37. Permainan takdir

572 99 1
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Memang bener, cinta itu harus diperjuangkan.
Tetapi kalau yang diperjuangkan tidak sedikitpun menghargai kamu, buat apa dipertahankan?
Ada saatnya mencintai memang berakhir dengan mengikhlaskan
Memang awalnya sakit, tapi percayalah Tuhan selalu punya rencana dibalik cobaan.

 Tetapi kalau yang diperjuangkan tidak sedikitpun menghargai kamu, buat apa dipertahankan? Ada saatnya mencintai memang berakhir dengan mengikhlaskanMemang awalnya sakit, tapi percayalah Tuhan selalu punya rencana dibalik cobaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUMI memarkir mobilnya di sebelah mobil putih yang terlihat sangat bersih di bagian bodynya. Setelah keluar dari mobil, ia mengacak rambutnya sambil berjalan gontai memasuki rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Helaan napas terdengar di tengah langkah gontai Bumi, sebelum akhirnya kalimat dari seseorang membuatnya berhenti.

"Papa tahu pasti kamu akan datang ke sini."

Bumi berdecak. "Mau Papa apa?"

"Sudah jelas, kan? Papa mau kamu turuti apa mau Papa."

"Papa mau apa?" tanya Bumi tanpa mau berbasa-basi.

Lelaki tua itu mendekati Bumi. Bau rokok menguar bersamaan dengan langkah Papa yang semakin mendekat. Samar-samar, Bumipun dapat mencium aroma alkohol dari jas hitam Papanya. Tapi siapa peduli? Sekarang yang terpenting bukan itu.

"Jauhi Senja."

"Nggak akan."

"Kamu akan nyesel kalo nggak turutin apa kata Papa." Surya menghela napas panjang. "Senja itu anak dari seseorang yang pernah menjadi orang spesial bagi saya."

"Maksudnya?"

"Dia anak dari pacar Papa dulu, orang yang membuat saya meninggalkan Cahaya, Mama kamu."

Bumi mulai terpancing. Emosinya tak bisa dikendalikan setiap kali berbicara dengan Papa. Tangan lelaki itu mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Bohong!"

"Papa tidak bohong, Bumi!"

"Nggak ada bukti, kan?" Kali ini mata Bumi memincing dan tatapannya tertuju pada Papa yang mulai tersulut amarah. Lucu sekali bagaimana lelaki tua ini mengarang cerita dan menjadikan Senja sebagai umpannya. Apa katanya tadi? Anak dari mantan pacarnya dulu? Seseorang yang membuat Mamanya menderita?

"Ada, Papa ada bukti."

"Mana?"

"Jangan sekarang, ada Stella di rumah." Papa menjaga nada bicaranya, berusaha agar tidak mengundang istrinya ikut serta dalam pembicaraan. "Jauhi Senja atau dia akan celaka untuk yang kedua kalinya."

"Ada apa, Mas?" Suara seorang perempuan menyela pembicaraan mereka berdua. Sosok pemilik suara itu menatap Bumi. "Kamu kenapa baru ke sini sekarang?"

Pertanyaan perempuan itu membuat Bumi berdecak kesal. Dia bertingkah seolah-olah peduli. Nyatanya dia adalah orang paling bahagia mendapatkan Papanya, lelaki tua kaya yang sebentar lagi mungkin akan ia racuni agar mati. Dan hartanya? Tidak usah ditanyakan lagi.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang