42. Bahagia atau justru menderita?

477 103 7
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Ya sudah,
Sekarang istirahat dulu
Untuk segala rasa sakit, semoga tak membuatmu menyerah dengan mudah
Untuk segala yang rumit, semoga bisa diselesaikan dengan baik
Untuk kamu yang dibuat marah dengan keadaan,
Semoga besok lebih ikhlas menerima kenyataan

Semangat!

BUMI membuka kamar Mamanya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUMI membuka kamar Mamanya perlahan. Menampilkan raut terkejut Mama.

"Tumbenan banget, ada apa?" tanya Cahaya, lalu mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah anaknya.

"Nggak papa, Ma."

Bumi menutup pintu kemudian duduk di samping Mamanya. "Kenapa? Kamu kayaknya lagi sedih?" tanya Cahaya.

Tidak ada penjelasan lebih kuat selain raut wajah sedih Bumi. Melihat malam ini Bumi pulang dengan wajah tertekuk sudah cukup memberi pengertian kepada Cahaya bahwa anaknya itu tidak baik-baik saja. Wanita itu pikir, Bumi mengalami suatu masalah pelik dan katakan saja bahwa itu benar.

Melihat Bumi yang hanya diam, Cahaya kemudian mengusap kepalanya. "Cerita sama Mama, ada apa?"

Bersama sakit yang belum sepenuhnya menghilang, Bumi menunduk memperhatikan lantai dengan sendu.

"Mama... tahu kalo Papa selingkuh dulu?" tanyanya.

"Papa nggak selingkuh." Bumi menatap Mama penuh tanya. "Papa cuma lelaki biasa yang mencintai wanitanya."

"Tapi, Papa ninggalin Mama."

Cahaya tersenyum lalu menggeleng pelan. "Bukan, Papa bahkan nggak pernah ninggalin Mama. Justru Mama yang ninggalin Papa, Mama cuma pengen Papa bahagia."

"Tapi aku nggak bahagia, Ma." gumamnya.

"Coba cerita sama Mama, sebenernya kamu ini kenapa? Kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?"

Bumi mendongak. "Senja..." Bumi menarik napas panjang, "aku baru tahu kalo ternyata dia anak dari wanita yang dicintai oleh Papa."

Seperti disambar petir, Cahaya terlonjak tepat saat Bumi mengatakan kalimat itu. "Kamu tahu dari mana?"

"Papa yang bilang."

Cahaya melebarkan mata. Mengusap kepala anak laki-lakinya dengan penuh cinta. "Mama, Papa, orang tua Nora, sama Raina itu dulu bersahabat. Kemana-mana kami selalu bersama, sampai akhirnya Papa mencintai Raina. Mereka saling mencintai sampai hari di mana Papamu harus rela menerima perjodohan dengan Mama." Cahaya menghembuskan napas panjang. "Mereka terpaksa harus terpisah. Kalau pada akhirnya mereka masih berhubunganpun Mama nggak tahu."

Di mata Bumi, ia hanya melihat jika Mamanya telah dibutakan oleh cinta.

"Mama tahu kalo Senja anaknya Raina?"

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang