꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
Akan ada hal yang terjadi di luar rencana
Seberapa keras kamu merencanakannya
Seberapa seringnya kamu berdoa
Semua kembali pada takdir yang memainkannyaSeperti saat waktu itu kamu menyia-nyiakannya
Meski hati dan mulutmu tak sekata
Lalu satu isak tergantikan oleh air mata
Penuh dengan penyesalan saat tatap kita bertemu di sanaDi dalam waktu yang tak bisa ku putar
Di dalam sorot matamu yang terlihat nanar
Maafkan aku, yang membiarkan kecewa tertanam dalam hatimu"SENJA?"
Gadis berambut panjang itu mengerjap kala Bunda mengetuk pintu kamarnya pelan. "Sebentar aku hampir selesai, kok."
"Ada temen kamu di bawah."
Kerutan di dahi Senja muncul dan tak bisa dihindari. "Siapa? Bulan?"
"Bukan, yang ini cowok." teriak Bunda dari luar.
Mata Senja membola sempurna. Teman Senja yang laki-laki? Siapa lagi kalau bukan Bumi. Buru-buru gadis itu memakai kaos kaki, kemudian keluar kamar dengan tas yang setengah terbuka setelah mengambil sepatu dan menentengnya di tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya membawa paper bag berisi jaket Bumi yang sudah ia cuci.
Senja yang tadinya sibuk menuruni tangga dengan tergesa pun membeku. Apa yang ia lihat barusan tidak salah? Kok bisa Ayahnya jadi akrab dengan Bumi seperti itu? Kerutan di dahi Senja muncul mengingat betapa Ayah sangat protektif terhadap laki-laki yang datang ke rumah.
"Kenapa berdiri di situ, Senja?"
Gadis itu hanya bisa berjalan sambil menggigit pipi dalam saat Ayah tersenyum dan menggelengkan kepala. Ada rasa takut saat Ayah menatapnya.
"Jangan takut, Ayah nggak marah." Ayah menyesap kopi hitamnya. "Ya sudah sana berangkat."
Lantas Senja menarik ujung bibirnya ke atas. Ia mencium tangan Ayah dan Bundanya bergantian. Setelah ciuman Senja mendarat di pipi Bunda, gadis itu keluar. Hangat di dadanya muncul saat Bumi memilih mengambil tangan Ayah dan Bunda, lalu pamit pada mereka.
Lelaki itu masih memperhatikan saat Senja masuk ke dalam mobilnya dengan pikiran tak terbaca. Ada beberapa pertanyaan yang muncul di kepala ketika melihat gadis itu diam saja.
Tepat saat Bumi duduk di kursi, Senja menatapnya dengan kerutan di dahi. "Ada angin apa?"
Bumi mengerjap setelah memasang seatbelt melingkari tubuhnya. "Cuma kebetulan lewat jalan rumah lo."
Senja mengerucutkan bibirnya, "bohong, rumah kita kan nggak searah."
Bumi menegang saat Senja perlahan menyentuh perban di tangannya, seolah lelaki itu akan retak seperti kaca. Tapi bukannya menepis, tubuh Bumi justru berkhianat dan memilih diam melajukan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Nonfiksi[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...