58. April datang lagi

438 98 4
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

"Mencintai dan dicintai berarti merasakan matahari dari kedua sisi." - David Viscott

Happy reading!

MARS melangkahkan kakinya menyebrangi jalanan. Beberapa kali ia mendongak ke atas, menatap langit kelabu yang diramaikan oleh gedung-gedung tinggi yang seolah saling berebutan mencakar langit. Lelaki itu menyembunyikan satu tangannya ke dalam saku sedang yang satunya ia gunakan untuk memegang sebuket bunga mawar putih. Hari ini sudah memasuki awal bulan April, bulan di mana kebahagiaannya hancur dan tak bersisa.

Matahari mulai naik perlahan-lahan. Lalu setelah itu, ia menghembuskan napas panjang. Ada rasa ngilu saat tubuhnya berjongkok untuk meletakkan bunga. Lelaki itu mengelus permukaan batu abu yang penuh debu. Di atasnya terukir nama Shilla Anita, nama Mamanya.

"Hari ini tanggal satu April, Ma."

Perkataan itu menggantung di udara. Sambil tersenyum getir, Mars mencabuti rumput liar yang mulai tumbuh pada gundukan tanah; dimana tempat ternyamannya bersemayam. Ada yang ingin Mars katakan, tapi bibirnya seolah kehilangan kemampuan.

"Maafin aku karena jarang ke sini mengunjungi Mama, aku sibuk belajar untuk ujian akhir." Lelaki itu lalu menarik napasnya lagi, "Papa sehat, itu kan yang mau Mama tanyakan?"

Di sela angin yang membelai wajahnya, lelaki itu menengadahkan tangan seraya memejam. Menyampaikan harap-harap yang jelas tidak akan terkabulkan.

Sejak bulan April tahun lalu, Mars menemukan dirinya tak lagi sama. Ia sadar, ada separuh jiwanya yang menghilang. Seumpama rumah yang ditinggal pemiliknya pergi hingga akhirnya sang pemilik memilih tidak kembali lagi. Ia seperti rumah yang tak berpenghuni. Kosong dan sepi.

Tahun ini, April datang lebih cepat dari dugaannya. Bukan karena lelaki itu selalu menghabiskan waktu menekuk lutut di balik selimut. Semua ini karena ia sudah terbiasa seorang diri dalam sunyi.

Di tengah malam di mana suara detik jam lebih keras dari helaan napasnya sendiri, Mars tidak tahu lagi ke mana ia harus menarik raganya untuk kembali terlelap seperti sebelumnya. Ia sudah mengikhlaskan kenyataan bahwa Mama tidak akan pernah kembali. Raga perempuan itu tak bisa ia dekap. Atau sekedar ia tatap. Dan semakin ia berlari kencang, semakin lelaki itu kehabisan kekuatan. Ia kelelahan. Lelaki itu merasa sedang berjalan di jalan buntu dan tak bisa keluar. Lalu ia memutuskan untuk terus berjalan, tapi tidak tahu harus sampai kapan.

Akhirnya sebagian malam ia habiskan untuk menangis dalam diam.

Jika dulu ia merengek karena mobil-mobilannya rusak, sekarang, lelaki itu tak bisa apa-apa selain meratap ketika rindunya merebak. Dan jika dulu ada dekapan hangat Mama atau usapan lembut di atas kepalanya, kini ia tak bisa merasakannya.

Dulu semuanya masih sempurna. Sebelum Mama divonis sakit jantung, dan sebelum Papa memutuskan untuk berpaling ke wanita lain. Wanita yang sekarang menjadi Mama tirinya.

"Aku mau jadi kayak Papa, biar bisa jadi laki-laki yang bertanggungjawab sama keluarga."

Disaksikan oleh permen milkita rasa cokelat di tangan, Mars lalu manggut-manggut ketika Mama mulai menjelaskan.

Beberapa tahun kemudian, kalimat kagum itu berubah.

"Tapi Papa selalu menyakiti Mama, kenapa Mama selalu sayang sama Papa? Papa itu jahat sama Mama."

Lalu jawaban Mama membuatnya mendengus kesal.

"Papa nggak jahat, ini semua salah Mama karena Mama sakit. Mama nggak bisa kasih apa yang Papa minta, wajar kalau Papa mencari itu dalam diri wanita lain."

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang