41. Tak semudah itu

502 90 2
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Di tempat kita berjumpa
Kau tatap mataku lama
Kau bilang tak apa
Kau yakinkan hingga aku percaya

Kau tawarkan sebuah cerita
Lalu kau menjadikanku "kita"
Dan entah mengapa pipiku merona
Sampai melupa pada esok yang bisa menghancurkan segala

Kau tawarkan sebuah ceritaLalu kau menjadikanku "kita"Dan entah mengapa pipiku meronaSampai melupa pada esok yang bisa menghancurkan segala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku saranin sambil dengerin lagunya, atau nggak puter deh di Spotify, dijamin cocok banget sama vibes chapter ini. Happy reading, ya!!

KATANYA orang-orang punya level masing-masing dalam menahan rasa sakit.

Entah berada dalam level ke berapa dirinya, tapi Senja hampir tidak merasakan apapun. Sudah beberapa minggu ini mereka berpisah, tetapi rasa sakit itu masih ada.

Sejak hari di mana pengakuan perempuan itu, Senja seperti kehilangan sesuatu dalam dirinya. Ada lubang besar yang menganga lebar, membuat dada Senja seperti diremas hebat.

Senja pikir setelah beberapa hari ia mengistirahatkan hati dan pikiran, akan membuatnya lebih cepat melupa. Ternyata salah, dimanapun ia berada bayangannya akan selalu ada.

"Lo udah hampir kayak mayat hidup gini cuma gara-gara cowok." decak Bulan sambil meletakkan sebotol minuman dingin di hadapan Senja. "Nih, gue kasih coklat... siapa tahu mood lo jauh lebih mendingan."

Gadis cerewet itu sudah muak melihat Senja dengan tatapan kosongnya. Yang jarang sekali berbicara dan hanya mengangguk atau menggeleng saja ketika ditanya.

"Jangan dipikirin, cari yang lain kek." Bulan membukakan air mineral itu untuk Senja, menyodorkannya. "Cowok lain juga banyak yang ganteng, kok. Jangan ngabisin waktu buat orang yang bahkan nggak pernah mikirin lo, sia-sia." timpalnya kesal.

Memang benar, yang dikatakan Bulan memang benar adanya. Senja sudah benar-benar diluar akal. Gadis itu nyaris gila hanya karena diputus cinta.

Senja menenggak air mineral itu sedikit. "Bukan karena gantengnya. Aku bisa, cuma belum terbiasa aja."

"Makanya mulai sekarang lo harus bisa terbiasa." jawab Bulan, kemudian gadis itu merapatkan tubuhnya mendekat, ia teringat akan sesuatu. "Oh ya, lo... dapet undangan ulang tahun dari cewek sialan itu nggak?"

"Cewek sialan? Siapa?"

Bulan berdecak keras, "itu loh, Nora cewek nggak tahu diri itu."

"Enggak, tuh."

"Belum kali, katanya sih satu sekolah di undang. Hedon bener tuh orang." Menyadari jika Senja tiba-tiba bangkit, membuat Bulan mengernyitkan dahinya bingung. "Mau kemana?"

"Toilet."

***

Hari ini cerah, tapi rasanya hati Bumi jauh dari kata itu. Lelaki itu lelah, kepalanya berdenyut setiap malam. Ia akui memang Senja sudah masuk dalam hatinya terlalu jauh dan membuat perasaannya berantakan. Lebih gilanya lagi, Bumi tidak bisa menghentikan itu walau sudah ia coba untuk membenci.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang