47. Seandainya saja

474 100 4
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Aku rindu sebuah peluk yang ketika rebah di dadanya semua masalah terasa baik-baik saja.
Seakan degupnya adalah irama yang menenangkan.
Dan entah kemana peluk itu sekarang.
Mungkin, sedang memeluk tubuh yang lainnya.

JIKA Senja tampak sangat santai ketika menatap lelaki itu, lain halnya dengan Mars yang mendelik penuh keterkejutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JIKA Senja tampak sangat santai ketika menatap lelaki itu, lain halnya dengan Mars yang mendelik penuh keterkejutan. Bahkan gadis itu langsung bertanya mengapa Mars seperti ketakutan ketika melihatnya.

"Kak Mars kenapa?" tanyanya.

"Nggak papa."

Senja menyunggingkan senyum di ujung bibirnya. "Tapi, kamu kayak ketakutan gitu."

"Nggak." Lelaki itu menggeleng dengan senyum pahit yang bahkan tak sampai ke mata. "Gue mau balik."

Senja mendongak kemudian menepuk roknya yang kotor terkena tanah. "Aku nebeng, ya? Mau hujan, udah sore taksi juga jarang lewat pemakaman, kan?"

"Gue nggak tanya."

"Aku anggap itu jawaban 'iya'." Senja menoleh ke belakang, "bentar."

Kening Mars berkerut, lelaki itu menatap Senja yang berlari ke makam itu lagi. Gadis itu mengelus nisan itu, mengatakan kalimat yang Mars tidak tahu, kemudian kembali lagi dengan senyum yang lagi-lagi palsu.

"Ngapain?" tanya Mars.

"Pamit."

Lelaki itu berjalan menjauh, tatapan lelaki itu berubah tajam. Dan Senja hanya bisa menyusul dengan langkah kecilnya, berusaha menyamakan tempo dan ia terlihat seperti anak itik yang mengikuti induknya.

Memalukan.

"Pelan-pelan emang nggak bis-ya ampun!"

Senja mengusap dahinya yang terbentur punggung tegap Mars. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, "kamu kalo mau berhenti nggak aba-aba dulu. Minimal pake, kek, biar aku bisa ngerem." gerutunya.

"Cepet."

Hanya itu dan langkah Mars semakin tergesa.

Lelaki itu membuka pintu mobilnya, mengabaikan seolah Senja memang tidak ada di sana. Baik, rasanya Senja ingin berkata bahwa semua laki-laki sama saja.

Kecuali Fajar.

Garis bawahi itu.

"Masuk, ngapain bengong di situ? Mau gue tinggal?" ucap Mars di sela jendela mobil yang ia buka.

Senja mengerjap, lalu membuka pintu mobil dengan gerutuan di dalam kepala. Mars itu hampir sama seperti Bumi. Yang membedakan sejauh ini, hanya saja lelaki itu tidak memilih lari. Keheningan di sekitar lelaki itu seperti detak rahasia yang selama ini ia biarkan tersimpan sendirian.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang