꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
"Entah sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini."
Happy reading!
JIWA Senja seolah menyatu dalam keheningan malam. Langit gelap, bulan tertutup oleh awan, serta angin yang berembus kencang. Di sampingnya, Mars hanya mengamati gadis itu tanpa suara. Bagaimana Senja yang diam saja sambil berjalan terseok. Bagaimana rambut pendeknya tertiup angin. Bagaimana air mata yang jatuh dari pelupuk matanya, namun terhapus saat tangan gadis itu menyekanya kasar.Malam itu, di depan rumah Senja, sepi menyapa mereka. Lalu gadis itu menoleh hanya untuk menemukan Mars yang ternyata sibuk memperhatikannya sejak bermenit-menit yang lalu. Tatapan itu, rasanya seperti disayangi sepenuhnya.
Namun di antara langkah mereka malam itu, tepat tiga langkah sebelum Senja meraih kenop pintu rumah-- dari dalam terdengar suara orang bertengkar. Senja diam di tempat, di antara suara pertengkaran itu-- Senja mendengarkan kata-kata apa yang terucap. Namanya juga disebut di sana. Sampai akhirnya suara itu menggema bersama tangis nanar Bunda.
"Senja nggak boleh tahu kalau dia bukan anak kita, Mas! Aku nggak akan biarin dia tahu tentang siapa dirinya. Biar seperti ini, selamanya."
Sedetik kemudian, Senja benar-benar mati rasa. Mendadak,kepala gadis itu bising seakan disergap kawanan tawon. Lalu yang terjadi setelahnya, gadis itu kesulitan bernapas. Ia berusaha akan masuk, tapi tangan Mars dengan cepat menahannya. Dengan sorot mata yang lagi-lagi tak terbaca maknanya.
"Serapat apapun bangkai disimpan, suatu saat nanti akan tercium juga baunya. Lebih baik kita kasih tahu Senja sebelum dia tahu dengan sendirinya, Bun."
"Tapi, Yah. Apa Ayah yakin kalo Senja akan baik-baik aja setelah dia tahu semuanya?"
Tepat di saat Langit berhenti berucap, Senja melepas tautan tangan Mars. Gadis itu maju selangkah, meraih kenop pintu dan memutarnya. Lalu tepat saat mata Senja beradu dengan mata Ayah, Bunda dan Langit, gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Disertai dada yang sesak serta pikiran yang carut-marut, air matanya berderai deras. Tangisnya tak bisa lagi ia bendung. Senja kecewa. Tapi gadis itu jauh lebih kecewa pada dirinya. Terutama pada nasib buruknya.
Setelah ini, apa yang harus ia lakukan?
***
Di atas kasur, ketika malam berjalan semakin larut, Bunda meraih tangan Senja untuk ia genggam. Menyalurkan kehangatan yang ada. Sementara di sampingnya, gadis itu larut dalam sepi yang panjang. Pikirannya berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Namun di antara banyak kejadian yang ia alami hari ini, hanya satu yang ia ingat jelas; bahwa Senja bukan anak Ayah dan Bunda.Senja tidak mengerti alasan Bunda menyembunyikan semuanya. Mulai dari siapa dirinya, dari mana asalnya, dan siapa orang tuanya. Tidak ada satupun yang ia mengerti. Senja seakan menjadi paling bodoh di sini.
"Bunda akan jelaskan ke kamu yang sebenarnya sekarang."
"Sebenarnya, aku anak siapa?"
Sejenak, Bunda menghembuskan napas panjang. Ternyata benar, serapat apapun kita menyembunyikan bangkai, suatu saat nanti baunya akan tercium. Akhirnya malam ini, titik dari bangkai itu tercium juga.
"Semuanya dimulai sejak 16 tahun lalu, waktu Bunda terpaksa harus melakukan operasi pengangkatan rahim." Bunda tersenyum nanar, sambil menarik napas dalam-dalam. "Lalu beberapa bulan setelah itu, Bunda dan Ayah menemukan kamu di depan panti asuhan yang sudah tidak ditinggali lama. Awalnya kami memang ingin mengadopsi anak. Tapi melihat kamu yang masih merah ada di dalam kardus di depan panti, Bunda rasanya langsung sayang sama kamu. Akhirnya kami membawa kamu pulang tanpa pertimbangan sedikitpun. Mulai hari itu, Bunda dan Ayah angkat kamu sebagai anak, itu murni karena kami berdua sayang sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Non-Fiction[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...