꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
Segala sesuatu pasti memiliki alasan tapi tidak semua alasan bisa dijelaskan.
PINTU yang Bumi lewati seperti mesin waktu. Dinding putih di depannya seolah hidup dengan berbagai lukisan usang. Ada bekas-bekas di sudut ruang yang aromanya menguar menusuk indera penciuman.
Bumi menuntun langkahnya hingga berhenti di depan lemari dengan pintu kaca sebagai penutupnya. Penuh, ruang itu terisi oleh lukisan yang berantakan. Kursi kayu tergeletak sembarangan.
Lukisan-lukisan itu menusuk hati Bumi. Tatapannya penuh luka. Sekarang bibir lelaki itu pun mengatup rapat. Pundak tegapnya naik-turun seiring dengan helaan napasnya yang tak teratur. Berjajar lukisan itu ambil lalu dilemparkannya sembari berteriak keras. Ia meraup semua lukisan itu lalu menginjaknya, hingga semuanya hancur tak tersisa.
Jika Senja alasannya untuk tidak lari, maka kali ini biarkan Senja menjadi alasannya untuk kembali berlari.
Matanya berkaca-kaca, tangannya terkepal kuat seiring dengan desir ngilu di dadanya. Ia menatap lukisan wajah Senja dalam, perlu waktu baginya untuk mencerna semuanya. Tanpa perlu dijelaskan, Bumi merasa ketakutan.
"Kenapa harus dia?"
Gumaman pilu lelaki itu terdengar jelas. Namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menerima kenyataan. Bumi berulang kali menghela napas, seolah dengan begitu bebannya terusir begitu saja.
"Gue harus gimana lagi?" Satu pukulan keras melayang ke lantai. Pecahan kaca bahkan melukai jemari Bumi dan menimbulkan luka baru lagi. Namun itu tak lebih sakit dari apa yang ia rasakan di dalam dada.
Bumi memejam sesaat, merasakan perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu bibir merah muda lelaki itu terbuka.
"Mulai saat ini, gue akan benci Senja. Apapun itu, dia yang buat hidup gue menderita."
***
Malam berlalu seperti bunga tidur belaka. Senja bahkan merasa bahwa ia hanya tidur sebentar saja, terasa sekejap mata. Sembari menunggu Ayahnya turun, Senja merapikan isi tasnya. Mengabsen apakah ada sesuatu yang tertinggal atau tidak.
"Tadi malem Bunda ke mana? Aku cari kok nggak ada?"
Bunda menghentikan kegiatan mengoles rotinya. "Bunda pergi sama temen."
"Siapa?"
"Temen SMA, dulu."
Senja mengangguk, meraih segelas susu cokelat hangat buatan Bunda lalu menenggaknya hingga tersisa setengah. "Kemarin Senja ke makam Fajar, Bun... dia ulang tahun."
Bunda tersenyum, mengusap rambut Senja pelan. "Fajar pasti udah ketemu ibunya... di surga."
"Senja juga mau dong ketemu Fajar di surga." ucapnya. Gadis itu menatap tirai jendela yang terbuka, membayangkan seolah Fajar ada di sana. Tersenyum seraya melambai ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Kurgu Olmayan[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...