꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
Jika kamu ingin bicara, silahkan menghubungiku
Aku tetap akan ada, meski tak pernah bersuaraJika kamu butuh aku, silahkan cari aku
Aku tetap ada di sana, meski hanya sekedar rahasiaDan jika kamu ingin menampung rindu, aku siap menjadi bejana yang tak pernah berdusta, khusus untukmu
RIAK air kolam kecil di pojok ruang membuat Bumi terjaga. Lelaki itu sibuk memandangi bunga mawar yang berada di atas meja, juga lilin kecil secara bergantian. Sudah lima belas menit lamanya, ia menunggu seseorang sendirian. Lalu saat orang itu datang, Bumi terdiam tanpa banyak kata."Apa kabar, Bumi?"
"Baik." jawabnya.
"Kamu nggak pesan makanan?" Melihat Bumi menggelengkan kepala, Papa mengangkat tangannya, memanggil pelayan. "Biar saya yang pesan."
"Nggak perlu, saya nggak punya banyak waktu."
Papa mengangguk mengerti, "kamu tahu kenapa saya minta kamu datang ke sini?"
Lelaki itu menggeleng tanpa kata. Suara Papa lembut sekali, ia sampai lupa kapan terakhir kali lelaki itu mendengarkannya. "Tolong, jangan basa-basi."
Papa tersenyum sekilas. "Papa akan bekerjasama dengan perusahaan orang tua Nora."
"Terus?" tanya Bumi. "Apa hubungannya sama saya?"
Papa tersenyum, tapi Bumi dapat menangkap kekesalan di matanya. Jadi lelaki itu diam saja, memilih menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Papa.
"Salah satu persyaratannya adalah kamu harus mau berhubungan dengan Nora lagi. Agar keluarga Maretta mau memberi saham yang besar ke perusahaan."
Bumi terkejut, entah memiliki motif apa si Nora itu. Berani sekali mengajak kembali di saat bahwa dirinya tak sendiri lagi. Dan juga setelah semua yang terjadi di antara mereka.
"Nggak, saya nggak mau." tolak Bumi.
"Kamu harus mau."
"Bisnis kalian, kenapa saya yang harus ikut campur tangan?"
Papa menatap Bumi dalam. "Karena kalau kamu nggak mau, berarti yang akan menggantikan adalah Mama kamu... dan gadis itu."
Sial.
Papa hobi sekali mengancam.
"Jadi gitu?" Bumi mengernyit sebelum akhirnya kembali mengikuti situasi yang diciptakan Papa. Sudut bibir lelaki itu terangkat, ia menatap Papa dan berkata, "saya tahu kalo itu hanya ancaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Non-Fiction[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...