꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
Dari tegap punggungmu aku mengerti satu hal
Bahwa punggungmu adalah rumah
Tempat ku lepas lelah
Tempat di mana airmataku bisa tumpah
Tempat segala keluh kesah
Bahumu adalah rumah
Tempat aku pulang untuk mendapat pelukan ternyamanNamun hari ini, aku juga mengerti satu hal
Bahwa bahumu adalah rumah yang bukan aja saja pemiliknya
SENJA duduk sendirian di kursi perpustakaan dengan tatap yang tertuju pada laptop di hadapannya. Tak jauh darinya, ada Bulan yang berdiri mengitari rak buku perpustakaan untuk mencari bahan tugasnya.
Gadis itu sibuk pada file yang ia dapat dari Bu Listy, membaca dan memahaminya. Sesekali matanya melirik di mana keberadaan Bulan.
Sudah dua hari, Senja menghindari tatap dengan Bumi. Seperti kemarin, Senja pun menolak diantar pulang dengan alasan ada banyak tugas yang belum ia selesaikan.
Salah? Entah. Kalaupun ada yang salah, pasti Senja dan pikirannya. Maka apapun yang ada dalam kepala tentang Bumi, Senja hanya ingin menyanggahnya.
Helaan napas terdengar saat Bulan duduk di sisinya. Raut wajah gadis itu keruh, melebihi air sungai Ciliwung. Poni yang biasanya tertata dan sering membuat Senja iri, kini berantakan.
"Bukunya udah ketemu?"
Bulan menggeleng lemas, "belum." Gadis itu menghembuskan napas kasar. "Lagian Bu Listy ada-ada aja pake acara revisi. Udah kayak mapel bahasa Indonesia, bikin capek mata." keluhnya.
"Coba cari di internet aja kali, ya?"
Bulan mengangguk, lalu merapatkan kursinya mendekat ke arah Senja.
"Waktunya masih seminggu lagi, kan?" Gadis itu merogoh tas ranselnya, mengambil sesuatu dari sana. "Lo haus nggak, Ja? Gue bawa minum nih."Senja menoleh, menatap Bulan tiba-tiba. "Emang boleh minum di perpustakaan?"
"Udahlah, nggak ada orang juga." ucapnya seraya memasukkan sedotan ke minumannya. "Lama-lama gue jus juga nih buku-buku di sini."
"Buat kamu minum?" tanya Senja seraya terkekeh ringan.
Bulan menghentikan kegiatan meminumnya, hanya untuk menatap Senja. "Kayaknya kita harus cari sokongan otak deh biar bisa kerjain tugasnya Bu Listy." Gadis itu membuka laptop dan mengambil buku catatannya. Tapi itu bukan milik Bulan, dapat dilihat dari tulisannya yang lebih rapi dibanding milik Bulan atau Senja. "Ini punya si rubah."
"Rubah? Siapa?"
"Tetangga gue. Yang kemarin sama Kak Bumi itu."
Senja menopang dagunya. "Berarti, kamu tetanggaan sama mereka berdua... gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Nonfiksi[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...