78. Pergi untuk dikenang

993 106 15
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Katamu, kamu lelah
Maka aku jawab, menepilah
Tapi saat Tuhan menjawab kamu harus sudah
Tangis adalah jawab paling ramah untuk menyuarakan hatiku yang patah...

Katamu, kamu lelahMaka aku jawab, menepilahTapi saat Tuhan menjawab kamu harus sudahTangis adalah jawab paling ramah untuk menyuarakan hatiku yang patah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!

JIKA Bumi bisa meminta, dia ingin menjadi tumbuhan yang tampaknya akan membuatnya lebih bahagia. Ia ikhlas pada tetes air hujan yang mengguyurnya. Ikhlas pada angin yang berhembus menerpanya. Dan pasrah pada terik matahari yang membakarnya. Andai menerima semudah itu, maka hari ini dia tidak perlu bersandar pada dinding rumah Senja yang dingin dengan perasaan hampa.

Bumi pikir, dia hanya bermimpi saja. Tapi melihat tubuh Senja terbujur kaku di depannya, lelaki itu seolah dipukul oleh kenyataan dengan telak.

Di samping Senja, Bunda bersandar pada dinding. Wanita itu diam terpengkur dengan perasaan hancur. Nyawanya seolah turut mati bersama tubuh anaknya yang terbaring kaku.

"Tante..." Mati-matian, Bulan menahan air matanya agar tidak mengucur deras. Maka dengan tubuh bergetar, ia memeluk jiwa yang hancur lebur itu. Di usapnya pundak Bunda berkali-kali.

Setelah bermenit-menit dalam pelukan Bulan, Bunda mulai histeris lagi. Wanita itu terus saja meratap saat menyadari kepergian Senja bukanlah sebuah bunga tidur saja. Bayang-bayang lambaian tangan gadis itu masih terekam jelas dalam ingatan. Senyumnya, semua yang ada pada diri gadis itu akan menjadi yang paling dia rindukan nanti.

Bagaimana bisa lambaian tangan itu menjadi bentuk pamit pada kepergian tanpa kembali?

"Dek...." Langit berucap, bibirnya bergetar menahan tangis. "Abang udah bawa Kak Iris ke sini. Katanya mau ketemu Kak Iris, hmm?"

Dengan tangan bergetar, diusapnya wajah Senja yang memejam dengan damai. Bibir yang biasanya melengkung indah itu, kini pucat pasi.

"Lang, jangan kayak gini. Senja pasti sedih kalau kamu begini."

Langit menggeleng. "Dia bilang mau lihat kita berdua lagi, Ai." Dadanya sesak bukan main. Mengingat bagaimana pertengkaran kecil dengan Senja adalah yang terakhir. "Adikku nggak mungkin bohong."

"Sekarang Senja udah lihat kita berdua dari atas sana."

Lelaki itu bahkan tak bisa merasakan hangat dari peluk Iris untuknya. Meski tubuhnya didekap erat, alih-alih kuat, Langit justru semakin hancur tak berbentuk. "Padahal hari ini dia ulang tahun."

Iris merasakan kesedihan yang sama. Meski sesak, ia mengusap punggung Langit yang naik-turun. Kepergian Senja jelas menjadi sebuah kehilangan yang menorehkan luka teramat dalam. Bagi siapapun tak terkecuali dirinya.

Di samping Iris, Mars duduk dengan pandangan kosong. Lelaki itu sudah menyerah sejak semalam. Sejak dia memberitahu keluarga Senja tentang apa yang tertera dalam suratnya. Lalu dengan begitu, dia memutuskan untuk membiarkan dirinya larut dalam kesedihan.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang