengeran lagi empat bulan kemudian" 

"Kabarnya apa kak?" Yuri mendekatkan posisi duduknya. 

"Dia mau nikah sama seniornya di tempat magang" helaan napas berat dari Nugi membuat tubuh Yuri terasa ikut lemas. 

"Sejak itu dia gak pernah mau buka hatinya untuk siapa pun, walau banyak perempuan yang rela jadi apa pun buat bikin Saga tertarik. Semuanya kalah sama masa lalu Saga yang kelam" Yuri seketika melamuni ucapan Nugi itu, ada perasaan yang tidak enak saat mendengar hal itu. 

Nugi seketika meraih pundak Yuri, "Gue minta tolong jaga Saga ya? gue berharap lo bisa bantu dia keluar dari lingkaran ini dan jadi Saga yang lebih bahagia" 

"Kak, tapi gue ini cuma guru mainnya Kiyan lho... kayanya harapan lo terlalu besar" ucapan ragu Yuri membuat Nugi menggeleng dengan kekehannya "Gue tau Saga lagi jatuh hati sama lo, tolong jangan patahin lagi rasa yang baru tumbuh di hatinya ya?" seketika Yuri menoleh ke arah balkon, mengingat bagaimana Sagala tadi pagi yang memintanya untuk tidak pergi. 

"Jaga rahasia ini ya Yuri, gue gak mau Saga tau dan gue yakin pas saatnya tiba dia bakal jelasin semuanya ke lo" 

— "Makasih ya lo udah hadir dan buat warna di hidup Saga" Yuri terdiam mencerna semuanya, pikiran dan hatinya seolah tertuju pada sosok lelaki yang tengah terbaring di kamarnya. 

Yuri tidak menolak akan pesan yang Nugi sampaikan padanya, mengingat kedekatannya dengan Sagala pun tidak bisa lagi dibilang hanya sebatas partner kerja. Namun, mengetahui fakta yang membuat Sagala hancur seperti itu sungguh mengiris perasaan Yuri. 

***

"Pak, makan malem dulu yuk" Yuri membawakan nampan berisikan menu makan malam, air mineral dan obat. 

Sagala yang terduduk di kepala kasur pun mengangguk dengan memberikan senyumannya. 

"Nih saya taro sini ya, ayo dimakan terus nanti obatnya saya kasih nih udah di siapin" Yuri masih sibuk menata semuanya di nakas samping kasur tanpa memperdulikan bagaimana pandangan Sagala yang memusatkan perhatian padanya. 

"Ayo makan" Yuri memberikan senyuman 

Sagala hanya diam masih memperhatikan bagaimana wajah Yuri yang terlihat sangat manis. 

"Kenapa?" tanyanya, membuat Sagala menggeleng dengan sedikit tawa. 

"Saya lemes banget" Yuri memajukan kepalanya dan menaikkan satu alisnya dengan senyum tersunging. 

— "Oh, mau minta suapin gitu?" Sagala mengangguk malu, Yuri sendiri segera menyendokkan makanan dengan gelengan kepala yang terkesan mentertawai tingkah Sagala saat ini. 

"Kirain Kiyan doang yang bisa manja, Papinya bisa manja juga" celetuk Yuri meledek. 

Sagala mengangguk seperti anak-anak sambil mengunyah makanannya. "Iya, gak tau kenapa bisa begini" 

Yuri memberikan wajah seolah menggoda ucapan Sagala, "Mungkin kena karma pak, sering galak dan jutek ke saya eh malah jadi begini sekarang" 

Sagala tidak mengelak dengan ucapan Yuri, sejauh ini memang ia setuju akan perkataan itu. Bisa jadi memang Sagala mendapat karmanya. 

Menyukai Yuri memang di luar dari segala planning yang selama ini Sagala pikirkan. 

Terlalu jauh dari dugaan, tapi bisa memberikan hal yang baik dan menarik untuk hari-hari Sagala. 


MARRY YOU.  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang