30. Nora dan segala yang dimilikinya

560 114 2
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎

Terkadang aku lupa bahwa apa-apa yang terjadi di semesta ini sudah ada yang mengatur

Terkadang aku terlalu kalut bersedih hingga lupa bahwa ada banyak bahagia yang seharusnya dinikmati

Terkadang aku juga terlalu sibuk mengeluh sampai tidak menyadari ada banyak hal indah yang layak disyukuri

Aku ini memang manusia yang tak tahu diri

BUMI menenteng tasnya dengan perasaan bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUMI menenteng tasnya dengan perasaan bersalah. Lelaki itu baru saja sampai di rumah, moodnya selalu tidak baik setiap bertemu dengan Nora. Rasa sakitnya dulu, belum benar-benar ia lupakan.

Bumi melangkahkan kakinya ke kamar, tapi kemudian langkahnya terhenti. Ia mengingat Senja, gadis itu pasti menunggunya. Lelaki itu kemudian membuka ponselnya, mencari kontak Senja untuk menghubunginya.

To : Senja
Senja, lo dmn?

Udah plg blm?

Lo nggak nunggu gue, kan?

***

Posisi tengkurap di atas kasur terasa kurang nyaman. Senja akhirnya berguling merebahkan badan. Lebih baik karena hidungnya tak terhimpit bantal dan gadis itu bisa leluasa bernapas.

Rencananya, Senja hanya ingin bergelung dengan selimut birunya. Juga hanya ingin menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi bintang kuning yang menyala redup. Berharap bahwa gadis itu akan bosan dan akhirnya bisa ketiduran. Namun harapannya punah sudah saat Bunda memanggilnya.

Gadis itu buru-buru bangun, tapi dering ponselnya mengalihkan perhatian. Tiga pesan beruntun dari lelaki itu. Akhirnya Senja membuka pesan itu setelah puas menghela napas. Tanpa pikir panjang, Senja segera membalasnya.

To : Bumi
Udah, di rumah.

Tadinya sih nunggu, tp gapapaa.

Aku jg udah lihat kamu pulang di lampu merah.

Lalu setelah tiga balasan itu, Senja meraih sandalnya, memakainya. Gadis itu menghitung sampai lima sebelum akhirnya mengecek ponselnya lagi. Harap-harap kalau Bumi sudah membalas, namun hasilnya nihil. Kemudian saat Bunda berteriak memanggilnya lagi, Senja melempar ponselnya di atas kasur.

***

Denting sendok dan piring yang beradu memecah keheningan. Makan malam kali ini, terasa sangat berbeda. Pasalnya Papa Nora ada di sana. Beliau biasanya sibuk dan sering mengabaikan sesi makan malam keluarga, tapi kali ini tidak, ia hadir di sana.

"Nora, kenapa?"

Gadis itu menggeleng sembari tersenyum. Suara Papa lembut sekali, membelai telinganya secara nyata.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang